Sebenarnya Jiang Zhaodi sekolah sampai tingkat SMP.
Pada masa itu, bisa sekolah sampai tingkat SMP sangat tidak gampang.
Yuanbao baru berusia 8 tahun, baru sampai pada usia untuk masuk sekolah, namun sudah harus berpindah rumah.
Adik-adik lain yang baru berusia 5 tahun, baru belajar untuk mengurusi diri sendiri, tentunya belum bersekolah juga.
Dia bercerita dengan penuh perasaan, empat adik juga mendengar dengan semangat, tanpa disadari semuanya tertidur lelap. Tertidur beralaskan tanah dan berselimutkan langit.
Saat itu sudah masuk ke akhir musim semi, namun angin yang berhembus masih terasa dingin. Jiang Xi meraba-raba ke dalam tas bawaan, yang ditemukan hanya sebuah baju saja. Tidak tahu punya siapa dan bentuknya seperti apa, tanpa berpikir panjang, dia langsung menyelimuti adik-adik yang kedinginan.
Dia sendiri sangat lelah dan mengantuk. Sambil memeluk adik-adiknya, diapun tertidur.
Keesokan harinya, dia terbangun karena kedinginan. Di hutan belantara, penuh dengan rumput liar. Dia membangunkan empat adik lalu melanjutkan perjalanan.
Bakpao yang dimakan semalam sudah tercerna, empat adik mulai kelaparan, sambil berjalan sambil lihat apakah ada tumbuhan yang bisa dimakan.
Sepanjang perjalanan tidak terlihat satu orangpun. Jiang Xi juga sudah tidak ingin berbicara karena lapar, berbicara satu patah kata saja seperti mengeluarkan banyak tenang.
Empat adik yang melihat dia sedang tidak senang menjadi lebih berhati-hati.
Xiaoshitou dengan matanya yang tajam melihat ada tumbuhan yang seperti kacang polong, langung berlari untuk memetiknya, kemudian berlari ke samping Jiang Xi.
"Kakak, ini makan." Dia paling kecil tetapi paling cerdik.
Dia takut setelah bibi (ibu Jiang Zhaodi) meninggal, bibi ketiga juga ingin menjual mereka, Jiang Xi akan meninggalkan mereka.
Setelah Jiang Xi melihat tumbuhan itu, ekspresi wajahnya langsung berubah.
"Cepat buang, ini tidak boleh dimakan."
Xiaoshitou langsung membuangnya, sudah mau menangis tetapi takut tangisannya akan membuat kakak membencinya, air matanya tergenang.
Jiang Xi bertanya: "Tadi kamu makan tidak?"
Xiaoshitou dengan air mata tergenang menggeleng-gelengkan kepala berkata :"Tidak, aku tidak makan, saya memetiknya untuk kakak."
Jiang Xi langsung tenang.
Nenek dulu sering menceritakan kisah-kisah di tahun 60an, apalagi nenek memiliki perkebunan dan perternakan, dia sangat paham terhadap berbagai jenis tumbuhan.
Juga pernah mencari informasi dari internet.
Kacang polong liar memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Tetapi hal yang sama dari semua kacang polong liar adalah tidak boleh dimakan lagi setelah ada buahnya.
Dia memberikan penjelasan, "Xiaoshitou, yang kamu petik itu namanya kacang polong liar, sebelum berbunga dan berbuah boleh dimakan daun mudanya, tetapi setelah berbunga dan berbuah, tumbuhan ini akan menjadi beracun.
Mendengar ada racun, Xiaoshitou sangat kaget.
"Kakak, aku tidak tahu ada racunnya, kalau tahu ada racun, aku tidak akan memetiknya udah kakak makan."
Jiang Xi mengelus-elus kepalanya, "Kakak tidak menyalahkan kamu, lain kali kalau kamu memetik tumbuhan dan buahan liar, harus tanyakan kepada kakak dulu apakah boleh dimakan, mengerti?"
Xiaoshitou mengangguk-anggukan kepalanya dengan keras, "Aku mengerti kak!"
