Zuhair menoleh ke arah Eliska dan berkata, "Sekarang Eli sudah 17 tahun. Di antara para gadis lain seusiamu, hanya pernikahanmu yang belum ditetapkan. Hal itu sempat tertunda karena ayahmu. Kalau ditunda lebih lama, takutnya orang tuamu akan khawatir."Pradipta sedikit mengernyit, sementara Yanuar tersenyum penuh arti. Ekspresi merenung terlihat di wajah sang Pangeran.Raja Kawiswara melirik Eliska, mencoba menolongnya dengan berkata, "Kalau Tuan Raditya benar-benar khawatir, dia pasti sudah lama menanganinya. Kurasa Tuan Raditya sudah punya rencananya sendiri."Yanuar menimpali, "Ayahanda, kata-kata Paman benar. Biarpun Ayahanda mencemaskan Tuan Raditya, persoalan ini lebih baik ditangani mereka sendiri."Zuhair menatap Yanuar, mempertimbangkan kata-kata putranya. Segera setelahnya, dia berucap lagi, "Kamu benar, aku memang terlalu khawatir."Eliska membungkuk hormat, lalu duduk di sudut. Dia tidak ikut berpartisipasi ketika para muda mudi unjuk gigi menunjukkan kebolehan mereka. Nind
Dalam mimpinya, mayat bergelimpangan di mana-mana. Di bawah matahari terbenam, Eliska melihat dengan jelas bagaimana pedang itu menembus tubuh Arjuna.Arjuna seolah sudah tidak merasakan sakit apa pun. Dia mengangkat pedang, hendak menghabisi orang di depannya. Pedang itu menusuk tepat di tenggorokan lawan.Eliska ketakutan setengah mati. Tubuhnya mematung di tempat dan wajahnya pucat pasi.Beberapa saat kemudian, Eliska melihat Arjuna mencabut pedang yang menusuk perutnya. Darah mengucur keluar, menuruni pedang dan menetes ke tanah. Namun, dia hanya berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh, seolah-olah tidak merasakan apa pun. Inilah Arjuna dari kehidupan lampau, dingin, angkuh, dan seolah tidak terpengaruh apa pun.Kepribadian Arjuna di kehidupan ini jauh berbeda dengan di kehidupan lampau. Perbedaannya begitu besar hingga Eliska bisa langsung tahu dalam sekali pandang.Detik berikutnya, Arjuna menoleh dan melihatnya. Eliska melihat gejolak emosi di matanya yang perlahan memerah.Kemudi
Jika Eliska bertemu Pradipta di kehidupan lampau, dia mungkin tidak akan begitu terpikat pada Arjuna.Pradipta menatapnya dengan sorot rumit, tetapi tidak berkata apa-apa.Eliska samar-samar merasakan bahwa pemuda itu kurang senang. Dia ragu-ragu sejenak sebelum bertanya, "Tuan Pradipta, apa kamu nggak suka dibandingkan dengan Putra Bangsawan?""Aku hanya nggak begitu suka karena Nona Eliska membandingkanku dengan Putra Bangsawan di kehidupan lampau. Tapi, nggak apa-apa. Nona Eliska bisa melakukan atau mengatakan apa pun yang disukai," kata Pradipta.Eliska bertanya ingin tahu, "Kenapa hanya Putra Bangsawan dari kehidupan lampau?""Di mataku, Putra Bangsawan di kehidupan lampau berbeda dengan Putra Bangsawan di kehidupan ini." Pradipta hening sejenak, lalu melanjutkan, "Mungkin karena aku bereinkarnasi dari kehidupan lampau. Aku nggak pernah merasa tempatku berada di kehidupan ini. Rasanya aku seperti menjalani kehidupan yang bukan milikku. Sebagian besar ingatanku juga masih tertingga
Saat ini, tatapan Eliska tertuju pada para jenderal yang pergi mendampingi Arjuna. Kebanyakan dari mereka adalah wajah-wajah akrab. Meski Eliska tidak ingat nama-namanya, dia pernah melihat mereka di kehidupan lampau.Namun, ketika pandangan Eliska jatuh pada seorang pria berusia tiga puluhan di sudut, dia menatapnya sedikit lebih lama. Pria berjanggut itu terasa sedikit familier di matanya, seakan-akan dia pernah melihatnya dalam situasi yang sangat penting.Rasa familier itu membuat Eliska sedikit gugup. Dia mencoba memikirkannya dengan cermat, tetapi tidak berhasil mengingat apa pun.Ketika sedang tenggelam dalam pikirannya, Eliska tanpa sadar mendongak dan mendapati Arjuna tengah menatapnya. Gadis itu tertegun sejenak.Hari ini, Eliska hanya mengenakan gaun polos dan hanya berhiaskan tusuk konde kayu di rambutnya. Dia seharusnya tidak mencolok saat berdiri di tengah para gadis lain. Tak disangka, Arjuna masih menemukannya.Dipisahkan kerumunan orang, keduanya diam-diam bertatapan.
Arjuna tampak tersenyum, tetapi sepertinya juga tidak. Sulit untuk memastikan apakah dia gembira atau tidak. Mungkin baginya, menikahi gadis mana pun tidak membuat perbedaan.Di sisi lain, pernikahan itu membuat Eliska bahagia untuk waktu lama. Orang-orang lain juga iri padanya untuk waktu yang lama.Eliska bahkan merasa sedikit bangga ketika mendengar orang lain mempertanyakan bagaimana Arjuna bisa memilih dirinya, putri Kediaman Adipati Madaharsa yang sedang terpuruk.Begitu memori itu kembali, Eliska mengingat banyak hal lainnya. Suatu kali, Arjuna hendak pergi ke Surtara di tengah malam. Dia membangunkannya dan berkata, "Antar aku."Masa itu, hubungan keduanya sedang cukup baik.Kala itu, Eliska sangat menyukai Arjuna dan selalu ingin bersamanya. Apa pun yang pemuda itu katakan, dia selalu menurut. Biarpun mengantuk, dia segera bangun."Aku punya satu permintaan. Kelak, setiap aku pergi ke Surtara, kamu harus mengantarku," ujar Arjuna sambil memakaikan Eliska tudung jubahnya di dep
Malam itu, Eliska tidak kunjung terlelap. Entah mengapa, dia tiba-tiba teringat pada peristiwa di kehidupan lampau. Setahun setelah kepergian Arjuna ke Surtara, pemuda itu kembali ke ibu kota.Saat itu, Zuhair sedang sakit parah dan situasi perang di Surtara telah berangsur-angsur stabil. Yanuar sedikit unggul dalam perebutan kekuasaan di istana, Kediaman Raja Kawiswara pun kembali ke masa kejayaannya.Banyak orang berbondong-bondong menghadiri pesta di Kediaman Raja. Tidak ada satu pun kediaman terpandang di ibu kota yang absen. Eliska hanya bisa melirik Arjuna dari kejauhan.Tidak ada lagi pesona elegan dan berkelas khas anak muda yang terpancar dari Arjuna. Sebaliknya, dia mulai menunjukkan aura seorang pejabat berkuasa. Sorot matanya dalam dan tak terselami. Makin besar kekuasaan yang dipegang seseorang, makin tak terjangkau dan menakutkanlah dia di mata orang lain.Eliska merasa ada jurang pemisah antara dirinya dan Arjuna. Hatinya tiba-tiba kecewa, tahu betul bahwa pemuda yang di