Setelah nenek mendengar permintaan bertambah sedikit, langsung menyetujuinya.
Selanjutnya, Jiang Xi diskusi dengan nenek langkah selanjutnya, baru kembali ke gerbang desa.
Bibi ketiga melihat dia tidak membawa orang untuk membantu, langsung bertanya: "Tidak menemukan orang untuk membantu?"
Jiang Xi menjawab sambil mengigit bibir bawahnya, "Ada yang mau membantu, tapi mereka melihat saya anak kecil, tidak ada yang percaya."
Bibi ketiga mengerutkan kening, "Lalu bagaimana?"
Jiang Xi berpikir sebentar dan berkata: "Bagaimana kalau bibi pergi bersama saya. Jika ada bibi, mereka akan percaya. Yuanbao mereka pasti sudah lapar juga, beberapa hari tidak makan. Saya lihat keluarga itu baru selesai masak, bakpaonya lebih besar dari tinju paman, kita pergi minta beberapa."
Bibi ketiga melihat pacarnya, lalu pacarnya menganggukan kepala.
Yuanbao mengedip mata dan bertanya: "Kakak, benar ada makanan?"
Jiang Xi menganggukan kepala, "Iya, keluarga itu membuat 1 panci besar!
"Kalau begitu, bibi cepat pergi." Yuanbao melepaskan pelukannya, melihat tatapan Jiang Xi berubah, langsung memeluk kaki pacar bibi ketiga.
Bibi ketiga tidak memperhatikan, yang paling penting adalah dia tidak sangka kalau Jiang Xi mengetahui rencana mereka, lebih lagi Jiang Xi begitu licik.
Seingat bibi ketiga, Jiang Xi adalah anak yang polos.
Jiang Xi membawa bibi ketiga ke rumah psikopat.
Dari jauh terlihat, nenek tua sedang menunggu di depan rumahnya.
Sambil menunjuk nenek tua dan berkata: "Bibi lihat, keluarga itu. Tidak disangka nenek baik sekali, sudah menunggu di depan pintu."
Bibi ketiga menganggukan kepala, "Masih banyak orang baik!"
"Iya, masih banyak orang baik." Jawab Jiang Xi lalu mempercepat langkah kakinya.
Bibi ketiga sudah lelah dan haus, juga mempercepat langkah kakinya menuju nenek tua.
Nenek tua melihat bibi ketiga dan merasa puas, langsung memberikan 5 bakpao dan sayur asin kepada Jiang Xi.
Lalu menjalankan sesuai rencana yang di diskusikan sambil menunjuk bibi ketiga, "Di dalam rumah saya masih ada daging kering, kamu bantu saya ambil dari atas lemari, saya akan memberikanmu sebagian."
Bibi ketiga tidak sangka kalau nenek begitu baik, dengan senang hati masuk ke rumah.
Ternyata setelah masuk ke dalam rumah langsung dipukul sampai pingsan oleh psikopat.
Walaupun sedikit brutal, namun bermanfaat.
Waktu itu Jiang Zhaodi juga dipukul seperti itu.
Jiang Xi juga bukan orang bodoh, langsung meninggalkan rumah itu dan pergi ke tujuan selanjutnya.
Rumah selanjutnya adalah rumah wanita bau yang masih membujang di desa. Orang tua wanita bau sudah meninggal lama, dia mempunyai tenaga besar dan mempunyai kulit yang agak hitam. Berbadan besar dan hitam, tubuhnya juga mengeluarkan bau tidak sedap, wajahnya juga jelek.
Dia tidak kekurangan apapun kecuali pria.
Jiang Xi mengetuk pintu rumah wanita bau.
Wanita bau buka pintu dan melihat seorang gadis kecil, dengan bingung bertanya: "Ada apa?"
Jiang Xi terhembus aroma bau sampai mengeluarkan air mata, berkata: "Kakak, bisakan membantu paman saya? Paman masih muda dan baik, saya dan adik-adik tidak ingin merepotkannya, ingin mencarikan dia pasangan dan keluarga."
Wanita bau mendengar "pria", langsung bersemangat.
Dengan suara yang kasar berkata: "Cari apa lagi, cari saya saja."
"Kakak bersedia menerima dia?" Jiang Xi sengaja berkata dengan kaget.
