Share

Bab 004

Author: Queen Moon
last update Last Updated: 2025-09-16 01:02:17

Laras mengangguk pelan, tatapan matanya acuh tak acuh saat almarhum suaminya dibahas.

"Turut berduka cita," ucap Sofia, mengusap pundak Laras penuh empati. "Baiklah, kalau begitu aku akan meninggalkanmu di kamar Chloe. Kamu bisa tinggal di kamar ini. Akan lebih mudah bagimu merawat Chloe. Lalu ada kamar Ardhan dan Winda di sisi lain. Lantai dua ini memang khusus untuk Ardhan, istrinya, dan Chloe.”

Sofia berhenti sejenak seolah mengingat sesuatu lalu memberi tahu Laras. “Omong-omong, di kamar ini ada CCTV yang terhubung langsung ke kamar atah komputer Ardhan. Ardhan biasanya selalu mengawasi keadaan Chloe dari kamarnya. Jadi, hati-hati kalau ingin melakukan apa pun. Sedikit salah, kamu bisa dipecat oleh Ardhan.”

Dia menunjuk ke sudut ruangan tempat kamera CCTV terpasang.

"Oh..." Laras sedikit terkejut, buru-buru menutup bagian payudaranya yang terbuka karena menyusui Chloe, lalu melirik ke arah CCTV. "Apa ini tidak apa-apa?"

"Yah, sudah terlambat. Aku lupa memberitahumu. Tapi Ardhan juga bukan orang aneh atau mesum. Dia laki-laki terhormat dan seorang Presdir. Jangan berpikir yang macam-macam tentangnya."

"Ya, Nyonya," sahut Laras lega.

 Ia teringat mata dingin dan ekspresi acuh tak acuh pria itu. Ardhan memang tampak seperti pria yang sulit didekati. Semoga dia bukan orang seperti Dian, suami Sinta.

"Tapi kamu tetap harus berhati-hati. Semua tindakanmu di kamar Chloe diawasi. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Chloe, Ardhan bisa memenjarakanmu. Dia sangat protektif terhadap putrinya karena Chloe adalah anak satu-satunya. Banyak sekali kasus pengasuh yang menganiaya anak-anak, jadi kamu hati-hati ya. Kalau mau ganti baju, sebaiknya di kamar mandi saja," tegas Sofia lagi.

"Ya, Nyonya."

Sofia pun meninggalkan Laras di kamar Chloe. 

Laras menghela napas, memandang bayi perempuan dalam pelukannya yang sudah mulai pulas. Ia tersenyum tipis, mengusap pipi mungil itu. 

Chloe seumuran dengan Aidan, membuat Laras teringat pada putranya dan seketika merindukannya.

 Beruntung Santi sangat baik hati mau menjaga Aidan selagi Laras bekerja di tempat yang jauh dari rumahnya. 

 Dia juga merasa tenang meninggalkan Aidan dan rumahnya di bawah pengawasan Sinta.

Sinta dan suaminya adalah orang cukup disegani di lingkungan tempat tinggal Laras karena mereka kaya dan berkerabat dengan keluarga konglomerat. Ibu mertuanya bahkan segan pada mereka.

Yanti maupun keluarga mertuanya tidak akan macam-macam dengan rumahnya maupun dengan Aidan yang disayangi Sinta.

Laras melirik ke luar jendela, melihat hari sudah sore. Ia pun menidurkan Chloe di ranjang bayi, lalu mulai menata barang-barangnya.

.

.

.

Laras berjaga hingga tengah malam karena Chloe terus menangis dan menolak menyusu. Bayi itu baru tenang dan tertidur setelah dua jam diayun dalam pelukan Laras. Laras akhirnya bisa beristirahat sekitar pukul 1 dini hari. 

Winda, ibu Chloe, hanya menengok putrinya setelah makan malam, lalu menyerahkannya sepenuhnya pada Laras dan pergi keluar sekali lagi dengan teman-temannya, belum kembali hingga kini.

Winda adalah seorang wanita cantik dan aktris yang cukup terkenal, meski Laras tidak terlalu kenal karena jarang menonton TV. 

 Sofia menyebut Winda sebagai ibu dan istri yang tidak berguna, yang hanya peduli pada kesenangan dirinya sendiri. 

Urusan anaknya benar-benar diserahkan pada orang lain. Menelepon untuk menanyakan keadaan bayinya pun tidak.

Laras menghela napas, melirik Chloe yang akhirnya tidur nyenyak, lalu dengan hati-hati meletakkannya di ranjang bayi. 

Setelah memastikan Chloe tertidur pulang dan tidak akan bangun, dia kemudian keluar dari kamar menuju dapur untuk mencari air minum.

