Share

3. Donor darah

Menjelang tengah malam, Sky pulang ke rumahnya. Daffa sudah menunggunya dari sore dan data yang di perlukan juga sudah siap.

"Daf, perintahkan Mr. Philippe untuk menyiapkan makan malamku sebelum kita berangkat. Apakah kamu sudah makan malam?"

"Baik. Apakah kamu juga ingin memakan soup daging kuda?" sarkas Daffa.

"Jika ada, boleh. Kamu juga harus mencicipi soup itu nanti!"

Sky masuk ke kamar mandinya langsung menuju shower.

Daffa sudah menemui Mr. Philippe yang langsung menghubungi bagian dapur, Ternyata hanya ada Zia, gadis muda yang bertugas di dapur malam itu dan kebetulan sedang membuat soup daging kuda yang dia beli dengan harga murah di pasar karena pembelinya memaksanya untuk membelinya.

Daffa hampir mau muntah saat di hadapannya ada mangkok soup daging kuda. Sky tertawa tanpa suara, sangat menikmati kekesalan Daffa yang meringis pada wajahnya.

"Cepatlah di makan, bukankah kamu meminta soup daging kuda tadi?" kekeh Sky menatap Daffa yang terpaksa memakan soup di hadapannya dengan mata terpejam.

"Zia ...terima kasih atas bantuanmu. Istirahatlah, kami tidak akan mengganggumu lagi,"

Zia mengangguk kemudian menyerahkan urusan di meja makan ke Mr. Philippe.

Zia adalah salah satu pelayan di kediaman Sky bukan koki namun kedua orangtua gadis itu dulunya bekerja di rumah Sky dan mereka adalah koki yang sangat hebat di masa Thomas Yuan, Ayahnya Sky masih hidup. Zia bahkan lahir di rumah Sky.

Sky juga ingat seperti apa Zia sewaktu dia masih bayi merah, Tahun ini dia baru berumur 15 tahun. Janette membantu menyekolahkan Zia pada sekolah terbaik dan mewah di Singapore dan membuat gadis itu tetap tinggal di kediaman Sky.

Tindakan Janette ini sangat berani karena Sky sangat menyukai gadis muda suci polos namun dia sangat lega mengetahui bahwa Sky masih manusia beradab, tidak sekalipun dia ingin menyakiti atau melecehkan Zia.

Siang itu matahari bersinar sangat terik. Setelah mencuci baju, Alin pergi menuju gerai PMI. Toko snacknya belum buka, Sean sedang sekolah.

"Halo kak Alin, apakah sehat hari ini?" sapa petugas PMI yang bernama Ardi, nama yang tersemat pada baju seragam yang di pakainya.

"Sehat Mas, Alhamdulillah. Apakah HB ku sudah oke untuk donor kali ini?"

"Mari kita cek dulu. Semalam tidurnya minimal 6 jam kan kak?"

"Sepertinya begitu mas, saya tidur jam sepuluh malam dan bangunnya subuh tadi,"

"Oke kak, HB kaka 12,6. Mepet banget sih tapi bisa untuk donor darah," ujar Ardi saat melihat hasil pengukuran HB Alin. Minimal HB 12,5 untuk bisa berdonor darah.

Tiba-tiba pintu ruangan PMI di dorong beberapa orang dari luar.

"Maaf, kami butuh golongan darah A plus. Pasien sangat urgent. Stok darah di rumah sakit kosong untuk A plus," ujar salah satu pria yang paling dulu bergerak maju ke arah Alin dan Ardi duduk.

"Nona ...apakah Nona bergolongan darah A plus? Kami akan sangat berterima kasih pada Nona, tolong donorkan pada pasien kami," pria yang tidak lain adalah Daffa, asisten Sky Yuan memohon pada Alin setelah melihat kartu donor di atas meja yang menjelaskan golongan darah Alin A plus.

Alin tercekat melihat wajah kusut di hadapannya namun tidak menghilangkan ketampanannya kemudian dia menatap Ardi yang sudah pulih dari kagetnya.

"Saya akan mendampingi kak Alin untuk donor darah di sana kalau kakak Alin tidak keberatan," ujar Ardi sopan dan Alin pun mengangguk.

"Terima kasih Nona. Terima kasih banyak!" cetus Daffa penuh hormat pada Alin.