Wanita bau menepuk dadanya, "Kamu bertanya kepada orang yang tepat, pamanmu ada permintaan apa?"
Jiang Xi menggelengkan kepala, "Dia tidak ada permintaan, tapi kamu harus memberikan uang 5 yuan kepada saya, lalu kupon makanan 5 kg. Saya berencana membawa adik-adik pergi jauh dari paman, jadi dia tidak terus memikirkan kami.
Wanita bau menepuk pahanya, "5 yuan tidak cukup, saya kasih kamu 10 yuan dan kupon makanan 10 kg, kamu cepat jemput pamanmu dan bawa ke sini."
Jiang Xi: "......"
Masih dalam keadaan tidak percaya, wanita bau langsung masuk ke dalam kamarnya dan membawakan 10 yuan serta kupon makanan 10 kg, lalu memberikan kepadanya.
Dia menghela nafas, "Saya segera mengantarkan paman, nanti kamu langsung......."
Selesai berkata, langsung berlari kecil mencari pacar bibi ketiga.
Pacar bibi ketiga melihat dia sendiri kembali, dengan curiga berkata: "Mana bibimu?"
Jiang Xi dengan terengah-engah menjawab: "Bibi sedang makan bakpao dan daging di rumah itu, menyuruh saya cepat membawa paman ke sana."
Empat anak mengira itu benar, langsung bersorak dengan gembira.
Pacar bibi ketiga tidak curiga lagi, langsung mengikutinya.
Dua orang ini memang berpacaran, tapi bukan suami istri, jadi masih tidak saling percaya dan tidak kompak.
Berjalan sejauh itu, tidak ada makanan, sudah lama kelaparan. Dia melangkah dengan cepat dan membuat jarak cukup jauh dengan anak-anak.
Jiang Xi tidak marah, masih dengan senang hati menunjukkan jalan.
Melihat wanita bau berdiri di depan rumah dan tidak menjalankan sesuai rencana, dengan panik merasa akan terjadi kekacauan.
Wanita bau ini tidak bisa diharapkan, bagaimana kalau mengagetkan pacar bibi ketiga!
Langsung berlari ke depan dan bertanya: "Bibi ketiga sudah selesai makan?"
Wanita bau menggelengkan kepala, "Belum selesai, masih makan. Ini pamanmu, ayo cepat masuk."
Aroma bau bertebaran, pacar bibi ketiga dengan pandangan merendahkan, namun berpikir bibi ketiga sedang makan daging sendiri, langsung merasakan perutnya tidak bisa menunggu.
Sambil menutup hidung dan masuk ke dalam rumah.
Jiang Xi memberikan kode kepada wanita bau, lalu wanita bau langsung menutup pintu dan menggunakan kayu memukul pacar bibi ketiga sampai pingsan.
Setelah menjalankan rencana menyingkirkan kedua orang jahat itu, Jiang Xi baru merasa lega.
Sesuai pengalaman dari Jiang Zhaodi, mereka tidak akan bisa kabur selama satu atau dua tahun.
Yuanbao dan adik-adik lainnya dengan wajah binggung, sedang menunggu untuk makan daging, tiba-tiba pintu ditutup.
Jiang Xi tidak ada waktu menjelaskan, langsung menyuruh mereka, "Cepat pergi, kita harus cepat meninggalkan desa ini, bibi ketiga ingin menjual kita semua."
Keempat anak mendengar akan dijual, langsung lari meninggalkan rumah itu.
Kakak beradik berlima berlari sampai langit menjadi gelap baru berhenti, saat itu sudah meninggalkan desa lebih dari 5 km.
Mereka terengah-engah dan duduk di atas rumput, sangat kelelahan.
Setelah lebih lega, Jiang Xi mengeluarkan bakpao dan sayur asing untuk diberikan kepada empat adik, dirinya juga makan satu.
Dulu, dia tidak akan memakan bakpao dengan bahan jelek seperti itu. Namun sekarang, bakpao seperti ini lumayan enak, dia menikmatinya.
Langit sudah gelap, di bawah sinar bulan yang pucat, dia tidak bisa melihat jelas wajah empat adiknya.
Empat adik makan dengan lahap tanpa bersuara.
Setelah makan malam ini, mereka tidak tahu besok ada makanan atau tidak.
