Share

Bab 005

Author: Queen Moon
last update Huling Na-update: 2025-09-16 23:20:00

Keesokan paginya, Laras terbangun dengan lingkaran gelap di bawah matanya karena dibangunkan oleh seorang pelayan yang mengantar sarapan dan obat herbal khusus untuk memperlancar ASI.

Sarapan Laras terdiri dari bubur kacang hijau, buah kurma, dan susu almond. Makanan ini telah diatur sesuai resep dokter agar Laras dapat menyusui anak sang Presdir, cucu pertama keluarga Wikraman yang berharga.

Ini adalah kali pertama Laras merasakan makanan seenak ini sejak melahirkan, meskipun hanya bubur kacang hijau dan buah kurma. Selama beberapa bulan terakhir, ia hanya mengkonsumsi sayur bening dan daun katuk demi bisa menyusui anaknya.

"Mbak Laras mandi dulu. Biar aku yang jaga dan rapikan kamar Nona Chloe.”

Laras mengangguk sambil berterima kasih. tenaganya terkuras karena terjaga saat mengurus Chloe.

Ia merasa lebih segar setelah mandi dan sarapan, meskipun lingkaran gelap di bawah kelopak matanya masih membuat wajahnya terlihat lelah dan kurang tidur. Ia berganti pakaian dengan baju babysitter berwarna biru muda. 

Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Pelayan itu sudah membereskan kamar Chloe sementara bayi itu masih tertidur pulas di box bayi.

Laras menoleh saat mengancingkan bagian depan seragam babysitter, merasakan tatapan aneh dari pelayan itu.

"Ada apa? Kenapa kamu melihatku seperti itu?"

"Mbak Laras masih 25 tahun ya?"

"Iya."

"Mbak Laras agak berbeda dengan ibu muda lain."

"Hm, maksudnya?"

Pelayan itu tersenyum ramah padanya. "Mbak Laras terlihat cantik untuk orang yang sudah melahirkan dan menyusui. Biasanya saya lihat ibu-ibu yang sudah melahirkan itu wajahnya kusam, gendut, dan tak terawat. Mbak Laras sebaliknya, wajahmu nggak kusam malah glowing, langsing, dan cantik. Hanya payudaramu yang besar."

Pelayan itu menatap Laras dengan tatapan ingin tahu. Laras memiliki kulit putih, rambut hitam berkilau meski diikat asal-asalan. Dia memiliki wajah mungil dan kulit mulus meski sedikit berisi serta bibir pink pucat tanpa lipstik. Kecantikannya tampak alami. Yang menarik adalah mata coklat beningnya dan terang di bawah sinar matahari.

"Ah, benarkah?" Laras tersipu malu sambil mengusap lehernya mendengar pujian pelayan itu.

"Apa sih rahasianya Mbak Laras? Mbak Laras olahraga dan melakukan perawatan?"

"Enggak kok. Aku enggak melakukan perawatan. Kondisiku kurang mampu buat perawatan. Kalau olahraga, mungkin karena aku sering ngerjain pekerjaan rumah.”

"Hanya itu?" Pelayan itu tampak tidak percaya. "Bu Winda aja rajin perawatan, gym, dan pilates tiga bulan setelah melahirkan, belum bisa kayak Mbak Laras."

Ia berhenti sejenak lalu berbisik pada Laras. "Makanya Bu Winda nggak mau nyusuin anaknya. Dia takut penampilannya jelek di depan Pak Ardhan dan karena dia mantan artis. Mbak Laras beruntung banget langsing dan glowing tanpa perawatan apapun."

Laras hanya bisa tersenyum kikuk menanggapinya.

"Mungkin kondisi tiap orang beda-beda.”

"Begitu ya... Omong-omong, namaku Lina," pelayan itu memperkenalkan dirinya.

"Oh hai Lina, panggil saja aku Laras. Kita kelihatannya seumuran."

Lina mengangguk lalu melirik ke boks bayi.

