Share

76. Gerah

Penulis: Bintangjatuh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-08 21:00:09

Rasya tidak langsung menjawab. Ia hanya balas menatap Aurora, sorot matanya dalam dan intens. Ia menelan ludah, tampak sedikit kesulitan menemukan kata-kata yang tepat.

"Aku nyaman, Baby," akhirnya ia berbisik, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya. "Mungkin... terlalu nyaman."

Aurora mengerutkan kening, tidak sepenuhnya mengerti.

Rasya menghela napas pelan, sebuah senyum tipis yang sarat makna terukir di bibirnya.

"Bagaimana aku bisa tidur," lanjutnya, satu tangannya terangkat untuk membelai pipi Aurora, "kalau malaikat yang katanya mau tidur, malah jadi memelukku seerat ini?"

Barulah Aurora sadar. Pipi Aurora seketika terasa hangat. Ini bukan ketidaknyamanan karena posisi. Ini adalah reaksi yang jauh lebih primal dan jujur.

Melihat rona merah di wajah istrinya, Rasya merasa lebih berani. Ia sedikit mengubah posisi, membalik keadaan sehingga kini ia yang lebih dominan, menahan tubuh Aurora di bawahnya tanpa melepaskan ko
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   108.

    Jam dinding digital di ruang tengah menunjukkan pukul sembilan malam.Rumah itu hening dan nyaman. Lampu-lampu utama sudah dipadamkan, menyisakan lampu gantung warm white yang temaram.Pintu utama terbuka. Rasya melangkah masuk dengan langkah berat.Ia melonggarkan dasi yang rasanya mencekik lehernya seharian ini. "Perang" di kantor tadi benar-benar menguras energinya. Ia merasa seperti habis lari maraton, padahal hanya duduk memimpin rapat."Sayang?"Suara lembut itu menyapa dari arah tangga.Aurora berjalan turun, mengenakan piyama satin panjang berwarna sage green. Rambutnya diikat asal, dan wajah Aurora begitu cerah menyanbut suaminya seolah tanpa beban. Kontras sekali dengan wajah kusut Rasya."Kamu baru pulang?" tanya Aurora lembut, berjalan mendekat. "Katanya cuma tiga jam? Ini udah malam banget."Rasya memaksakan senyum terbaiknya. Ia merentangkan tangan, menyambut pelukan istrinya."Maaf," gumam Rasya, membenamkan wajahnya di bahu Aurora, menghirup aroma tubuhnya yang menena

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   107.

    Sepeninggal Rasya, rumah itu kembali hening. Tapi bagi Aurora, ini bukan keheningan yang sepi, melainkan keheningan yang penuh inspirasi. Ia membuat secangkir teh chamomile, lalu naik ke lantai dua. Aurora membuka pintu studionya. Cahaya matahari dari jendela utara menyambutnya, menerangi ruangan luas yang masih minim perabot itu. Ia meletakkan cangkir tehnya di meja kerja. Dengan semangat menggebu, Aurora mulai membuka koper-koper besar berisi koleksi kain premiumnya. Satu per satu, ia menyusun gulungan kain itu ke dalam rak besi di Fabric Library. Ia menyentuh tekstur kain-kain itu dengan penuh kasih sayang. "Rumah baru kalian," bisik Aurora pada gulungan kain favoritnya. Setelah selesai menata kain, Aurora duduk di meja kerja, membuka buku sketsanya. Halaman kosong. Ia memejamkan mata sejenak, membayangkan Paris Fashion Week. Lampu sorot, catwalk, tepuk tangan riuh, dan kritikus mode yang ternganga melihat karyanya. Ia membayangkan Rasya duduk di front row, ters

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   106.

