Share

Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir
Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir
Author: Queen Moon

Bab 001

Author: Queen Moon
last update Huling Na-update: 2025-09-14 00:34:41

Dalam kegelapan, tak ada yang terlihat jelas. Ruang sempit itu dipenuhi suara serak pria dan erangan lembut seorang wanita. Keringat dan cairan tubuh mereka bercampur tak beraturan. Derit ranjang dan tamparan kulit antar kulit tak henti-hentinya bergema di kamar yang gelap itu. 

Laras tak bisa melihat dalam kegelapan, tapi sensasi benda asing dan kenikmatan yang menusuk bagian bawah tubuhnya membuat mulut tak henti-hentinya mendesah.

 Bibir panas dan basah menghisap bibirnya dengan rakus.

“Aahhh~ siapa … kamu siapa … mmnh~” Laras tak bisa menampik kenikmatan yang diberikan orang asing itu di tubuhnya. Dia melingkari kakinya di pinggang pria yang terus mendorong pinggulnya ke tubuhnya dengan beringas.

“Sial … jangan menjepitku ….” Suara serak nan seksi berbisik di telinganya sambil menampar pantatnya.

Laras terisak memohon memeluk lehernya erat saat pantatnya tiba-tiba terangkat tinggi oleh lengan kekar yang kuat dan daging panas pria itu menusuknya semakin dalam ke dalam tubuhnya bersamaan dengan cairan cairan panas yang memenuhi rahimnya.

Laras tersentak dengan napas terengah-engah memandang kosong pada kegelapan di depannya. Tubuh pria itu masih menempel padanya, bibirnya menghisap mulut Laras dengan rakus.

Tangannya terangkat meraba-raba wajah pria di depannya.

Awan yang menutupi cahaya bulan bergeser menerangi jendela kamar yang terbuka. Laras mencoba menatap wajah buram pria di depannya.

“Kamu ….”

“Ah!”

Laras terbangun kaget, matanya terbelalak lebar dengan napas terengah-engah. Pipinya terasa panas membara karena mimpi intim yang begitu nyata. 

Namun, itu bukan sekadar mimpi. Itu kenangan pahit yang ia mati-matian coba lupakan.

 Meski setahun telah berlalu, mimpi tentang dirinya tidur dengan orang lain terus menghantuinya.

Ia tak pernah tahu identitas pria yang telah menidurinya malam itu. Insiden mengerikan yang terjadi setelah jam kerjanya membersihkan kamar hotel. Seorang pria tiba-tiba menarik tangannya masuk ke dalam kamar gelap dan menggagahinya.

 Namun, sensasi kenikmatan di bawah tubuhnya karena mimpi itu justru membuatnya menggigil.

Laras menarik selimut yang menutupi tubuhnya, lalu mengulurkan tangannya meraba di antara pahanya. Ia meringis merasakan basah di bagian intimnya.

"Ya ampun, Laras, apa kamu sudah gila?" bisiknya pada diri sendiri, tak percaya. Bagaimana bisa ia terangsang hanya karena memimpikan pria yang telah menidurinya?

Brak! brak! brak!

"Bangun, perempuan pemalas!"

Suara teriakan disertai gedoran keras di pintu kayu rumahnya menggema memekakkan telinga, membuat bayi di samping Laras terkejut dan menangis keras. Laras langsung bangkit, terburu-buru menenangkan bayinya. 

"Sstt, Aidan sayang… nggak apa-apa sayang, cup, cup."

"Perempuan sialan, mau sampai kapan kamu tidur!" Kebisingan di luar pintu kamarnya tak juga reda.

Laras menatap jengkel sekaligus pasrah. Ia baru saja mendapatkan sedikit istirahat setelah semalam suntuk tak tidur demi merawat Aidan, bayinya yang baru berusia tiga bulan. Aidan lahir tepat ketika Rizal, suaminya, mengalami kecelakaan tragis dan meninggal tiga bulan lalu, bersama dengan wanita selingkuhannya. Sejak saat itu, Yanti, ibu mertuanya, hampir setiap hari datang, membawa keributan dan tuntutan.