"Chloe sudah bangun."

Laras melirik lalu mendekati boks bayi. Bayi Chloe mengerjapkan matanya mengantuk dan menguap. Untungnya, ia tidak menangis.

Laras mengulurkan tangannya mengusap pipi gadis kecil dan memeriksa popoknya.

"Chloe, sudah bangun ya... Mari periksa popokmu dan mandi, okay...." Dia mengajak bayi tiga bulan itu berbicara sambil melepas popoknya yang sudah penuh.

"Aku akan keluar, lanjutin pekerjaanku."

Laras mengangguk saat Lina keluar dari kamar itu.

Dia menatap Chloe sambil tersenyum kecil dan menggendongnya. Ia menurunkan kerah bajunya dan mulai menyusui Chloe sambil membelakangi kamera CCTV.

Pukul tujuh, Winda belum datang ke kamar untuk melihat putrinya. Jadi, Laras membawa Chloe keluar dari kamar.

"Sayang, biar aku yang ikat dasimu....." 

Saat keluar dari kamar Chloe, dia kebetulan melihat pasangan di kamar sebelah yang berdiri di depan pintu kamar tidur mereka.

Winda mencoba mengikat dasi suaminya dengan masih mengenakan gaun tidur yang cukup minim. Belahan dadanya sangat rendah, rok gaun hampir memperlihatkan celana dalamnya.

Berbeda dengan ekspresi genit Winda, Ardhan terlihat acuh tak acuh dan kesal.

Mendengar suara pintu dibuka, pria itu menolehkan pandangannya ke samping dan bertatapan dengan Laras.

Laras dengan cepat menundukkan kepalanya menghindari tatapan Ardhan, khawatir wajahnya memperlihatkan ekspresi aneh pada Ardhan dan Winda.

bayangan kejadian tadi malam saat Ardhan melihatnya menyusui Chloe dan mengendus lehernya melintas di benaknya, membuatnya memerah. 

"Selamat pagi, Pak Ardhan dan Bu Winda." Suaranya terbata-bata me

Winda tampak cemberut saat menatap Laras seolah dia telah mengganggu. "Kamu bangun sangat pagi," komentarnya, terdengar ketus.

"Uhm, yah... Karena saya harus mengurus Nona Chloe. Dia bangun pagi dan harus disusui."

"Kamu gak tidur semalam?" Ardhan bertanya, memperhatikan lingkaran hitam di bawah kelopak mata Laras.

Laras mengerjap menatapnya lalu mengangguk. "Ini hal biasa saat mengurus anak. Nona Chloe terbangun tengah malam dan subuh. Saya terjaga untuk merawatnya."

Ardhan tidak bertanya lagi, tapi berjalan menghampirinya. Dia berhenti di depan Laras lalu memandang putrinya yang sedang mengisap jari mungilnya.

Melihat wajah Ardhan yang tiba-tiba muncul dan seolah mengenali ayahnya, tangan mungil Chloe terentang ke atas dan mulut kecilnya tersenyum lucu.

"A... O... O...."

Senyum lembut muncul di wajah tampan Ardhan. Dia mengulurkan tangannya mengusap pipi putrinya dan menundukkan kepalanya untuk mencium keningnya.

Aroma susu dan bedak bayi tercium dari tubuh putrinya. Selain itu, ada aroma melati manis Laras yang bercampur, membuat Ardhan memejamkan mata. Bayangan kejadian semalam muncul di benaknya.

Ardhan menyukai aroma melati manis Laras yang membuatnya merasa familiar dan penasaran. Dia berusaha untuk tidak menatap ke arah payudara Laras yang tepat di depan mukanya, saat dia mencium kening putrinya.

Tubuh Laras agak menegang dan canggung karena wajah Ardhan begitu dekat dengan dadanya. Aroma feromon dan parfum mahal menguar dari tubuh pria itu, mengingatkan Laras pada tindakan Ardhan tadi malam.