Alin merasa enggan di perlakukan seperti itu, dia bertanya cepat pada pria di hadapannya "Rumah sakit mana?"

Daffa langsung membawa Alin dan Ardi masuk ke dalam mobilnya yang dia kemudikan sendiri melaju ke arah rumah sakit tempat Sky sedang ditangani. Di belakang mobil mereka di ikuti tiga mobil yang merupakan para pengawal pribadi Sky Yuan.

Alin berbisik pada Ardi, "Sepertinya pasiennya orang penting, apakah dia akan menghisap darahku sampai habis?"

"Itu adalah tindakan kejahatan serius. Jangan kuatir, Saya akan memastikan kak Alin hanya donor darah, tidak akan sampai menghabiskan stok darah di tubuh kak Alin," Ardi tersenyum melirik Alin.

Setiap Alin berdonor darah, kebetulan Ardi yang sering bertugas membantu jadi sudah sedikit mengenal wanita itu yang terkadang melontarkan lelucon konyol seperti vampire itu ada darahnya ga yah? Trus dia minum darah buat apa ya? kalau vampire minum darahnya dengan cara transfusi bisa ga yah?

Mobil yang di kemudikan Daffa sudah sampai, dia langsung membawa Alin dan Ardi menuju ruangan operasi dimana Sky Yuan sedang dilakukan tindakan operasi mengeluarkan peluru dari tubuhnya dan masih belum sadarkan diri. Luka tembak di perut dan dadanya sudah banyak mengeluarkan darah. Sedikit saja peluru itu bergeser ke arah jantungnya, mungkin Sky sudah tidak bisa di selamatkan.

Petugas membawa Alin dan Ardi ke dalam ruangan operasi meninggalkan Daffa bersama para pengawal yang baru saja sampai dari menyusul mereka.

Ardi melayani langsung bagian transfusi darah Alin untuk pasien yang mereka tidak tahu namanya dan operasi mengeluarkan peluru dari tubuhnya masih berlangsung sangat ketat.

Daffa menggigil pucat tidak bisa duduk dengan tenang, berjalan mondar-mandir di depan ruangan operasi. Masih jelas di ingatannya saat Sky mengemudikan mobil mereka menuju proyek dengan Daffa yang duduk di kursi penumpang. Tiba-tiba terdengar bunyi berdesing dan saat itu juga Sky langsung menginjak rem mendadak, dada dan perutnya sudah bersimbah darah.

Para pengawal yang berada di mobil di belakang mereka segera berhenti membantu memindahkan tubuh Sky yang perlahan melemah dan kesadaran hilang, sebagian mencari sumber peluru ditembakkan. Daffa mengambil alih kemudi dan melajukan secepat kilat mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Dokter segera melakukan tindakan dan mengatakan Sky harus di operasi namun Sky sudah kehilangan banyak darah. 

Sky memiliki golongan darah A plus yang saat itu sedang kosong stoknya di rumah sakit. Itulah awal Daffa bertemu Alin untuk menyelamatkan Sky.

Telp Daffa berbunyi dan segera dia menjawabnya yang ternyata dari Janette.

"Setelah operasi selesai, segera terbang ke sini! Saya sudah siapkan dokter terbaik," perintah Janette yang sudah mengetahui mengenai keadaan Sky.

"Baik Madam. Maafkan saya gagal melindungi Sky,"

"Bukan salahmu! Nicholas sudah menemukan orangnya dan dia bunuh diri di tempat saat para pengawal kalian mengejarnya. Untuk sementara Nicholas akan menyelidiki siapa orang di belakang ini. Mengenai proyek, besok saya akan menemui pemerintah Indonesia untuk menutupnya. Tidak masalah rugi beberapa milyar asalkan anakku selamat!" Janette berkata panjang lebar dan sangat berwibawa.

Memang seorang Sky Yuan bisa sehebat sekarang, tak terlepas dari didikan Janette yang sangat tegas dan ilmu bisnisnya luar biasa. Janette sudah lama ingin menutup proyek di jawa barat tersebut namun Sky menolak. Entah apa yang ada di pikiran Sky.

Alin sudah memberikan darahnya lebih banyak dari dia biasa berdonor darah. Wajahnya pucat dan tenaganya bahkan tidak sanggup untuk membuka kelopak matanya. Ardi sudah menghentikan darah keluar dari tubuh Alin dan menutup lengannya dengan plester khusus.