Sejak kematian Rizal tiga bulan lalu, ekonomi keluarga merosot tajam dan terlilit utang besar. Lebih tepatnya, mertua Laras yang berutang. Namun, karena Rizal tiada, tak ada lagi yang membantu membayar utang atau memberi nafkah pada ibunya yang janda dan adik perempuannya yang masih sekolah.

 Yanti ingin menjual rumah ini untuk melunasi utangnya, tetapi Laras mati-matian menolak. Tanpa rumah ini, ia dan putranya, Aidan, tak akan punya tempat tinggal.

Ia meletakkan putranya di atas tempat tidur dan buru-buru mengikat rambutnya asal-asalan, keluar dari kamar, dan membuka pintu rumahnya. 

Wajah masam dan galak ibu mertuanya langsung menyambut. 

"Bu Yanti, bisa nggak jangan berisik di rumah orang? Aidan jadi kaget dan nangis," ucap Laras mencoba bicara sopan kepada wanita yang masih berstatus ibu mertuanya itu.

"Rumah orang? Ini rumah putraku!" semprot Yanti pedas.

"Kamu mau apa di sini?"

Yanti menyodorkan tangannya ke depan Laras dengan ekspresi angkuh. "Beri aku uang."

"Uang lagi? Bu, kemarin Ibu sudah minta dua juta, sekarang mau minta lagi?" Laras mengernyitkan dahi.

"Suka-suka aku. Lagi pula uang yang aku minta itu punya anakku! Kamu yang pegang tabungannya yang 300 juta itu, kan?"

Laras menarik napas dalam-dalam, berusaha keras menahan kesabarannya. "Uang tabungan itu sudah habis."

"Apa?! Kamu apakan uang itu?! Jangan bohong, ya!"

"Bu, Rizal menghabiskan uang tabungan itu untuk selingkuhannya dan juga untuk utang-utang yang Ibu tumpuk," balas Laras datar.

“Nggak mungkin sebanyak 300 juta habis begitu saja! Pasti kamu bohong dan menyembunyikannya! Di mana kamu sembunyikan uang itu?! Aku butuh sekarang untuk bayar utang. Hari ini ada orang datang menagih hutang!" 

Yanti memaksa masuk ke dalam rumah sederhana milik Laras dan langsung menuju kamarnya.

Tanpa peduli cucunya yang masih di atas tempat tidur, ia mengacak-acak lemari pakaian Laras.

"Bu!" Laras kesal, segera menyusul, dan marah melihat Yanti mengacak-acak lemarinya. Namun, ia membiarkannya. Memang, uang tabungan Rizal sudah ludes. Yang tersisa hanyalah rumah ini.

"Di mana kamu simpan uang anakku, Laras?!" Yanti berseru jengkel setelah mengacak-acak lemari Laras, tapi tak menemukan sepeser pun uang yang dicari. Bahkan buku tabungan pun kosong.

"Sudah kubilang, itu tabungan aku dan Rizal. Rizal sudah menghabiskan uang tabungan itu untuk selingkuhannya," balas Laras lelah, menghampiri putranya yang menangis karena teriakan Yanti.

"Jangan bohong!"

"Terserah. Ibu sudah mengacak-acak lemariku dan ngga menemukan uang, kan? Yang Ibu minta kemarin lusa itu sisa uang duka."

"Grrrhh, dasar perempuan boros! Andai saja Rizal menceraikan perempuan nggak berguna sepertimu, dia tidak akan meninggal!" Yanti mencacinya dengan penuh amarah.

Ini sudah menjadi caci maki kesekian kalinya sejak tiga bulan Rizal meninggal. Apa pun alasannya, Laras tetap menjadi pihak yang disalahkan saat suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil bersama selingkuhannya. 

Apakah Laras berduka? Tidak. Suaminya sudah berselingkuh dengan rekan kerjanya sejak Laras hamil. Ia juga lelah menghadapi ibu mertua yang selalu datang ke rumah, meminta uang tabungan Rizal dan menuntut hak atas rumah ini.

Laras diam, wajahnya tanpa ekspresi sambil menepuk-nepuk punggung Aidan, menenangkan bayinya. 

Melihat Laras tidak bereaksi, Yanti mencibir memandang Aidan. "Bahkan anak itu nggak jelas siapa bapaknya, dasar perempuan murahan!"