 Seluruh mansion tampak sunyi. Para pelayan sudah tidur, dan hanya lampu kuning remang-remang menyala di beberapa sudut ruangan menjadi penerangan.

 Laras melangkah telanjang kaki, pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara, menuju dapur. Rumah ini sangat besar, dan Laras belum familiar dengan sebagian besar ruangannya, namun ia merasa sungkan membangunkan pelayan. 

Setelah sepuluh menit dia akhirnya menemukan dapur dan memuaskan dahaganya, lalu kembali ke kamar.

"Kamu dari mana saja?"

Suara dingin menyambut Laras begitu dia masuk ke kamar Chloe. Matanya mengerjap kaget melihat sosok Ardhan yang masih mengenakan piyama hitamnya, di kamar Chloe sambil menggendong putrinya yang menangis.

"Sa-saya... Keluar tadi ambil minum..." Laras tergagap, lalu buru-buru menghampiri Ardhan sambil mengulurkan tangan meminta Chloe yang menangis. "Maaf, Tuan Ardhan, tadi Nona Chloe tertidur nyenyak. Jadi aku keluar sebentar untuk minum. aku tidak meninggalkan Nona Chloe dengan sengaja.”

Ardhan tidak membalas, matanya menatap acuh tak acuh lalu menyerahkan Chloe padanya. "Bukan salahmu. Dia menangis saat aku gendong."

"Ah..." Laras mendongak menatapnya sambil mengerjap.

 Jadi Ardhan yang membuat Chloe terbangun? Laras ingin mengusap kepalanya karena stres. Butuh dua jam untuk menenangkan dan menidurkan anak dari pria itu, tapi Ardhan malah membangunkan anaknya dengan sengaja.

Seolah membaca pikiran Laras, Ardhan mengerutkan kening dan mendelik. 

"Apa kamu bisa menenangkan Chloe? Aku hanya ingin menggendong anakku, tapi dia menangis begitu aku gendong."

Laras tersenyum profesional sambil meraih Chloe ke pelukannya.

 "Anak-anak sensitif dan gampang terbangun." 

Dia menenangkan Chloe dan mengecek popoknya. 

Popoknya sudah diganti setengah jam yang lalu, jadi belum penuh.

Tangisan Chloe mereda sejenak begitu pindah ke pelukan Laras. Wajah mungilnya bersandar di payudara Laras dan menggosok-gosok mulut kecilnya seolah mencari sesuatu.

 "Ah, Chloe haus ya..." Laras tersenyum kecil, menurunkan piyamanya memperlihatkan payudara putihnya, lalu sadar masih ada Ardhan di sebelahnya.

Pria itu tampak tertegun sesaat, menatap ke arah dada Laras. Ketika pandangan mereka bertemu, dia membuang muka. 

Laras langsung menarik kembali piyamanya dan menatap Ardhan gelisah. Dia berbalik memunggungi Ardhan dan hendak berjalan menuju ke area yang tidak terlihat kamera CCTV.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Maaf, Tuan, aku perlu menyusui Chloe. Bisakah... kamu tinggalkan kamar ini sebentar?" Laras melirik Ardhan melalui bahunya.

Ardhan berdeham lalu berbalik untuk keluar dari kamar itu.

"Aduh!"

Ardhan langsung berbalik mendengar teriakannya dan Chloe yang kembali menangis. Dia menghampirinya dengan cepat. 

"Ada apa? Chloe terluka?" Kecemasan terdengar dalam suaranya. Lalu sesaat dia berhenti dan membuang muka.

"Tuan Ardhan!" Laras berseru dengan wajah memerah lalu menutupi payudaranya yang putingnya agak berdarah.

 Darah bercampur cairan susu menetes di kain baju depannya.

 "Maaf, Tuan. Ini karena Chloe menggigit." Dia meringis karena sudah berteriak, lebih parah berteriak pada Ardhan.

Suara tangis Chloe masih terdengar. Dia menenangkan bayi itu lalu membalikkan badannya membelakangi Ardhan, mencoba menyusui Chloe dengan payudara satunya. Tangisan gadis kecil itu langsung berhenti saat kembali disusui. Dia menyusu dengan antusias, suara hisapan lembutnya terdengar di kamar yang sunyi ini.

Ardhan terpaku di tempatnya. Meski dia telah mengalihkan pandangannya, bayangan payudara putih terpatri di benaknya. 

Suara lembut Chloe yang menyusu terdengar jelas di kamar yang sunyi itu. 

Ardhan tak bisa menahan matanya untuk melirik sekali lagi. Dia hanya melihat pundak mulus Laras karena bagian kerah bajunya diturunkan. Kulitnya putih bercahaya di bawah lampu. Aroma samar tubuhnya dan susu bercampur tercium samar-samar.

