Kaisar, Jangan Meminta Lebih

Kaisar, Jangan Meminta Lebih

last updateHuling Na-update : 2025-11-10
By:  Luna Maji In-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
20 Mga Ratings. 20 Rebyu
118Mga Kabanata
3.3Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Dibuang oleh Ibu tirinya ke hutan, Cailin bertemu dengan pria yang terluka parah. Saat ia menolongnya, justru tubuhnya menyerap energi hingga nyaris merenggut jiwanya. Yang ia tidak tahu, pria itu adalah Kaisar Spiritual, Shangkara, yang kekuatannya termasyhur. Untuk menyelamatkannya, Shangkara melakukan hal terlarang dengan memberikannya darah-nya. Tindakan itu menyelamatkan nyawa Cailin, tetapi sekaligus mengikat mereka dalam ikatan jiwa-raga yang misterius. Kini, rasa sakit, kelemahan, dan bahkan perasaan mereka saling terpengaruh. Satu-satunya cara menyelamatkannya adalah melalui Ritual Penyatuan Yin-Yang—sebuah ritual sakral yang tak pernah ada berani menggunakannya. “Ritual apa?” “Ritual Penyatuan. Tidurlah denganku. Sekali saja. Maka kau akan selamat… sekaligus menjadi milikku.” [MATURE 21+]

view more

Kabanata 1

1 - Luka

“Kau membawa sial!” bisik wanita itu, matanya penuh kebencian. “Pergi! dan jangan pernah kembali!”

Kabut masih menyelimuti hutan, cahaya matahari menerobos di antara celah pepohonan yang sudah hidup selama berabad-abad. Dinginnya menusuk tulang, namun tidak lebih dingin dari rasa hampa di dada Cailin. Ia tinggal sendiri sejak ibu tirinya membuangnya ke tempat terpencil ini, dengan alasan yang tidak bisa ia pahami. 

Cailin menyampirkan kantong anyaman di bahunya, jari-jarinya yang kotor mencengkeram erat tali kantong. Isinya sedikit—beberapa umbi-umbian liar dan jamur yang dia temukan pagi tadi. Itu seharusnya cukup untuk bertahan hari ini. Napasnya membentuk kabut putih. Setiap langkah kakinya meninggalkan jejak di tanah yang basah.

Cailin menggosok-gosokkan kedua tangannya. “Kalau aku jadi es batu, mungkin wanita itu akan senang. Dasar perempuan gila.”

Tiba-tiba, langit di atasnya seakan berwarna kemerahan sesaat, diikuti gemuruh yang menggetarkan tanah. Bau besi terbakar dan sesuatu yang lain... sesuatu yang manis dan memabukkan, memenuhi indra penciumannya.

Hatinya berdebar kencang. Instingnya berteriak untuk lari, tetapi rasa ingin tahu atau mungkin hanya keputusasaan bodohnya, menariknya mendekati sumber bau itu. Dia menyusuri semak belukar, tangannya menyingkirkan ranting yang menghalangi.

Dan di sana, di tengah lingkaran tanah yang hangus dan pepohonan yang patah, terbaring seorang pria. Cailin menahan napas. 

Pria itu tergeletak dalam kondisi yang mengerikan. Bajunya yang tadinya pasti sangat mewah, kini compang-camping dan berlumuran darah yang... aneh. Darahnya tidak berwarna seperti darah manusia biasa, melainkan berwarna merah keemasan, serta memancarkan hawa panas hingga Cailin bisa merasakannya dari jarak beberapa langkah.

Wajahnya pucat, tapi garis rahangnya menampilkan keteguhan bahkan dalam keadaan tidak sadar. Dia terlihat agung, seperti yang dia bayangkan tentang para dewa dalam cerita-cerita yang pernah ia dengar. Hanya saja, dewa tidak seharusnya sekarat di hutan.

“Lukanya aneh,” Cailin menggedikkan bahu, “tapi tampan. Apa dia dewa yang jatuh ke bumi?”

Tanpa pikir panjang lagi, naluri kemanusiaannya mengambil alih. Cailin berlutut di sampingnya, tangan gemetar menyentuh dahi pria itu. Panas! Cailin langsung menarik tangannya dan meniupnya cepat.

Itu sudah cukup bagi Cailin. Dia membalut luka dengan kain dari bajunya, berusaha menghentikan pendarahan. Saat jarinya tanpa sengaja menyentuh darah yang masih hangat, sebuah sensasi aneh merayap di kulitnya.

Seperti energi menyambar melalui jarinya, membanjiri tubuhnya. Cailin terhuyung ke belakang, dadanya terasa seperti ditusuk ribuan jarum panas. Matanya berkunang-kunang. Dia mencoba berteriak, tapi yang keluar hanya desahan napas yang tersendat.

Dia merasakan sesuatu yang asing mengalir dalam tubuhnya, membakar dari dalam. Penglihatannya mulai gelap, dan hal terakhir yang dia ingat sebelum kegelapan adalah sepasang mata yang tiba-tiba terbuka—mata yang berwarna merah vermilion, menatapnya penuh dengan kejutan.

Dan kemudian, semuanya menjadi hitam.

***

Bau darah dan tanah basah memenuhi penciuman Shangkara saat kesadarannya perlahan kembali. Rasa sakit yang luar biasa di dadanya mulai mereda. Luka di tubuhnya masih terbuka, tapi darahnya sudah bekerja, menyembuhkan dengan perlahan namun pasti.

Lalu ia membuka mata. Pandangannya samar, tapi ia bisa menangkap sosok seorang yang terhuyung kemudian jatuh tak jauh dari tempatnya.