'Padahal anaknya sendiri yang berselingkuh dan selalu dibela, tapi aku yang selalu disalahkan ,' batin Laras letih menghadapi sifat mertuanya.

 Pada awal pernikahannya dengan Rizal, mereka tidak dikaruniai anak selama lima tahun, dan Laras dihina sebagai perempuan mandul. Namun, ia dan Rizal tetap mempertahankan pernikahan mereka. 

Tetapi ketika Laras hamil karena 'insiden' itu, ia menyadari bukan dirinya yang mandul, melainkan suaminya. Ini adalah fakta yang tak akan pernah Laras ungkapkan pada Rizal dan keluarga mertuanya.

Sikap Rizal berubah sejak ia pindah kerja di perusahaan tambang, dan ia berselingkuh dengan rekan kerjanya selama dua tahun. Perselingkuhan itu baru terungkap saat Laras hamil. 

Keluarga Rizal menutupi perselingkuhan itu dan menyalahkan Laras karena tidak bisa 'merawat' suaminya.

 Sekarang, setelah Rizal meninggal bersama selingkuhannya di mobil, mereka tetap menyalahkan Laras. 

Anak yang dilahirkan Laras dicurigai sebagai anak dari pria lain karena tidak mirip dengan Rizal. Saat ia akan mengurus perceraiannya, Rizal sudah meninggal lebih dulu, membuat masalah semakin menjengkelkan karena mertuanya merasa berhak atas warisan yang ditinggalkan Rizal. Namun, semua uang tabungan yang mereka kumpulkan bersama sudah ditarik Rizal untuk menafkahi selingkuhannya, hingga Laras tidak memiliki dana untuk biaya melahirkan. Untungnya, para tetangga di lingkungan tempat tinggalnya baik hati, menolong Laras membayar tagihan rumah sakit kala itu.

"Jika Ibu sudah selesai marah-marah, tolong pergi." Laras meraih Aidan dari tempat tidur dan menggendongnya, menenangkan bayi yang terus menangis.

"Tsk!" Yanti sangat jengkel karena tak mendapatkan apa pun yang ia inginkan. "Bagaimana dengan rumah ini? Kamu belum ingin menjualnya?"

"Mengapa aku harus menjual rumahku?" balas Laras dingin.

"Ini juga rumah Rizal! Kami tetap berhak atas warisan Rizal! Kamu harus menjual rumah ini agar kami mendapatkan bagian! Jika nggak mau jual rumah ini, beri kami lima puluh juta sebagai ganti bagian dari rumah ini!"

Laras menatap ibu mertuanya datar. Ini adalah rumah warisan kakeknya yang diberikan saat ia menikah. Keluarga mertuanya berpikir rumah ini adalah harta bersama, karena itu mereka menuntut bagian dari rumah ini sejak Rizal meninggal. 

Laras tidak akan pernah memberikannya pada keluarga Rizal atau menjualnya.

"Ini adalah rumah warisan dari kakekku, dan aku tak akan menjual atau memberi kalian bagian apa pun dari rumah ini."

"Kamu…!"

“Tolong pergi sebelum aku memanggil Pak RT dan tetangga untuk mengusirmu.”

“Dasar perempuan murahan!”

Yanti menggeram kesal menjambak rambut Laras lalu berbalik pergi.

Laras menghembuskan napas dalam-dalam setelah Yanti pergi. Kulit kepalanya sakit saat ditarik Yanti. Jika dia tidak sedang menggendong Aidan, dia mungkin membalas ibu mertuanya.

Meski tinggal beda tempat, ibu mertuanya masih sering datang untuk membuat keributan di rumahnya sejak Rizal meninggal. 

Dia sangat tidak tahu malu menginginkan rumah milik Laras yang dia dapatkan dari kakeknya.

Apalagi jarak tempat tinggal mereka tidak begitu jauh hingga mudah bagi Yanti untuk datang ke rumahnya.

“Maaf ya sayang, kamu pasti takut ….” Laras berbisik lembut pada bayinya. Tangisan Aidan sudah mereda. Matanya berkaca-kaca dan memerah.

Untuk lepas dari keluarga mertua, mungkin dia harus menjual rumah ini dan pindah ke tempat lain.