Yuanbao dengan tatapan kagum melihat kakaknya, "Kakak hebat sekali, di sekolah ada belajar ini juga kah?"
Jiang Xi tersenyum, "Di sekolah mengajarkan kakak mengenal huruf dan mengerti aturan, ini semua kakak belajar dari pengetahuan di luar sekolah."
Yuanbao dengan tatapan penuh kekaguman berkata: "Aku juga ingin sekolah."
Jiang Xi dengan sedih, menjawab dengan asal, "Pasti ada kesempatan."
Lima orang dengan tubuh yang lelah, terus melangkah ke arah utara.
Sesuai dengan tenang mereka, sampai ke desa terdekat adalah hal yang mustahil.
Empat adiknya dengan lemas menundukan kepala. Jiang Xi juga sudah kehilangan tenaganya. Sekarang sudah lelah, lapar dan haus pula.
Orang lain yang lahir kembali dan masuk ke dunia novel memiliki tangan emas, dia apapun tidak ada, apakah masih ada yang lebih sial dari dia!
Saat ini dia sangat kelaparan, jika diberikan sepotong daging mentah, dia akan langsung menelannya.
Di hutan, yang bisa dimakan hanya tumbuhan. Setelah dia mencari-cari, dia menemukan tumbuhan yang bisa dimakan.
Langsung memanggil ke empat adik untuk datang memetiknya. Sambil memetik sambil mengatakan: "Yuanbao, Mibao, Maimiao, Xiaoshitou, coba lihat, ini daun yang bisa langsung dimakan, mengandung banyak vitamin dan gizinya loh!"
Empat adik tidak mengerti apa itu vitamin dan gizi, tapi setelah mendengar boleh dimakan, dengan semangat mereka memetiknya.
Akhirnya mereka memetik banyak daun yang bisa dimakan tersebut. Tanpa mencucinya, mereka mulai memakan daun itu.
Jiang Xi tidak ingin memakannya begitu saja, tetapi rasa lapar mengalahkan logikanya.
Setelah dilap dengan tangannya, dia lalu memasukkan daun itu ke dalam mulut dan mulai mengunyahnya.
Mungkin karena sudah terlalu lapar, awalnya dia pikir daun itu akan susah untuk ditelan, ternyata pemikirannya salah. Malahan dia merasa daun itu sangat segar dan enak.
Makan daun sampai kenyang adalah hal yang tidak mungkin, hanya dapat membuat maag tidak sakit karena perut kosong.
Setelah memakan semua daun, empat adik merasa masih kurang, mereka lalu mencari daun itu lagi. Namun Jiang Xi tidak ingin bergerak, dia hanya mengencangkan tali celananya saja.
Dengan perasaan sedih, dia sangat merindukan rumah, merindukan neneknya.
Merindukan daging merah yang dimasak oleh nenek, merindukan bakpao bikinan nenek.
Nenek kurang bisa membuat bakpao, saat masih di kukus, bakpaonya terlihat besar dan bagus, setelah diangkat, bakpaonya langsung mengempes bagaikan balon kempes.
Dia setiap kali bilang bakpao bikinan nenek tidak enak, lalu diam-diam dia memakan mie instan.
Kalau dipikir-pikir, sekarang dikasih makan bakpao bikinan nenek dia sudah sangat senang, dia tidak akan makan mie instan secara diam-diam lagi.
Saat memikirkan bakpao, maagnya mulai terasa perih. Dia mulai mencari tempat duduk yang nyaman, lalu memeluk perut dan meringkuk. Dia terus memikirkan bakpao. Bakpao, bakpao, bakpao.....
Tiba-tiba ditangannya muncul sesuatu yang hangat. Dia menundukan kepala dan melihat, benar ada bakpao di tangannya. Bakpaonya sedikit mirip dengan bikinan nenek!
Dia dengan tegang dan mendekapnya ke dada, sambil menelan ludah. Bakpao ini tidak kenyal, ini adalah bakpao bikinan nenek.