Laras mencoba menjaga ekspresi wajahnya agar terlihat biasa karena Winda menatapnya dengan tajam.

"Sayang, kamu akan terlambat ...." Winda menghampiri dan meraih tangan suaminya, menjauhkannya dari Laras.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 006

    "Hmm ...." Wajah Ardhan terlihat acuh tak acuh menatap istrinya."Sarapan pasti sudah disiapkan. Pergilah dulu, nanti aku menyusul sambil membawa Chloe." Winda tersenyum manis.Ardhan tak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya mengangguk lalu berjalan pergi dengan tas kerjanya.Setelah Ardhan pergi, Winda mendelik pada Laras."Saat aku dan suamiku berduaan, jangan tiba-tiba muncul atau mengganggu kami.""Maaf, Bu Winda. Saya nggak tahu Bu Winda dan Pak Ardhan keluar dari kamar. Saya hanya mau keluar bawa Chloe berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mendapat vitamin D,” ujar Laras meminta maaf."Jangan banyak alasan. Ini peringatan pertama, ya. Awas kalau mengganggu waktu berduaan kami lagi. Kalau lihat aku dan Ardhan berdua, kamu harus menjauh dan bawa juga Chloe ...." Winda menatap putrinya.Sebelah alis Laras terangkat melihat kilat kecemburuan di mata Winda saat menatap putrinya sendiri.Wajar seorang ibu cemburu karena perhatian Ardhan lebih banyak tertuju pada putrinya.“Sud

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 005

    Keesokan paginya, Laras terbangun dengan lingkaran gelap di bawah matanya karena dibangunkan oleh seorang pelayan yang mengantar sarapan dan obat herbal khusus untuk memperlancar ASI.Sarapan Laras terdiri dari bubur kacang hijau, buah kurma, dan susu almond. Makanan ini telah diatur sesuai resep dokter agar Laras dapat menyusui anak sang Presdir, cucu pertama keluarga Wikraman yang berharga.Ini adalah kali pertama Laras merasakan makanan seenak ini sejak melahirkan, meskipun hanya bubur kacang hijau dan buah kurma. Selama beberapa bulan terakhir, ia hanya mengkonsumsi sayur bening dan daun katuk demi bisa menyusui anaknya."Mbak Laras mandi dulu. Biar aku yang jaga dan rapikan kamar Nona Chloe.”Laras mengangguk sambil berterima kasih. tenaganya terkuras karena terjaga saat mengurus Chloe.Ia merasa lebih segar setelah mandi dan sarapan, meskipun lingkaran gelap di bawah kelopak matanya masih membuat wajahnya terlihat lelah dan kurang tidur. Ia berganti pakaian dengan baju babysitte

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 004

    Laras mengangguk pelan, tatapan matanya acuh tak acuh saat almarhum suaminya dibahas."Turut berduka cita," ucap Sofia, mengusap pundak Laras penuh empati. "Baiklah, kalau begitu aku akan meninggalkanmu di kamar Chloe. Kamu bisa tinggal di kamar ini. Akan lebih mudah bagimu merawat Chloe. Lalu ada kamar Ardhan dan Winda di sisi lain. Lantai dua ini memang khusus untuk Ardhan, istrinya, dan Chloe.”Sofia berhenti sejenak seolah mengingat sesuatu lalu memberi tahu Laras. “Omong-omong, di kamar ini ada CCTV yang terhubung langsung ke kamar Ardhan. Ardhan biasanya selalu mengawasi keadaan Chloe dari kamarnya. Jadi, hati-hati kalau ingin melakukan apa pun. Sedikit salah, kamu bisa dipecat oleh Ardhan.”Dia menunjuk ke sudut ruangan tempat kamera CCTV terpasang."Oh..." Laras sedikit terkejut, buru-buru menutup bagian payudaranya yang terbuka karena menyusui Chloe, lalu melirik ke arah CCTV. "Apa ini nggak apa-apa?""Yah, sudah terlambat. Aku lupa memberitahumu. Tapi Ardhan juga bukan orang

