Home / Romansa / Terlambat Mencintai Lisa / Episode 3. Terpancing Marah

Share

Episode 3. Terpancing Marah

Author: Sun Shine
last update Last Updated: 2022-01-24 13:11:32

"Kamar ini kecil," keluh Lisa di dalam hati. Dia naik ke atas ranjang kecil yang ada di sana dan langsung berbaring karena terlalu lelah hanya untuk sekedar ke toilet membersihkan diri.

"Ugh...," erangnya. Ia memegangi bahunya yang terasa sakit akibat gigitan Revin. Lisa terisak, ingin sekali rasanya dia mencurahkan semua perasaannya, tetapi kepada siapa? Dia sama sekali tidak punya tempat untuk mengadu.

Satu-satunya tempat ia pernah menceritakan isi hatinya adalah kepada Dokter Sinta yang adalah seorang psikiater.

"Tidak, aku tidak boleh ke sana. Jika Kak Revin tahu bahwa aku pernah 'sakit', dia juga akan tahu kalau aku pernah hamil dan keguguran. Itu tidak boleh terjadi! Kak Revin tentu akan semakin jijik padaku. Tidak, sebisa mungkin, jangan sampai Kak Revin tahu. Mudah-mudahan saja Kak Revin tidak akan pernah tahu," lirihnya cemas di dalam hati. Pada akhirnya, Lisa tertidur begitu saja.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Lisa terbangun. Kepalanya terasa berat dan seluruh badannya terasa sakit.

"Ughh.." Lisa melenguh. Ia berjalan terhuyung-huyung keluar kamar menuju ke kamar mandi, dan muntah-muntah di sana. Kehamilannya memang membuatnya muntah-muntah setiap pagi, hingga berat badannya cepat berkurang. Rasanya Lisa mau pingsan saja. Dia merasa hampir tidak bertenaga lagi setelah muntah-muntah.

Lisa diam-diam mengambil kopernya dari atas. Setelah itu ia pergi mandi.

"Tidak ada kotak P3K. Aku harus membelinya nanti," ucapnya ketika akan mengobati luka-lukanya.

Saat menatap cermin, ada luka kecil di sudut bibirnya. Luka itu karena Revin menamparnya tadi malam. Memikirkan itu, hati Lisa sakit. Ia pun sedikit memoles perona di wajahnya setelah memakai krim wajah.

"Pasti tidak apa-apa, kan? Kata dokter krim ini tidak apa-apa dipakai walau sedang hamil," ucap Lisa meyakinkan dirinya sendiri. Lalu ia memakai sedikit bedak dan pelembab bibir.

"Wajahku pucat sekali. Pasti jelek kalau tidak didandan. Aku harus selalu terlihat cantik di hadapan Kak Revin," lirih Lisa dalam hati.

Lisa sadar, dirinya banyak kekurangan sebagai perempuan di hadapan Revin, untuk itu setidaknya dia harus mempertahankan kecantikan yang ia miliki saat Revin sedang menatapnya.

Setelah memperhatikan wajahnya yang tampak lebih segar, Lisa segera beranjak keluar rumah karena taksi online yang ia pesan sudah datang. Mobil miliknya masih berada di apartemen, tempat ia tinggal selama ini, belum sempat ia ambil. Itu sebabnya ia memakai taksi online. Dia akan berbelanja sebentar ke supermarket 24 jam untuk membeli bahan keperluan dapur.

Selesai berbelanja, Lisa langsung menuju dapur.

"Aku akan memasak sup daging kesukaan Kak Revin. Cuaca sedang dingin. Dia pasti akan lahap makan."

Setelah beberapa waktu Lisa selesai memasak dan menghidangkannya di atas meja makan. Makanan di atas meja benar-benar menggugah selera. Tampak sangat lezat. Lisa duduk di salah satu kursi makan dengan kening mengerut.

"Ukh.. Padahal dulu aku selalu penuh energi. Tetapi sekarang, kenapa setelah berbelanja dan memasak saja rasanya sudah capek sekali?" keluhnya dalam hati.

"Ah, ini mungkin karena aku sedang hamil!" Lisa mengelus perutnya sambil tersenyum lembut.

Lisa melirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

"Kenapa Kak Revin belum turun?" Lisa menatap ke arah tangga. "Apa lebih baik aku ke atas untuk melihatnya?" Baru saja dia berpikir seperti itu, suara cepat langkah kaki terdengar dari arah tangga. Revin tampak terburu-buru.

Lisa berdiri dan menghampiri Revin. "Kak Revin, ayo sarapan. Aku memasak sup daging kesukaan kakak," ajak Lisa sambil berupaya tersenyum. Seolah tadi malam tidak terjadi apa-apa. Lagian tadi malam Revin kan mabuk, jadi kemungkinan ia tidak ingat akan perlakuan kasar yang ia lakukan terhadap Lisa.