Ardhan merasa aneh. Aroma samar dari tubuh Laras tampak familiar. Dia mengendus sambil mendekat. Matanya menatap punggung Laras intens, membuat wanita itu bergerak tidak nyaman.

 Kepalanya tertunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. Dia merasakan kehadiran Ardhan di belakangnya. Hawa panas tubuhnya dan aroma khas feromon pria tercium dari tubuhnya. 

Jantung Laras berdebar. Pipinya memerah gelisah. Dia takut Ardhan akan mendengar suara detak jantungnya yang keras.

"Kamu..."

Laras menegang merasakan pria di belakangnya mengendus lehernya. 

"Aroma parfum kamu agak familiar. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Ardhan merasakan perasaan samar-samar mengenali aroma tubuh Laras di suatu tempat, tapi dia tidak tahu di mana dia pernah menciumnya. Aroma mawar manis itu membuat dia merasa deja vu.

 Ardhan memejamkan mata dan menundukkan kepala mengendus leher Laras. Entah dia sadar atau tidak dengan jarak tubuh mereka.

Laras yang merasa tegang karena hawa panas tubuh Ardhan di punggungnya dan hidungnya hampir menempel di lehernya, berkata dengan terbata-bata, “Tuan Ardhan... Apa yang kamu lakukan? Tolong... Agak jauh... aku butuh ruang menyusui anakmu."

Ardhan membuka mata dengan ekspresi datar, melirik ke bawah karena Laras lebih pendek darinya. 

Dari sini dia bisa melihat belahan dada Laras yang lembut dan montok sedang menyusui putrinya. Ardhan membuang nafas kasar merasakan darahnya berdesir, dia buru-buru berbalik dan berjalan menjauh.

"Lupakan apa yang aku lakukan tadi."

Kemudian dia berjalan keluar dari kamar Chl

oe.

Laras menghembuskan napas lega sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas. Jantungnya masih berdebar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 054

    Mobil itu sangat familiar, seperti BMW hitam yang selalu dikendarai Ardhan.Ardhan memiliki kesukaan untuk mengoleksi mobil dari merek BMW. Bahkan garasi keluarga Wikrama lebih banyak terparkir mobil BMW dibandingkan jenis mobil merek lain yang dipakai anggota keluarga Wikrama yang lain.Laras sudah beberapa kali menaiki mobil itu dan akrab dengan mobil BMW yang dikendarai Ardhan Wikrama.Namun ketika dia melihat plat nomor mobil itu berbeda, Laras menghembuskan napas yang tanpa sadar di tahannya.Konyol jika dia berpikir Ardhan ada di sini sekarang.Namun mobil itu bukan mobil yang dipakai Sinta atau Dian. Mungkinkah mereka membeli mobil baru? Atau ada tamu yang datang berkunjung di rumah mereka?"Kak Laras, sedang apa?" Sandra berdiri di sampingnya lalu menatap mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Shinta."Wah, itu mobil yang sangat mewah. Apa itu jenis mobil BMW keluaran terbaru? Aku bisa tahu karena salah satu teman kampusku punya mobil seperti itu. Sepertinya tetanggamu j

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 053

    "Hmm ...." Laras menanggapi dengan acuh tak acuh mulai berjalan mencari susu formula untuk Aidan."Baiklah, aku anggap Kak Laras sudah memaafkan kami," kata Sandra dengan riang lalu menyusul Laras."Wah, Aidan sudah tumbuh tambah besar dan gemuk. Lihat wajah lucu dan kulit putihnya, dia sangat mirip dengan Kak Rizal." Sandra mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Aidan di stroller.Laras langsung menahan tangannya."Apa yang kamu lakukan?" Tanyanya dengan waspada. "Aku hanya ingin memegang pipi Aidan.""Apa kamu sudah mencuci tangan?""Uhmm apa itu perlu?" Sandra mengernyit.Laras mendorong tangan Sandra menjauh dari wajah Aidan."Kulit anak-anak itu sensitif. Jadi jangan sembarang mencubit atau memegang Aidan," balas Laras datar.Sandra ingin memutar matanya mendengar kata-kata Laras. Namun karena dia sedang ingin berbaikan dengan Laras, dia menahan sikap yang seperti biasa."Oh, aku tidak tahu hehehe ... Omong-omong Kak Laras banyak uang ya? Kamu bahkan bisa membeli stroller yan