Namun rumah ini adalah peninggalan kakeknya dan Laras tumbuh besar di rumah ini. Dia tidak ingin menjualnya.

Orang tuanya merantau puluhan tahun tidak pernah pulang. Rumah ini begitu berharga bagi Laras karena dibesarkan oleh kakek dan neneknya.

Sekarang dia sudah tidak punya uang ataupun tabungan. 

Dia berhenti bekerja sebagai pelayan hotel setahun lalu sejak hamil. Dia sudah berusaha melamar kerja, tapi sekarang sudah sulit untuk mendapat pekerjaan dan dia tidak tega meninggalkan putranya yang masih bayi.

Aidan hampir meninggal saat dia menitipkan putranya itu selama satu jam pada adik iparnya. Aidan ditinggal di tempat tidur dan menangis terus menerus tanpa diberi susu.

Sejak saat itu Laras takut menitipkan bayinya pada siapapun.

Dia sangat putus asa dengan kondisinya saat ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 006

    "Hmm ...." Wajah Ardhan terlihat acuh tak acuh menatap istrinya."Sarapan pasti sudah disiapkan. Pergilah dulu, nanti aku menyusul sambil membawa Chloe." Winda tersenyum manis.Ardhan tak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya mengangguk lalu berjalan pergi dengan tas kerjanya.Setelah Ardhan pergi, Winda mendelik pada Laras."Saat aku dan suamiku berduaan, jangan tiba-tiba muncul atau mengganggu kami.""Maaf, Bu Winda. Saya nggak tahu Bu Winda dan Pak Ardhan keluar dari kamar. Saya hanya mau keluar bawa Chloe berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mendapat vitamin D,” ujar Laras meminta maaf."Jangan banyak alasan. Ini peringatan pertama, ya. Awas kalau mengganggu waktu berduaan kami lagi. Kalau lihat aku dan Ardhan berdua, kamu harus menjauh dan bawa juga Chloe ...." Winda menatap putrinya.Sebelah alis Laras terangkat melihat kilat kecemburuan di mata Winda saat menatap putrinya sendiri.Wajar seorang ibu cemburu karena perhatian Ardhan lebih banyak tertuju pada putrinya.“Sud

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 005

    Keesokan paginya, Laras terbangun dengan lingkaran gelap di bawah matanya karena dibangunkan oleh seorang pelayan yang mengantar sarapan dan obat herbal khusus untuk memperlancar ASI.Sarapan Laras terdiri dari bubur kacang hijau, buah kurma, dan susu almond. Makanan ini telah diatur sesuai resep dokter agar Laras dapat menyusui anak sang Presdir, cucu pertama keluarga Wikraman yang berharga.Ini adalah kali pertama Laras merasakan makanan seenak ini sejak melahirkan, meskipun hanya bubur kacang hijau dan buah kurma. Selama beberapa bulan terakhir, ia hanya mengkonsumsi sayur bening dan daun katuk demi bisa menyusui anaknya."Mbak Laras mandi dulu. Biar aku yang jaga dan rapikan kamar Nona Chloe.”Laras mengangguk sambil berterima kasih. tenaganya terkuras karena terjaga saat mengurus Chloe.Ia merasa lebih segar setelah mandi dan sarapan, meskipun lingkaran gelap di bawah kelopak matanya masih membuat wajahnya terlihat lelah dan kurang tidur. Ia berganti pakaian dengan baju babysitte

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 004

    Laras mengangguk pelan, tatapan matanya acuh tak acuh saat almarhum suaminya dibahas."Turut berduka cita," ucap Sofia, mengusap pundak Laras penuh empati. "Baiklah, kalau begitu aku akan meninggalkanmu di kamar Chloe. Kamu bisa tinggal di kamar ini. Akan lebih mudah bagimu merawat Chloe. Lalu ada kamar Ardhan dan Winda di sisi lain. Lantai dua ini memang khusus untuk Ardhan, istrinya, dan Chloe.”Sofia berhenti sejenak seolah mengingat sesuatu lalu memberi tahu Laras. “Omong-omong, di kamar ini ada CCTV yang terhubung langsung ke kamar Ardhan. Ardhan biasanya selalu mengawasi keadaan Chloe dari kamarnya. Jadi, hati-hati kalau ingin melakukan apa pun. Sedikit salah, kamu bisa dipecat oleh Ardhan.”Dia menunjuk ke sudut ruangan tempat kamera CCTV terpasang."Oh..." Laras sedikit terkejut, buru-buru menutup bagian payudaranya yang terbuka karena menyusui Chloe, lalu melirik ke arah CCTV. "Apa ini nggak apa-apa?""Yah, sudah terlambat. Aku lupa memberitahumu. Tapi Ardhan juga bukan orang