Dia menengok ke kiri dan kanan, melihat ke empat adiknya masih dengan semangat memetik daun. Dengan buru-buru dia mengigit bakpaonya, rasa tepung yang gurih dan kenyal, baru kali ini dia merasa bakpao bikinan nenek sangat enak.
Seperti seorang pencuri, dia dengan cepat menghabiskan bakpao itu. Tetapi karena dia memakannya terlalu lahap, sehingga tersedak, dengan panik dia memukul dadanya.
Dalam hatinya berpikir, jika ada air pasti akan lebih baik lagi!
Botol minumnya sudah kosong, apakah karena makan bakpao sendiri dia akan mati tersedak?
Sial sekali!
Dia sangat ingin minum air.
Tiba-tiba di tangannya muncul sebotol air.
Dia langsung meminum beberapa teguk air, akhirnya yang tersedak di tenggorokan turun. Dia menjadi lega.
Setelah itu, dia baru berpikir, bakpao dan air datang dari mana ya?
Dia membaca banyak novel online, di dalam novel itu menceritakan mereka yang masuk ke dalam dunia novel rata-rata membawa ruang ajaib.
Mungkinkah ini ruang ajaib miliknya?
Jiang Xi semakin berpikir merasa semakin benar, lalu dia mulai menenangkan hatinya dan fokus untuk masuk ke ruang ajaib.
Setelah berpikir untuk masuk, dia benar telah masuk ke dalam ruang ajaib.
Dengan kaget dia berteriak, ini bukanlah ruang ajaib, ini kan perkebunan dan perternakan milik nenek!
“Dia tidak akan hilang. Kamu belum tahu ya, kalau sudah belajar, bahkan waktu pun dia lupa,” puji Mibao, “Entah dia mirip siapa!”“Yang jelas bukan mirip kamu!” Maimiao terkekeh, “Waktu sekolah kamu kan suka bikin ulah, sampai dewasa pun tidak bikin orang tenang.”Mibao sudah terbiasa dengan candaan seperti ini, “Kamu juga tidak bikin tenang! Siapa yang dulu hampir diculik dan hampir tidak bisa pulang? Sekarang setiap kali keluar rumah, pasti ada Profesor Hao kamu yang harus ikut.”“Profesor Hao suka kok!” Senyum Maimiao semakin melebar.Menikah dengan Hao Zhengyang adalah keberuntungannya setelah melewati masa-masa sulit.Hao Zhengyang adalah orang yang cerdas. Saat sekolah, dia selalu menjadi peringkat pertama setiap tahun.Setelah menjadi guru, dia dipindahkan dari sekolah menengah ke universitas. Tahun lalu, dia baru saja dipromosikan menjadi wakil profesor, menjadik
“Belum selesai hitungan ketiga,” suara gitar itu sudah terhenti mendadak.Gu Yunhang dengan sigap berlari ke arah Jiang Xi.“Mama, kenapa datang ke sini?”“Kalau aku tidak datang, kamu mau main sampai lupa diri ya!” Jiang Xi langsung menjewer telinganya. “Siapa yang bilang mau kerja keras dan bantu meringankan beban Papa dan Mama?”Yunhang buru-buru memohon sambil bersikap manis, “Ma, bisa tidak dilepas dulu? Ini di tempat umum, teman-teman aku juga ada di sini.”Jiang Xi pun tidak ingin mempermalukannya. Setelah melepaskan tangannya, ia langsung berkata, “Ayo pulang.”Yunhang malah memegang lengan ibunya sambil manja, “Ma, aku ingin membentuk band sendiri. Izinkan aku melakukan apa yang aku suka, ya?”“Pulang dulu, baru kita bicarakan,” nada Jiang Xi mulai melunak. “Paman kedua kamu akhirnya mau menikah, kamu setidaknya harus datang