Seorang gadis. Wajahnya pucat bagai bulan, dan napasnya tersengal-sengal.

Orang biasa? Pikirnya bingung. Apa yang dia lakukan disini?

Kemudian, pandangannya jatuh pada jari gadis itu. Ada bekas noda merah keemasan. Darahnya.

Sial.

Shangkara mencoba bergerak, tapi tubuhnya masih cukup lemah. Sumpah serapah keluar dari bibirnya. Ia tidak hanya celaka, tapi malah membawa gadis tidak bersalah dalam bencana. 

Energinya yang membara terlalu kuat untuk tubuh yang tidak terlatih. Gadis ini akan mati.

“Demi langit…” gumamnya, suaranya serak.

Tiba-tiba bayangan bergerak dari balik pohon. Shangkara langsung siaga walau tubuhnya masih lemah.

“Yang mulia!”

Seorang pria gagah dengan bekas luka di alis segera mendekat. “Aku menemukan jejak energi yang mulia,” lapor Ren, orang kepercayaannya. “Apa yang terjadi? Siapa… ini?” Pandangannya beralih pada gadis yang sekarat tak jauh dari Shangkara.

“Jangan tanya,” potong Shangkara, “Dia menyentuh darahku. Energinya terserap.” 

Ren—ajudannya—langsung memeriksa nadi Cailin, menghela napas dan menggeleng perlahan. “Dia tidak akan bertahan, yang mulia. Energi milik Anda membakarnya dari dalam.”

Shangkara menatap gadis malang  itu. Seorang kaisar tidak boleh berhutang budi, dan tidak akan membiarkan orang tak bersalah mati karenanya.

“Ren,” ucapnya tegas penuh wibawa, mengesampingkan rasa sakitnya. “Bawa dia. Bawa dia ke Istana. Sekarang.

Ren terlihat ragu, “Yang mulia? Itu terlalu berisiko—”

“Sekarang!” suara Shangkara bergetar, meski lemah. Cahaya vermilion menyala singkat di matanya. “Dia menyelamatkanku. Dia tanggung jawabku sekarang.”

Kalimat itu menggantung di udara, lebih berat dari kabut pagi. Ren mengangguk patuh. Ia tidak memahami, tetapi ia taat.

“Istana adalah satu-satunya tempat yang memiliki sumber daya untuk menyelamatkan nyawanya.” Shangkara berhenti, matanya tertuju pada gadis itu.

Ia menekan dadanya yang tiba-tiba berdebar tak karuan. Bukan karena luka, tapi karena ia tahu, sesuatu yang buruk akan terjadi kalau ia membiarkan gadis ini kehilangan nyawanya.

“Dengarkan aku, Ren!”

Suara tegas Shangkara membuat gerakan Ren yang hendak mengangkat Cailin terhenti, “Baik, Tuan.”

“Jangan sampai dia tahu siapa aku sebenarnya.”

Ren melihat mata tuannya. Itu bukan hanya perintah. Itu adalah keputusasaan. Dengan berat hati, ia akhirnya mengangguk. "Seperti yang Tuanku perintahkan."

“Langsung bawa ke kamar rahasia,” instruksi Shangkara, suaranya pelan tapi tegas. “Ciptakan kabut sebagai pelindung,” tambahnya.

Ren mengangguk. Dengan sigap, dia mengeluarkan energinya, kabut tebal tiba-tiba menyelimuti mereka, menyembunyikan mereka dari pandangan siapa pun. 

Mereka melesat masuk ke dalam kegelapan hutan. Di pundak Ren, Cailin tergantung lemas. Shangkara berjalan tertatih di samping ajudannya. Setiap langkah terasa lebih berat daripada luka di dadanya, seolah ia sedang menyeret sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada tubuh lemah seorang gadis.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Amy_Asya
ceritanya bagus jadi pengen lanjut baca terus... semangat updatenya thor
2025-11-07 08:53:18
1
user avatar
Dandelion
ceritanya bagus kak, aku jadi ikut berfantasi
2025-11-06 08:55:41
1
user avatar
Za_dibah
Bagus ceritanya, bikin nagih ...
2025-11-06 07:18:17
1
user avatar
Dara Tresna Anjasmara
baru ketemu bukunya...
2025-11-05 22:57:11
1
user avatar
Anggun_sari
ceritanya seru dan bikin nagih
2025-11-01 07:18:37
1
user avatar
Elizabeth_Nik
up banyak Thor...
2025-10-29 18:59:52
1
user avatar
tony
seru juga. good
2025-10-28 12:54:03
1
user avatar
Langit Parama
Lanjut kak, keren pokoknya kaisar
2025-10-17 12:36:01
1
user avatar
Sekarani
ceritanya cakep banget! semangat nulisnya, ya thor ^^
2025-10-16 10:21:11
1
user avatar
Yusuf 96
congrats, keren ceritanya, di tunggu cerita barunya, semangat .........
2025-10-15 12:48:57
1
user avatar
Henny Djayadi
kisah fantasi yang seru, selalu ditunggu up datenya
2025-10-13 19:38:30
1
user avatar
Kak Gojo
novelnya selalu keren nih, semangat up yaa
2025-10-13 13:39:51
1
user avatar
Cheezyweeze
Kasih Cailin bahagia, Thor
2025-10-09 19:42:52
1
user avatar
Sherly Monicamey
cerita fantasi memang selalu keren apalagi kalau ada percintaannya. Sukses untuk ceritanya.
2025-10-08 09:23:12
1
default avatar
raesae85
suka deh... suka sama ceritanya. semangat update nya kak, ditunggu pokoknya kelanjutan cailin sama shangkara ini
2025-10-06 17:55:07
1
  • 1
  • 2
118 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status