Ketika waktunya telah tiba, Maya pergi ke tempat pemutaran perdana itu dengan Evan dan seorang supir. Karena mereka harus bersiap sebelum waktu kerja Evan habis, Kevin terpaksa tidak bisa menemani mereka untuk menyelesaikan tugas yang ditinggalkan oleh Evan. Melihat Kevin bekerja keras, Maya tanpa sadar merasa kasihan dan mulai bercanda bahwa Evan harus memberi Kevin apresiasi atas apa yang pria itu lakukan untuk mereka selama ini. Namun tanpa disangka, Evan benar-benar mengangguk untuk menanggapi ucapannya itu. Hanya ketika mereka telah berada di mobil, Evan akhirnya buka mulut tentang maksud dari anggukannya tersebut. "Aku berencana memindahkan dua puluh lima persen kekayaan keluargaku atas namanya. Aku sebenarnya ingin memberi lebih banyak. Namun melihat kepribadiannya, dia pasti akan marah jika aku memberinya terlalu banyak. Aku belum membicarakan tentang pemindahan kekayaan ini padanya. Aku ingin meminta pendapatmu terlebih dahulu. Apa kamu keberatan jika aku melakukannya, Maya?
Setelah diyakinkan oleh Evan, suasana hati Maya membaik dengan pesat sampai gadis itu tidak keberatan untuk membalas sapaan orang-orang yang ditunjukan padanya. Sepanjang acara Maya tersenyum, menyebarkan aura positif yang juga memengaruhi Evan yang semula sedikit kesal karena gadis-gadis penggosip tersebut. Di bawah hiburan Maya, Evan akhirnya memiliki wajah yang lebih bersahabat saat mereka memasuki ruang bioskop sambil berpegangan tangan. Keduanya duduk di bangku yang telah disiapkan. Evan mengusap tangan Maya pelan, saat dia berbisik lagi pada gadis itu. "Kamu bisa memberi tahuku kapan pun kamu merasa jika film ini mulai membuatmu tidak nyaman. Ingat, kebahagiaanmu adalah prioritasku saat ini."Maya tersenyum saat dia membalas bisikan suaminya. "Aku mengerti. Terima kasih, Evan," ucapnya dengan tulus. Evan mengangguk untuk membalas ucapan istrinya tersebut. Wajahnya sangat lembut, ketika dia menatap wajah istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah semua tamu memasuki ruangan
Deru suara mobil menggema di tengah-tengah kota yang telah ditinggalkan sejak beberapa tahun yang lalu. Mobil yang hampir seluruh bagiannya ditutupi baja kuat melaju dengan cepat di jalanan sepi yang membelah kota yang sebelumnya padat tersebut. Seorang wanita dengan tenang memutar musik Mozart di dalam mobilnya. Wanita itu mengamati kota mati itu dengan tatapan bosan. Baru lima tahun ini mereka memasuki era di mana zombie menginvasi hampir seluruh tempat di muka bumi. Akan tetapi kota-kota di seluruh dunia, hampir seluruhnya sudah berubah menjadi kota mati seperti kota tempat asalnya saat ini.Tepat lima tahun yang lalu, sebuah meteor tidak dikenal tiba-tiba jatuh ke muka bumi dan hampir menghancurkan separuh bagian dari salah satu benua yang ada di bumi. Meteor itu mendekati bumi dengan kecepatan yang tidak masuk akal, seakan memberi tahu dunia bahwa akhir dunia sudah tiba saat itu. Tidak ada satu pun manusia yang bisa mencegah meteor itu agar tidak sampai jatuh ke bumi. Se
Entah mengapa, kota mati yang biasanya dipenuhi oleh zombie itu tampak benar-benar seperti kota mati yang sepi belakangan ini. Di sepanjang jalan saja, wanita itu tidak bisa menjumpai zombie yang biasanya berkeliling di sekitar jalanan atau rumah-rumah. Tampaknya relawan lain juga mulai menggosipkan hal yang sama belakangan ini. Beberapa mulai berasumsi bahwa zombie akhirnya habis di bawah perjuangan gigih manusia. Akan tetapi, wanita itu yakin bukan itu alasan utama zombie-zombie itu menghilang kini. Jumlah mereka banyak dan rasanya tidak mungkin jika mereka menghilang begitu saja sekarang. Perasaan wanita itu sedikit tidak enak, saat dia mulai menyusuri mall sepi itu dengan sangat hati-hati.Tujuan utamanya merupakan supermarket yang terletak di lantai satu mall tersebut. Wanita itu mengambil apa pun yang masih bisa digunakan dan dimakan dari dalam sana. Perasaannya semakin buruk saat dia lagi-lagi tidak bisa menemukan satu pun zombie di tempat yang biasanya menjadi sarang