Saat pemberitahuan pembagian kerja keluar, Lu Zhui benar-benar terkejut.Pertambangan batu bara, lagi-lagi pertambangan batu bara!Itu adalah mimpi buruk baginya.Dia terjebak dalam dilema yang mendalam. Ketika Ye Chenfei menolak penugasan, dia sempat menertawakannya.Namun kini, dia merasa dirinya bahkan lebih pengecut daripada Ye Chenfei, yang dengan tegas menolak tanpa ragu.Selain itu, dia sudah berjanji kepada dosennya bahwa dia tidak takut menderita, tidak takut kerja keras, dan siap mengabdi pada negara.Jika sekarang dia menolak, itu tidak hanya akan memalukan dirinya sendiri, tetapi juga memberi Ye Chenfei alasan untuk menertawakannya.Yang membuatnya semakin bingung adalah kenyataan bahwa Ye Chenfei sudah mengetahui perasaannya terhadap Jiang Xi. Lu Zhui selalu berpikir bahwa dia berhasil menyembunyikan perasaannya, tetapi ternyata dia salah.Dia tidak bisa mengerti, apa salahnya menyukai seseorang? Dan mengapa menyuk
Jiang Xi membawa Ye Chenfei ke dapur, terlebih dulu menunjukkan cara menggunakan peralatan dapur modern.Belum bicara soal lainnya, hanya kulkas pintu ganda pintar berkapasitas 650 liter saja sudah membuat Ye Chenfei tercengang.Lalu, dia melihat kompor tanam ramah lingkungan, rice cooker, oven listrik, mesin pembuat kopi, mesin pencuci sayur, penghisap asap, hingga mesin pencuci piring, semuanya membuatnya terpana.Jika tanaman pertanian di ruang ini masih bisa dia pahami, maka peralatan dapur sebanyak itu membuat otaknya sulit mencerna.Namun, masakan yang disajikan tetap memiliki rasa khas istri tercinta, dan dia bisa merasakannya. Hanya saja, urusan mencuci piring sudah diambil alih oleh mesin pencuci piring.Saat dia mencuci wajan, tak sengaja lengannya menyentuh noda minyak.Jiang Xi mengeluarkan satu set pakaian bersih. “Ganti baju ini.”“Ini kan baju yang kita beli waktu ke Hongkong,” Ye Chenfei langsun
Alam kesadaran… Ruang ajaib…Kata-kata ini sudah melampaui pemahaman Ye Chenfei, terasa seperti fiksi ilmiah.“Apa sebenarnya yang terjadi? Aku tidak mengerti.”“Tunggu sebentar, nanti aku jelaskan,” jawab Jiang Xi sambil berdiri, membersihkan dirinya, lalu melihat lokasi tempat mereka berada saat ini.Sebelum kecelakaan pesawat, mereka seharusnya berada di atas sebuah pulau. Seiring dengan gelombang kesadaran Jiang Xi, pemandangan di luar ruang itu perlahan mulai muncul.Perubahan ini terlalu cepat bagi Ye Chenfei untuk menyesuaikan diri. Tak lama kemudian, ia terkejut melihat lubang besar dan puing-puing pesawat di luar sana.Penumpang lain entah terlempar karena ledakan saat pesawat terbelah, atau terkubur bersama badan pesawat di dalam lubang besar itu.Pemandangannya seperti akhir dunia, semuanya hangus dan gelap. Selain mereka berdua, tidak ada seorang pun di pulau terpencil ini.Hati
"Apakah menikah itu menyenangkan?"Jiang Xi sebenarnya tidak pernah mempertimbangkan pertanyaan ini dengan serius. Namun, satu hal yang pasti adalah dia tidak menyesali keputusannya untuk menikah dengan Ye Chenfei.Tidak peduli bagaimana masa depan akan berjalan, setidaknya setiap momen yang dihabiskan bersamanya penuh dengan kebahagiaan.Setelah berpikir sejenak, Jiang Xi balik bertanya pada Xiaoshitou, “Menurutmu, apakah kakak terlihat bahagia?”Xiaoshitou melihat wajah kakaknya yang cerah dan berseri-seri, lalu mengangguk pelan. Tidak bisa dipungkiri, kakaknya memang bahagia.Hanya dari fakta bahwa kakak iparnya rela meninggalkan pekerjaan bergengsi setelah lulus universitas demi membantu Jiang Xi mengembangkan bisnis keluarga, sudah cukup membuktikan betapa ia mencintai Jiang Xi.“Jujur, kak, aku sebenarnya takut menikah,” kata Xiaoshitou dengan ragu. “Aku takut tidak bisa memberikan kebahagiaan yang diingin