Revin menatap Lisa dengan dingin. "Aku sudah terlambat berkat istri yang tidak berguna sepertimu," sarkasnya. Senyum Lisa seketika sirna. Lisa memang berniat membangunkannya, tetapi dia takut suaminya itu marah padanya karena mengganggu tidurnya. Lagian Lisa juga tidak tahu jika pagi ini Revin ada jadwal.

Setelah berkata seperti itu, Revin hendak melangkah keluar rumah tetapi ponselnya berbunyi. Sebuah pesan chat masuk, dan ternyata pesan itu dari dosen pembimbingnya. Revin pun membaca pesan itu. Ternyata dosennya menunda pertemuan mereka menjadi siang di kampus.

"Memang anj****g!" makinya pada dosennya yang selalu suka menunda, membuat jadwal Revin terganggu. Padahal siang ini harusnya Revin akan ke kantor.

Revin pun membalas pesan dosen pembimbingnya itu dengan kalimat, "Iya, Pak." Dan ia kembali menatap Lisa.

"Siapkan makananku," titahnya.

Lisa yang sempat terdiam melihat Revin yang mengeluarkan umpatan, kembali bersemangat ketika Revin memutuskan untuk sarapan di rumah. "Iya! Ayo, kak, ke meja makan," ucapnya ceria.

Revin mengikutinya dan duduk di salah satu kursi. Dengan cekatan Lisa yang berdiri di sampingnya, menaruh nasi dan lauk ke piring Revin. Lisa juga mengambil mangkuk dan menaruh sup daging yang baru masak di dalam mangkuk itu. Terlihat asap mengepul, aroma sup daging lezat pun menguar di penciuman Revin.

Melihat sup daging itu, wajah Revin kembali menggelap. Emosinya seketika terpancing!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cahaya Bulan
yuk yak yuk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terlambat Mencintai Lisa   Episode 218. TAMAT

    Lisa tetap diam. Hatinya menjadi semakin resah. Sebaliknya daripada menjawab Revin, Lisa mengalihkan pandangannya pada Damian. Dia seolah menunggu kode, tetapi Damian hanya diam tidak berkata apa-apa.Akhirnya dia beralih menatap Revin. Dengan gugup dan malu dia berkata, "Kau bilang, kau... mengetahui fakta tentangku. A-apa kau juga tahu bahwa dulu sewaktu masa sekolah, aku...aku...pernah mengalami..." Lisa diam tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Baginya ini sangat menyedihkan dan memalukan. Tapi tiba-tiba Revin memeluknya membuat Lisa terkejut dan melebarkan mata."Tidak usah kau jelaskan, Sayang! Aku tahu semua hal buruk yang menimpamu. Pria itu sudah mendapatkan ganjarannya di penjara. Begitu pula dengan Nafa, mantan ibu tirimu. Sampai sekarang dia masih berada di sana."Mendengar itu, air mata Lisa tiba-tiba jatuh tanpa bisa ia kendalikan. Tubuhnya bergetar dan dia mulai menangis. Dia sudah tahu tentang nasib pria itu dan nasib Nafa dari Damian, tapi saat pria ini yang mengataka

  • Terlambat Mencintai Lisa   Episode 217. Tidak Melepasnya

    Revin terdiam mendengar ucapan Damian yang dari sejak lima tahun lalu sebenarnya selalu ia pikirkan. Apakah Lisa memang membencinya? Apakah itu adalah fakta? Sampai sekarang Revin tidak tahu jawabannya. Dan itu benar-benar berhasil membuatnya merasa gelisah dan dihantui. Tapi dia selalu mengingat saat terakhir ia berbicara pada Lisa waktu itu di mana Lisa masih memberikan perhatian pada luka di sudut bibirnya. Jika Lisa memang membencinya, mana mungkin ia masih memperhatikan hal kecil seperti itu sementara dirinya sendiri sudah di ambang maut. Entahlah! Revin tidak bisa menerkanya."Aku akan membuatnya mencintaiku," jawab Revin singkat pada Damian.Damian kembali mendengkus. "Rasa percaya dirimu terlalu tinggi."Revin mengerutkan kening. "Batu pun akan berlubang jika terus terkena tetesan air. Asalkan aku bertekun berbuat sebaik mungkin untuknya, aku akan mendapatkan hasilnya. Tapi itu bisa terjadi kalau kalian semua setuju untuk tidak ikut campur dalam hubungan kami."Damian menghela