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 003

    Laras sejenak tertegun, lalu membelalak, buru-buru menutup belahan dadanya yang terbuka."Ha-halo..." Ia menyapa kaku dan gelisah, menundukkan kepalanya. Melihat pakaiannya, sepertinya ia adalah orang penting. Laras berbalik, lalu buru-buru membungkuk hormat."Selamat sore, Pak Ardhan."Ardhan mengerjap dan berdeham, lalu berjalan menghampiri mereka. "Ada apa dengan Chloe? Aku mendengar tangisannya dari luar."Laras mengernyit mendengar suara bariton dingin dan datar itu. Rasanya seperti ia pernah mendengarnya di suatu tempat. Ia menatap Ardhan lekat. Pria itu sangat tampan, tinggi, dengan potongan rambut cepak. Tubuhnya agak kekar dan ramping, tampak pas dengan setelan kerjanya. Lengan kemejanya digulung, memperlihatkan otot lengan dan urat yang menonjol.Merasakan tatapan Laras, pria itu menoleh, membalas tatapannya. Laras agak tersentak dan menundukkan kepalanya cepat. Jantungnya berdebar kencang. Pipinya terasa panas."Tadi Nona Chloe menangis, tidak bisa berhenti dan nggak mau m

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 002

    "Laras..."Laras sedang menyapu teras rumah sambil menggendong Aidan ketika seseorang memanggilnya. Dia mendongak melihat tetangganya yang baik hati melambai dari dalam mobil. Sepertinya mereka baru pulang. Sinta, tetangga yang selalu membantu Laras, menyediakan popok dan baju untuk Aidan. Ia turun dari mobil sambil membawa kantong belanjaan yang penuh.Mereka pindah ke lingkungan tempat tinggal Laras sepuluh tahun yang lalu dan telah bertetangga selama bertahun-tahun."Kak Sinta, baru pulang ya..." Laras tersenyum pada wanita itu.Sinta menghampirinya sambil membawa kantong belanjaan sementara suaminya memarkir mobil di garasi rumah mereka yang besar di depan rumah Laras."Ini aku beli popok dan baju baru Aidan. Juga sembako untuk makan sehari-hari kalian...." Sinta memberikan kantong belanjaan pada Laras lalu meraih Aidan dari gendongannya.“Aduh Kak Sinta … ini ….”“Jangan merasa sungkan. Sebagai tetangga harus saling membantu.” Sinta mengedip pada Laras, lalu menatap bayi di pelu

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 001

    Dalam kegelapan, tak ada yang terlihat jelas. Ruang sempit itu dipenuhi suara serak pria dan erangan lembut seorang wanita. Keringat dan cairan tubuh mereka bercampur tak beraturan. Derit ranjang dan tamparan kulit antar kulit tak henti-hentinya bergema di kamar yang gelap itu. Laras tak bisa melihat dalam kegelapan, tapi sensasi benda asing dan kenikmatan yang menusuk bagian bawah tubuhnya membuat mulut tak henti-hentinya mendesah. Bibir panas dan basah menghisap bibirnya dengan rakus.“Aahhh~ siapa … kamu siapa … mmnh~” Laras tak bisa menampik kenikmatan yang diberikan orang asing itu di tubuhnya. Dia melingkari kakinya di pinggang pria yang terus mendorong pinggulnya ke tubuhnya dengan beringas.“Sial … jangan menjepitku ….” Suara serak nan seksi berbisik di telinganya sambil menampar pantatnya.Laras terisak memohon memeluk lehernya erat saat pantatnya tiba-tiba terangkat tinggi oleh lengan kekar yang kuat dan daging panas pria itu menusuknya semakin dalam ke dalam tubuhnya bers

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status