"Kak Alin, minumlah," Ardi memegang gelas air mineral dan memasukkan sedotan ke mulut Alin.

Alin menyesapnya sedikit, kepalanya pusing luar biasa.

"Apakah aku baik-baik aja mas Ardi? Apakah pasiennya selamat?" tanya Alin yang terdengar seperti desisan, bahkan untuk berkata aja dia harus mengumpulkan banyak tenaga.

"Pasiennya selamat. Operasinya berjalan sukses. Kak Alin juga tolong bersemangatlah. Maafkan saya, seharusnya saya tidak mengambil lebih dari seharusnya. Maaf kak Alin. Minumlah lagi,"

"Alhamdulillah ...tidak apa-apa mas. Memang saya yang mau tadi. Mas Ardi ...apakah saya bisa minta jus korma?" Alin berkata dengan matanya yang masih tetap tertutup.

"Saya akan membelinya," sahut Daffa yang melihat keadaan Alin sangat lemah. Entah kenapa dia merasa sangat bersimpati pada wanita itu.

Sementara Daffa membeli jus korma, Alin dan Sky di dorong keluar dari ruangan operasi menuju ruangan perawatan.

Daffa kembali segera setelah mendapatkan jus korma dan membeli beberapa makanan untuk memulihkan tenaga Alin, langsung menuju ruangan perawatan.

Setelah menghabiskan satu gelas jus korma, Alin baru bisa membuka matanya.

"Terima kasih. Saya harus pulang sekarang. Semoga dia cepat sadar dan sembuh total," Alin melirik ke arah pria di sebelah brangkarnya seraya bangkit namun kakinya masih lunglai, tidak bisa menapak dengan tegak.

"Aku akan mengantarmu pulang, tapi makanlah dulu selagi makanan itu hangat," Daffa memegang tangan Alin, menuntunnya duduk bersandar kepala bangkar.

"Saya Daffa, terima kasih atas bantuannya ...dan mas Ardi" Daffa memperkenalkan dirinya dan membaca nama Ardi dari pakaiannya yang kembali memastikan detak jantung Alin sudah mulai normal.

"Nona ...Alin Musthofa, terima kasih," Daffa berterima kasih dan menyebut nama Alin setelah Ardi memberikan kartu donor darah Alin kepadanya.

"Saya akan mengantarkan Nona Alin sampai ke rumahnya. Mas Ardi bisa kembali melanjutkan pekerjaan," Daffa juga memberikan kartu namanya pada Ardi yang kemudian Ardi mengangguk sambil menatap Alin yang sudah mulai pulih.

"Kak Alin harus banyak istirahat dan habiskan makanannya. Saya permisi dulu," Ardi berkata sopan sebelum undur diri dari hadapan Alin.

"Aku bisa menyuapimu, kalau Nona Alin tidak keberatan,"

"Tidak, terima kasih" Alin mengelap kedua tangannya dengan tisu basah yang di sediakan Daffa dan mulai menyendok makanan di hadapannya sampai habis separohnya karena dia sudah sangat kekenyangan.

"Apakah aku sudah boleh pulang sekarang?" tanya Alin berusaha tersenyum menatap Daffa yang gelagapan di tatap netra coklat hazel Alin.

Daffa berpesan pada semua pengawal pribadinya sebelum dia pergi mengantarkan Alin pulang ke rumahnya.

"Berhenti di depan gang itu. Rumahku di dalam gang kecil itu, tidak jauh kok. Terimakasih mas Daffa,"

"Kami yang harus berterima kasih pada Nona. Terimalah ini untuk membeli banyak makanan, meskipun kami tidak akan pernah bisa membalas kebaikan Nona," Daffa mengulurkan amplop ke hadapan Alin yang langsung di tolaknya.

"Saya ikhlas kok mas! Ga usah begini. Saya tidak apa-apa,"

"Saya mohon, terimalah," akhirnya Alin menerima amplop yang di paksa Daffa untuk dia terima.

Daffa juga ikut menuntun tangan Alin agar bisa berjalan dengan pelan sampai ke rumahnya.

Setelah mengantarkan Alin sampai ke rumahnya, Daffa segera kembali ke rumah sakit dan membawa Sky Yuan yang masih belum sadarkan diri dibawah pengaruh obat bius setelah operasi, kembali ke Singapura menggunakan jet pribadi bersama para pengawal.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mah_ai
kasian Alina
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status