  • Terlambat Mencintai Lisa   Episode 216. Fakta Lima Tahun

    "Mereka tidak terlibat," jawab Damian jujur.Revin sedikit lega mendengarnya ternyata orang tuanya masih memiliki hati nurani. Dia lalu bersedekap. "Kau menyembunyikan istriku selama lima tahun, aku bisa saja menjebloskanmu ke dalam penjara, Damian."Damian menatap Revin. "Laporkan saja, tapi Lisa akan semakin membencimu jika kau melakukan itu.""Dia kehilangan ingatan. Dia lupa padaku, jadi dia tidak memiliki rasa benci," tanggap Revin.Damian mendengkus. "Aku bisa membuatnya membencimu.""Apa pun itu akibatnya. Aku tetap bisa melaporkanmu kalau aku berkehendak," tegas Revin dengan kening mengerut tidak suka akan ancaman Damian.Damian geram mendengarnya. "Lima tahun lalu, Lisa mengalami mati suri. Harusnya kau berterima kasih padaku. Kalau bukan karena aku, Lisa pasti sudah dikubur hidup-hidup. Akulah satu-satunya yang menyadari bahwa Lisa masih hidup karena aku terus memperhatikannya dengan seksama dan langsung membawanya ke rumah sakit untuk memastikan penglihatanku!"Mereka semua

  • Terlambat Mencintai Lisa   Episode 215. Egois Untuk Bersyukur?

    Di ruang rawat, mata Revin terus tertuju pada Lisa. Dan tangannya tak pernah lepas menggenggam tangan Lisa. Sesekali ia mengusap kepala Lisa pelan dengan rasa sayang."Lisa, aku mencintaimu," ucapnya dengan wajah sendu. Hingga detik ini ia masih tidak menyangka bahwa Tuhan telah sangat berbaik hati memberinya kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya pada Lisa."Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Kau berikan padaku ini, Tuhan," ucap Revin di dalam hati dengan penuh rasa syukur.Pikirannya terus berputar merancang masa depan apa yang akan ia jalani bersama Lisa dan putri mereka satu-satunya."Itu sangat bagus jika Lisa benar-benar lupa," gumam Revin. "Aku berharap dia bisa lupa untuk selamanya. Bukankah sangat bagus jika Lisa lupa akan hal yang menyakitkan dalam hidupnya? Aku hanya tinggal membuat kenangan yang baru untuk kami. Kenangan-kenangan baru yang indah yang pantas untuk dikenang."Walaupun hilangnya sebagian ingatan Lisa sama dengan melupakan hubungan mereka, bagi R

  • Terlambat Mencintai Lisa   Episode 214. Suami dan Anak?

    Revin sungguh terpesona saat melihat Lisa keluar dari area toilet. Melihat Lisa secara langsung seperti ini, membuat keyakinan Revin mencapai seratus persen bahwa wanita yang berfoto dengan Lalisa memang adalah Lisa, istrinya. Lisa benar-benar masih hidup! Rasanya seperti mimpi bagi Revin. Tapi dia sadar betul bahwa ini adalah kenyataan! Kenyataan yang sungguh menakjubkan! Lisa terlihat sangat cantik, sama saat pertama kali ia mengenalnya di masa kuliah dulu. Jika dibandingkan dengan masa itu, Lisa sama sekali tidak ada perubahan.Namun, Revin tentu masih sangat mengingat tubuh kurus Lisa dengan perut membuncit dan penyakitan. Saat itu Lisa terlihat sangat menyedihkan. Tapi kini sosok Lisa yang seperti itu sudah tidak ada. Memikirkan hal ini, jelas sekali menunjukkan bahwa Lisa menjalani hidupnya dengan sangat baik selama lima tahun ini."Ternyata Lisa telah mengambil keputusan yang tepat untuk bersembunyi dariku dan Lalisa," ucap Revin dalam hati dengan patah semangat. Sejujurnya dia

  • Terlambat Mencintai Lisa   Episode 213. Tidak Mengenalinya

    "Ini adalah hari bahagia Damian, aku harus semangat, setidaknya untuk hari ini," ucap Lisa di dalam hati.Ia menatap penampilannya di depan cermin toilet. Cermin itu ukurannya memanjang sehingga beberapa wanita bisa bercermin di cermin yang sama secara bersamaan. Saat ia sibuk memperbaiki penampilannya Lisa pun segera menyadari sesuatu. Di dalam cermin, dia melihat pantulan seorang gadis kecil yang sedang menatapnya dengan intens di belakang. Lisa otomatis berbalik dan menatap si gadis kecil. Dia pun langsung terpesona melihat boneka cantik itu."Hai, kenapa sendirian?" sapa Lisa dengan senyuman lembut."Aku tidak sendiri. Papaku ada di luar menunggu." Lalisa langsung melangkah menghampiri Lisa, mendongak menatapnya dengan mata berbinar."Oh begitu.... Siapa namamu?" tanya Lisa sambil merundukkan punggungnya."Namaku Lalisa. Nama Kakak siapa?""Wah! Nama kita hampir sama. Nama Kakak, Lisa.""Mamaku namanya Lisa juga!" ucap Lalisa."Oh ya?""Iya, tapi sudah meninggal," sambung Lalisa ce

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status