Maya menyusuri mall itu dengan sangat hati-hati. "Apotiknya mungkin ada di lantai dua," ujarnya setelah mereka tidak juga menemukan obat apa pun di lantai satu. Perlahan, mata pria itu menatap ragu lantai dua yang sedikit gelap tidak seperti lantai satu yang hampir segala sisinya disinari oleh matahari. Sama seperti Maya, perasaan Ben juga mulai tidak enak saat dia melihat lantai dua yang terlihat mencurigakan itu. Akan tetapi, Ben tahu anak dan istrinya tengah menunggu obat yang akan mereka bawakan saat ini. Mereka harus cepat, sebelum hal buruk benar-benar mendatangi mereka nanti."Baiklah. Ayo pergi," ujar Ben sambil berusaha memberanikan dirinya sendiri. Lagipula, mereka tidak juga menjumpai zombie apa pun sampai saat ini. Kepercayaan dirinya meningkat, saat keduanya mulai menaiki eskalator yang sudah mati untuk pergi ke lantai dua.Beruntung bagi mereka, toko apotik berada tidak jauh dari eskalator dan masih memiliki sedikit cahaya dari lampu yang kadang kala berk
Rasa sakit perlahan memudar saat Maya telah kehilangan kesadarannya. Hanya perasaan hangat dan lembut menyambutnya setelah itu. Maya tidak lagi merasakan perasaan sakit saat matanya telah benar-benar terpejam. Dunia mendadak terasa begitu sunyi, sampai Maya merasa bahwa dia berada dalam jurang kehampaan di mana dia bahkan tidak bisa mendengar suara nafasnya sendiri.Maya selalu berpikir. Bahwa ketika dia mati, mungkin dia akhirnya bisa memiliki kesempatan untuk bertemu keluarganya lagi dan mendapatkan maaf mereka setelah Maya merasa tidak bisa melindungi keluarganya sampai akhir. Maya mungkin bisa melihat adiknya lagi. Dan orang tuanya, yang terpaksa dia bunuh ketika keduanya berubah menjadi zombie dan hampir menyerang adiknya yang tengah sakit.Maya menunggu sampai keajaiban itu datang. Namun tidak peduli seberapa lama Maya menunggu, kegelapan yang meliputinya tidak juga menghilang. Perlahan perasaan tenang berubah menjadi perasaan gelisah.
Pisau yang berusaha dia pegang dengan susah payah jatuh begitu saja ke lantai setelah Maya sendiri terjatuh dengan keras. Nafas gadis itu sedikit tidak beraturan, saat kepalanya berdenyut semakin kencang dan ingatan-ingatan tidak dikenal mulai muncul di pikirannya.Awalnya ingatan-ingatan itu tampak samar dan buram seakan tengah ditutupi oleh sesuatu. Tapi seiring berjalannya waktu, suara itu terdengar semakin jelas sampai Maya merasa dirinya tengah melihat potongan film saat ini. Seorang gadis malang tengah menangis di hadapan kuburan dalam ingatan pertamanya, sebelum adegan berganti saat seorang pria membawanya ke rumah besar yang berisi banyak sekali pelayan yang menyambut kedatangan pria tersebut.Adegan kembali berganti saat gadis yang berpikir bahwa dia akan hidup nyaman mulai saat itu, malah mendapatkan neraka hidup dalam rumah besar itu. Walaupun dia merupakan anak dari pemilik rumah besar itu, gadis itu terus saja diperlakukan lebih
"Bagus sekali... Sepertinya percobaan bodohmu itu telah benar-benar merusak otakmu bukan? Menodongkan pisau buah pada calon suamimu sendiri. Apa kamu sekarang merasa bahwa kamu itu semacam pembunuh bayaran yang tidak kenal takut Nola?!"Maya benar-benar enggan untuk menatap mata Sarah ketika wanita itu akhirnya berani memarahinya lagi setelah Evan dan temannya sudah benar-benar pergi kali ini. Wanita itu benar-benar melukai kuping Maya dengan segala caciannya. Maya mengerutkan keningnya dengan jelas. Dia tidak percaya, Finola benar-benar bisa menahan semua cacian itu sepanjang hari di masa lalunya. Mungkin itu salah satu kelebihan gadis itu di antara segala kekurangannya. Ketika gadis itu mendengarkan Sarah terus bicara omong kosong, Maya benar-benar tengah mencoba menahan tangannya untuk tidak menyayat wanita itu dengan pisau buah yang sama saat ini. "Maya! Apa kamu mendengarkan aku?!""Lalu kamu ingin aku bagaimana?"Sarah menatap tidak percaya