Mata Xiaoshitou memancarkan sekilas kegelisahan, tapi dengan cepat dia menutupi perasaannya itu.Dia mencari alasan dan berkata, “Kak, aku ini bujangan. Rumahnya berantakan.”“Pas sekali, Kakak bisa bantu beres-beres,” kata Jiang Xi, bersikeras ingin pergi ke rumahnya.Ye Chenfei diam, tapi dia merasa ada yang tidak beres. Xiaoshitou dikenal sebagai orang yang bersih dan rapi; jelas dia sedang berbohong.Xiaoshitou tak ingin membuat kakaknya kecewa, jadi dengan terpaksa dia membawa mereka pulang ke rumah.Namun, begitu tiba di rumah, Jiang Xi dan Ye Chenfei langsung tertegun.Ini sama sekali bukan rumah yang nyaman. Selain sebuah tempat tidur, hampir tidak ada barang lain. Rumah itu sebenarnya memiliki tiga kamar, tapi semuanya kosong, dingin, tanpa kehidupan. Bahkan dapur pun tidak ada.Di atas tempat tidur yang rapi dan bersih, hanya ada sebuah buku hukum dengan pembatas di dalamnya. Pakaian Xiaoshitou pun di
"Untuk menghukummu!" Ye Chenfei masih mengulang kata-kata itu. "Kamu tidak sadar kalau perhatianmu belakangan ini tidak ada di aku, kan?"Jiang Xi bergumam pelan, "Bukannya kamu juga tidak berhenti mengganggu aku malam itu?"Ye Chenfei mencubit lembut pinggangnya yang empuk. "Aku tidak ngomong soal malam hari."Jiang Xi langsung salah tingkah. "Bukankah kita ketemu tiap hari juga siang hari? Kamu kenapa sensitif sekali?""Aku yang sensitif?" Ye Chenfei balik bertanya. "Apa kamu sadar kalau ada seorang pegawai wanita di perusahaan yang berusaha merebut perhatian suamimu?"Jiang Xi terdiam sejenak, benar-benar nggak sadar sama sekali.Dia memikirkan siapa wanita itu, tapi tetap tidak tahu. Jujur saja, dia tidak pernah memusingkan soal ini karena sudah sepenuhnya percaya pada suaminya.Setelah beberapa saat, dia bertanya, "Siapa yang berani coba-coba mendekatimu?"Melihat Jiang Xi bahkan tidak tahu setelah diberi petunjuk, Ye Chen
"Sudah baikan!" He Chunhua tersenyum. "Itu sebenarnya cuma salah paham. Xuyang si bodoh itu tidak bertanya dengan jelas!"Jiang Xi penasaran. "Sebenarnya salah paham apa sih?"He Chunhua menjelaskan, “Hari itu, orang yang bersama Huanhuan sama sekali bukan teman laki-laki. Itu sebenarnya seorang perempuan tulen, hanya saja gayanya tomboy, rambutnya pendek, dan tubuhnya tinggi.Kalau orang yang tidak kenal melihatnya sekilas, memang akan mengira dia laki-laki. Xuyang baru paham setelah Huanhuan menjelaskan ketika mereka bertemu lagi. Ternyata dia salah paham.Awalnya, Xuyang berniat memindahkan pekerjaannya ke Kota Hai. Tapi, Huanhuan malah berusaha meminta bantuan ayah angkatmu untuk memindahkan pekerjaannya ke Beijing.Mereka sudah bersama bertahun-tahun, dan hubungan mereka sebenarnya sangat dalam. Kami juga sudah sepakat, begitu bertemu orang tua Huanhuan, kami akan menetapkan pernikahan mereka. Semakin cepat menikah resmi, semakin baik.&r