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 052

    Sebelum pulang, Laras singgah di sebuah toko supermarket untuk membeli kebutuhan popok dan susu untuk Aidan. Dia kebetulan bertemu Sandra, mantan adik iparnya."Kak Laras, apa kabar?" dia menyapa Laras dengan sikap yang sangat ramah.Laras menatapnya sesaat dengan sebelah alis terangkat.Sandra, adik iparnya yang dulu selalu bersikap ketus dan mengompori hubungan Laras dan Rizal agar mereka bertengkar, lalu menghasut ibu mertuanya untuk membenci Laras.Laras membuang muka dan mendorong stroller Aidan menjauh. Dia sudah memutuskan untuk menjauh dari keluarga mertuanya yang toxic dan tidak ingin terlibat apapun dengan mereka."Kak Laras, tunggu!" Sandra buru-buru mengejarnya lalu berjalan di sebelahnya. "Kak Laras, kapan pulang?" Dia bertanya dengan nada yang sangat ramah dan manis."Minggu lalu," balas Laras datar, malas meladeni mantan adik iparnya namun dia tidak mau bertengkar saat sedang berbelanja di supermarket karena dia tahu Sandra tidak akan berhenti meski dia mengabaikannya.

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 051

    “Sa-sayang aku ….”“Pertimbangkan pilihan yang aku berikan padamu. Mulai sekarang aku akan membekukan seluruh kartu kredit yang aku berikan padamu.”“Kenapa kamu seperti ini? Padahal semuanya baik-baik saja dan Chloe tidak rewel ….”Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari kamar sebelah.Tak lama kemudian, pintu kamar mereka diketuk dari luar dengan keras dan mendesak.“Tuan! Nyonya! Tolong keluar sebentar!”Ardhan hanya menatap pintu kamar dengan dingin dan tak beranjak dari tempatnya.Winda dengan kesal berdiri lalu menuju pintu kamar dan membuka pintu.Vina, pengasuh baru Chloe berdiri di depan pintu mereka dengan campur aduk kesal, lelah dan tak berdaya.“Apa yang terjadi?”“Nyonya, Nona Chloe mulai demam.”“Lalu kenapa kamu tidak mengurusnya? Beri obat atau telpon Dokter Andrew untuk memeriksa Chloe.”“Tapi Nyonya ….”Winda berdecak dan mengusir Vina karena tidak tahan mendengar tangisan anaknya.“Bawa Chloe pergi. Bukankah tugas kamu untuk menenangkannya? Kenapa kamu membawa

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 050

    Ketika Winda pulang pada pukul 12 malam, dia melihat Ardhan belum tidur. Suaminya duduk di sofa dan laptop yang terbuka di atas meja dalam kamar mereka.Dia melipat tangan di depan dada dan mendongak dengan tatapan tajam di matanya saat Winda masuk ke kamar mereka.“Sayang, kamu sudah pulang? Kenapa belum tidur?” Winda menyisir rambutnya dan bertanya dengan lembut sambil mendekati Ardhan.“Kamu dari mana?” Suara Ardhan terdengar dingin dan menusuk.“Uhm … aku ada syuting iklan tadi siang lalu bertemu dengan teman-temanku. Maaf ya, aku pulang agak telat. Aku lupa waktu, hehe jangan marah, ok?” Dia duduk di samping Ardhan sambil tersenyum manis meraih lengan suaminya.“Winda ….” Ardhan memanggilnya dengan suara rendah.“Kamu pergi seharian tapi sama sekali tak memedulikan Chloe?”“Apa maksudmu? Tentu saja aku peduli pada Chloe. Lagipula bukankah ada pengasuh yang selalu menjaga Chloe?”“Kamu meninggalkan Chloe pada pengasuh yang baru kamu kenal?” Suara Ardhan terdengar semakin dingin.

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 049

    Ketika Ardhan pulang kerja pada pukul 10 malam dan pergi ke kamar Chloe untuk memeriksa putrinya, dia melihat seorang wanita paruh baya dengan seragam babysitter sedang menggendong putrinya yang menangis dan memaksanya minum susu dari dot.Dia tak melihat keberadaan Laras di kamar itu."Kamu siapa?" Ardhan bertanya dengan suara tajam. "Apa yang kamu lakukan pada putriku?!""Halo Tuan, aku Vina, pengasuh baru yang dipekerjakan Nyonya Winda." Pengasuh memperkenalkan dirinya dan berhenti memaksakan dot susu pada bayi perempuan di pelukannya."Pengasuh baru? Lalu di mana Laras?""Laras? Maksud Tuan pengasuh Nona Chloe sebelumnya? Dia sudah diberhentikan. Jadi aku pengasuh baru Nona Chloe. Nyonya Winda tidak memberitahumu, Tuan?"Raut wajah Ardhan berubah membeku sesaat lalu mengerutkan kening dengan ekspresi keras.Jadi sekarang Laras tidak berada di mansion ini lagi. Ardhan merasakan perasaan aneh mendengar pengasuh muda putrinya itu sudah tidak ada lagi di rumah ini, dan tidak akan melih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status