Jiang Xi mulai berpikir, 10 yuan dan 10 kg kupon makanan tidak bisa dipakai dalam perjalanan ini.
Semakin ke utara, semakin tidak ada orang.
Dalam ingatan Jiang Zhaodi, bukan sedang disiksa, pasti ingatan indah dengan pemeran utama pria. Ingatan terhadap keluarga ibu sangat sedikit.
Dalam novel yang menceritakan keluarga ibu juga sangat sedikit.
Hanya ada sebuah kejadian yang sangat diingat olehnya, yaitu nama desa keluarga ibu.
Kakek adalah kepala desa, kehidupannya pasti tidak susah.
Dia juga bukan ke situ untuk menjadi parasit, hanya memerlukan sebuah tempat untuk berteduh dari panas dan hujan, dia juga bisa membawa adik-adiknya untuk tinggal terpisah.
Kebetulan bisa mengganti namanya.
Nama Zhaodi sangat kolot, juga membuatnya merasa itu bukan namanya.
Dia lebih suka namanya sendiri.
Pikir kali pikir, pikirannya melambung jauh.
Empat adik setelah selesai makan, tidak tahu siapa yang mengungkit "Ibu", semua langsung menangis.
Jiang Xi dengan sabar menghibur mereka, mulai bercerita, pelan-pelan mereka menjadi tenang.
Bercerita tidak membuatnya kesulitan, dia juga sangat pandai bercerita.
Apalagi menceritakan cerita Kera Sakti, empat adik mendengarkan dengan semangat.
Di mata adik-adik, dia adalah orang yang paling pintar.
“Dia tidak akan hilang. Kamu belum tahu ya, kalau sudah belajar, bahkan waktu pun dia lupa,” puji Mibao, “Entah dia mirip siapa!”“Yang jelas bukan mirip kamu!” Maimiao terkekeh, “Waktu sekolah kamu kan suka bikin ulah, sampai dewasa pun tidak bikin orang tenang.”Mibao sudah terbiasa dengan candaan seperti ini, “Kamu juga tidak bikin tenang! Siapa yang dulu hampir diculik dan hampir tidak bisa pulang? Sekarang setiap kali keluar rumah, pasti ada Profesor Hao kamu yang harus ikut.”“Profesor Hao suka kok!” Senyum Maimiao semakin melebar.Menikah dengan Hao Zhengyang adalah keberuntungannya setelah melewati masa-masa sulit.Hao Zhengyang adalah orang yang cerdas. Saat sekolah, dia selalu menjadi peringkat pertama setiap tahun.Setelah menjadi guru, dia dipindahkan dari sekolah menengah ke universitas. Tahun lalu, dia baru saja dipromosikan menjadi wakil profesor, menjadik
“Belum selesai hitungan ketiga,” suara gitar itu sudah terhenti mendadak.Gu Yunhang dengan sigap berlari ke arah Jiang Xi.“Mama, kenapa datang ke sini?”“Kalau aku tidak datang, kamu mau main sampai lupa diri ya!” Jiang Xi langsung menjewer telinganya. “Siapa yang bilang mau kerja keras dan bantu meringankan beban Papa dan Mama?”Yunhang buru-buru memohon sambil bersikap manis, “Ma, bisa tidak dilepas dulu? Ini di tempat umum, teman-teman aku juga ada di sini.”Jiang Xi pun tidak ingin mempermalukannya. Setelah melepaskan tangannya, ia langsung berkata, “Ayo pulang.”Yunhang malah memegang lengan ibunya sambil manja, “Ma, aku ingin membentuk band sendiri. Izinkan aku melakukan apa yang aku suka, ya?”“Pulang dulu, baru kita bicarakan,” nada Jiang Xi mulai melunak. “Paman kedua kamu akhirnya mau menikah, kamu setidaknya harus datang