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 003

    Laras sejenak tertegun, lalu membelalak, buru-buru menutup belahan dadanya yang terbuka."Ha-halo..." Ia menyapa kaku dan gelisah, menundukkan kepalanya. Melihat pakaiannya, sepertinya ia adalah orang penting. Laras berbalik, lalu buru-buru membungkuk hormat."Selamat sore, Pak Ardhan."Ardhan mengerjap dan berdeham, lalu berjalan menghampiri mereka. "Ada apa dengan Chloe? Aku mendengar tangisannya dari luar."Laras mengernyit mendengar suara bariton dingin dan datar itu. Rasanya seperti ia pernah mendengarnya di suatu tempat. Ia menatap Ardhan lekat. Pria itu sangat tampan, tinggi, dengan potongan rambut cepak. Tubuhnya agak kekar dan ramping, tampak pas dengan setelan kerjanya. Lengan kemejanya digulung, memperlihatkan otot lengan dan urat yang menonjol.Merasakan tatapan Laras, pria itu menoleh, membalas tatapannya. Laras agak tersentak dan menundukkan kepalanya cepat. Jantungnya berdebar kencang. Pipinya terasa panas."Tadi Nona Chloe menangis, tidak bisa berhenti dan nggak mau m

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 002

    "Laras..."Laras sedang menyapu teras rumah sambil menggendong Aidan ketika seseorang memanggilnya. Dia mendongak melihat tetangganya yang baik hati melambai dari dalam mobil. Sepertinya mereka baru pulang. Sinta, tetangga yang selalu membantu Laras, menyediakan popok dan baju untuk Aidan. Ia turun dari mobil sambil membawa kantong belanjaan yang penuh.Mereka pindah ke lingkungan tempat tinggal Laras sepuluh tahun yang lalu dan telah bertetangga selama bertahun-tahun."Kak Sinta, baru pulang ya..." Laras tersenyum pada wanita itu.Sinta menghampirinya sambil membawa kantong belanjaan sementara suaminya memarkir mobil di garasi rumah mereka yang besar di depan rumah Laras."Ini aku beli popok dan baju baru Aidan. Juga sembako untuk makan sehari-hari kalian...." Sinta memberikan kantong belanjaan pada Laras lalu meraih Aidan dari gendongannya.“Aduh Kak Sinta … ini ….”“Jangan merasa sungkan. Sebagai tetangga harus saling membantu.” Sinta mengedip pada Laras, lalu menatap bayi di pelu

  • Terjerat Skandal Berbahaya Sang Presdir   Bab 001

    Dalam kegelapan, tak ada yang terlihat jelas. Ruang sempit itu dipenuhi suara serak pria dan erangan lembut seorang wanita. Keringat dan cairan tubuh mereka bercampur tak beraturan. Derit ranjang dan tamparan kulit antar kulit tak henti-hentinya bergema di kamar yang gelap itu. Laras tak bisa melihat dalam kegelapan, tapi sensasi benda asing dan kenikmatan yang menusuk bagian bawah tubuhnya membuat mulut tak henti-hentinya mendesah. Bibir panas dan basah menghisap bibirnya dengan rakus.“Aahhh~ siapa … kamu siapa … mmnh~” Laras tak bisa menampik kenikmatan yang diberikan orang asing itu di tubuhnya. Dia melingkari kakinya di pinggang pria yang terus mendorong pinggulnya ke tubuhnya dengan beringas.“Sial … jangan menjepitku ….” Suara serak nan seksi berbisik di telinganya sambil menampar pantatnya.Laras terisak memohon memeluk lehernya erat saat pantatnya tiba-tiba terangkat tinggi oleh lengan kekar yang kuat dan daging panas pria itu menusuknya semakin dalam ke dalam tubuhnya bers

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status