    Sebuah taksi online sudah menunggu di depan gerbang.Galaxy berdiri di teras dengan koper besar di sampingnya dan ransel tersandang di bahu. Ia mengenakan hoodie universitasnya, siap kembali ke realitas sebagai mahasiswa rantau.Aurora, yang kini sudah segar dengan pakaian kasual, memeluk adiknya erat-erat."Jangan lupa makan, Gal," pesan Aurora, mode 'Kakak Cerewet'-nya aktif. "Kurangi mie instan. Kalau uang bulanan kurang, bilang Kakak. Jangan minjem teman.""Iya, Kak Rara, iyaaa," jawab Galaxy, menepuk punggung kakaknya. "Uang jajan aman kok, kan sekarang punya Kakak Ipar Sultan."Galaxy melepaskan pelukan, lalu menyengir ke arah Rasya yang berdiri di samping Aurora."Ya kan, Bang Rasya?" goda Galaxy.Rasya, yang sejak tadi berusaha menyembunyikan ketegangan soal Paris di balik wajah tenangnya, tertawa kecil. "Aman. Kirim aja nomor rekening kamu kalau darurat.""Mantap!" seru Galaxy. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, mengarahkan kamera ke wajah mereka bertiga."Oke, Guys. Gue b

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   105.

    Aroma biji kopi arabika yang baru digiling menguar, memenuhi udara. Rasya berdiri di depan island dapur, bertelanjang dada, hanya mengenakan celana piyama panjang berwarna abu-abu. Rambutnya masih sedikit berantakan khas bangun tidur, namun tangannya dengan terampil menuangkan air panas ke dalam dripper kopi. Ia begitu fokus pada pusaran air di serbuk kopi itu, hingga tidak menyadari langkah kaki pelan di belakangnya. Aurora melangkah tanpa suara. Ia mengenakan kemeja putih kebesaran milik Rasya—yang entah kenapa terasa lebih nyaman daripada piyama sutranya sendiri. Ia berhenti sejenak, bersandar di kusen pintu, menikmati pemandangan di depannya. Punggung lebar suaminya, otot bahunya yang bergerak pelan saat menuang air, dan ketenangan yang memancar dari pria itu. Ada perasaan hangat yang menjalar di dada Aurora. Perasaan memiliki yang begitu kuat setelah pengakuan "takdir" semalam. Aurora berjalan mendekat, lalu tanpa peringatan, ia melingkarkan kedua lengannya di pingg

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   104.

    "Ya ampuuuun!" pekik kedua ibu itu setengah histeris. Tangan mereka saling bertaut gembira. "Jadi anak itu...?!"Para Ayah tersenyum haru, menggelengkan kepala melihat keajaiban Tuhan.Rasya dan Aurora hanya saling menatap. Kepingan-kepingan masa lalu itu akhirnya jatuh ke tempatnya, membentuk gambar yang utuh.Gadis kecil manis dengan pita biru.Anak laki-laki baik hati dengan gantungan kunci robot.Pandangan pertama yang tak bernama itu. Ternyata... adalah satu sama lain."Jadi..." bisik Aurora, air mata haru mulai menggenang di matanya. "Selama ini..."Rasya tidak bisa berkata-kata. Ia hanya bisa menarik istrinya ke dalam pelukan yang sangat erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Aurora."Selama ini," balas Rasya, suaranya serak karena perasaan yang membuncah. "Itu selalu kamu, Aurora. Selalu kamu."Cerita mereka bukan lagi tentang perjodohan paksa, tapi tentang takdir yang akhirnya menemukan jalan pulangnya.Sebuah lingkaran sempurna yang dimulai di taman rumah sakit enam be

  • Terjerat Takdir Cinta Sang Pangeran Aetherion   103.

    Rasya, yang baru saja selesai membantu para ayah memanggang daging, datang menghampiri mereka sambil membawa minuman. Ia hanya tersenyum melihat interaksi itu dan dengan santai merangkul pinggang Aurora dari samping. "Jangan ganggu istriku, Gal," peringatnya pada Galaxy dengan nada jenaka namun protektif. Saat malam semakin larut dan semua orang sudah selesai makan, Rasya mengetuk gelasnya dengan sendok pelan. Ting ting ting. Semua orang menoleh. "Aku tidak pandai berpidato informal," mulainya, matanya menatap satu per satu wajah orang-orang yang paling ia sayangi. "Tapi malam ini, aku hanya ingin bilang terima kasih." Rasya menatap kedua pasang orang tua. "Terima kasih sudah 'memaksa' kami bertemu, meskipun awalnya kami berdua sangat keras kepala." Lalu, menatap Galaxy dan Naina. "Terima kasih sudah menjadi pilar kekuatan untuk Aurora." Dan terakhir, ia menatap A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status