Saat pemberitahuan pembagian kerja keluar, Lu Zhui benar-benar terkejut.Pertambangan batu bara, lagi-lagi pertambangan batu bara!Itu adalah mimpi buruk baginya.Dia terjebak dalam dilema yang mendalam. Ketika Ye Chenfei menolak penugasan, dia sempat menertawakannya.Namun kini, dia merasa dirinya bahkan lebih pengecut daripada Ye Chenfei, yang dengan tegas menolak tanpa ragu.Selain itu, dia sudah berjanji kepada dosennya bahwa dia tidak takut menderita, tidak takut kerja keras, dan siap mengabdi pada negara.Jika sekarang dia menolak, itu tidak hanya akan memalukan dirinya sendiri, tetapi juga memberi Ye Chenfei alasan untuk menertawakannya.Yang membuatnya semakin bingung adalah kenyataan bahwa Ye Chenfei sudah mengetahui perasaannya terhadap Jiang Xi. Lu Zhui selalu berpikir bahwa dia berhasil menyembunyikan perasaannya, tetapi ternyata dia salah.Dia tidak bisa mengerti, apa salahnya menyukai seseorang? Dan mengapa menyuk
Jiang Xi membawa Ye Chenfei ke dapur, terlebih dulu menunjukkan cara menggunakan peralatan dapur modern.Belum bicara soal lainnya, hanya kulkas pintu ganda pintar berkapasitas 650 liter saja sudah membuat Ye Chenfei tercengang.Lalu, dia melihat kompor tanam ramah lingkungan, rice cooker, oven listrik, mesin pembuat kopi, mesin pencuci sayur, penghisap asap, hingga mesin pencuci piring, semuanya membuatnya terpana.Jika tanaman pertanian di ruang ini masih bisa dia pahami, maka peralatan dapur sebanyak itu membuat otaknya sulit mencerna.Namun, masakan yang disajikan tetap memiliki rasa khas istri tercinta, dan dia bisa merasakannya. Hanya saja, urusan mencuci piring sudah diambil alih oleh mesin pencuci piring.Saat dia mencuci wajan, tak sengaja lengannya menyentuh noda minyak.Jiang Xi mengeluarkan satu set pakaian bersih. “Ganti baju ini.”“Ini kan baju yang kita beli waktu ke Hongkong,” Ye Chenfei langsun
Alam kesadaran… Ruang ajaib…Kata-kata ini sudah melampaui pemahaman Ye Chenfei, terasa seperti fiksi ilmiah.“Apa sebenarnya yang terjadi? Aku tidak mengerti.”“Tunggu sebentar, nanti aku jelaskan,” jawab Jiang Xi sambil berdiri, membersihkan dirinya, lalu melihat lokasi tempat mereka berada saat ini.Sebelum kecelakaan pesawat, mereka seharusnya berada di atas sebuah pulau. Seiring dengan gelombang kesadaran Jiang Xi, pemandangan di luar ruang itu perlahan mulai muncul.Perubahan ini terlalu cepat bagi Ye Chenfei untuk menyesuaikan diri. Tak lama kemudian, ia terkejut melihat lubang besar dan puing-puing pesawat di luar sana.Penumpang lain entah terlempar karena ledakan saat pesawat terbelah, atau terkubur bersama badan pesawat di dalam lubang besar itu.Pemandangannya seperti akhir dunia, semuanya hangus dan gelap. Selain mereka berdua, tidak ada seorang pun di pulau terpencil ini.Hati
"Apakah menikah itu menyenangkan?"Jiang Xi sebenarnya tidak pernah mempertimbangkan pertanyaan ini dengan serius. Namun, satu hal yang pasti adalah dia tidak menyesali keputusannya untuk menikah dengan Ye Chenfei.Tidak peduli bagaimana masa depan akan berjalan, setidaknya setiap momen yang dihabiskan bersamanya penuh dengan kebahagiaan.Setelah berpikir sejenak, Jiang Xi balik bertanya pada Xiaoshitou, “Menurutmu, apakah kakak terlihat bahagia?”Xiaoshitou melihat wajah kakaknya yang cerah dan berseri-seri, lalu mengangguk pelan. Tidak bisa dipungkiri, kakaknya memang bahagia.Hanya dari fakta bahwa kakak iparnya rela meninggalkan pekerjaan bergengsi setelah lulus universitas demi membantu Jiang Xi mengembangkan bisnis keluarga, sudah cukup membuktikan betapa ia mencintai Jiang Xi.“Jujur, kak, aku sebenarnya takut menikah,” kata Xiaoshitou dengan ragu. “Aku takut tidak bisa memberikan kebahagiaan yang diingin