Share

Akhirnya

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-06-18 19:46:01

"Yakin, ndak mau dijemput?" Gus Bed bertanya menggoda.

Kenapa sikap pria berkulit putih bersih itu selalu membuatku senyum-senyum begini? Rasanya tubuhku selalu panas ada di dekatnya, padahal AC menyala sepanjang jalan.

Sudah lebih sepuluh menit mobil yang kami tumpangi berhenti di parkiran universitas, tapi aku tidak juga turun. Entahlah, berat sekali perpisahan ini. Padahal cuma mau pisah beberapa jam.

Apa ini alasan Dilan bilang kalau rindu itu berat?

Tapi buatku lebih dari itu, rindu itu sangat teramat berat, lebih untuk kami yang baru halal seperti ini. Kebersamaan yang baru dimulai selepas akad. Sama-sama menjaga diri dari apa pun aktifitas yang mendekati zina. Kami menahan-nahan seperti layaknya tengah berpuasa, begitu berbuka bahagia dan nikmatnya tak terkira.

"Iya, nanti biar Adek naik taksi. Kan Abang katanya mau ikut nyimak pengajian Abah Yai di majlis Kiai Hanafi. Ndak enak kalau belum selesai pulang duluan."

"Ya udah sana turun!" titahnya seperti merajuk. Duh, menggemaskan sekali wajahnya.

"Lah, ini gimana mau turun?" Kumanyunkan bibir menunjuk pada tangannya yang menggenggam tanganku erat.

"Yah, kalau ini ndak bis lepas gimana? Abang lho masih kangen sama Adek."

"Adek juga masih kangen sama Abang. Ndak mau jauh-jauh rasanya." Kuangkat tangannya dan kucium agak lama. Baunya yang selalu wangi. Saat melirik, ia tersenyum. Aku ingin dia tahu bahwa aku sangat mencintainya. Sangat mencintainya.

"Jadi ndak dilepas tangan Adek?"

Gus Bed meniup berat lalu perlahan melepas tanganku.

Ada rasa kecewa menjalar antara kami. Duh, Gusti kalau saja kami terus bersama-sama selamanya.

Saat memegang gagang pintu mobil dan membukanya, Gus memanggilku.

"Dek."

Seketika aku menoleh. Sebuah ciuman mendarat. Pipiku terasa panas.

"Sudah sana masuk. Sebelum abang berubah pikiran dan bawa Adek pergi," ucapnya padaku yang memaku karena perlakuannya.

Aku pun turun sambil memegangi bibir. Padahal sudah tidak terhitung berapa kali aku mendapatkannya, tapi masih deg-degan aja.

"Assalamualaikum." Gus Bed mengucap sambil memasukkan gigi mobil bersiap untuk pergi.

"Waalaikumsalam," sahutku pelan.

Gus tersenyum melihatku yang masih memegangi bibirku. Lalu mobil bergerak meninggalkan area kampus perlahan.

Kakiku baru bergerak setelah bayangan mobil sport milik Gus Bed benar-benar lenyap dari pandangan.

"Apa ini, Gus? Kenapa aku selalu merinding begini." Aku sampai menggedikkan bahu karena bulu-bulu meremang.

_______

Kedatanganku langsung disambut Om Hadi, adik Ibu yang juga salah satu dosen di sini. Dia lah yang merekomendasikanku dulu untuk mengisi seminar hingga bertemu Gus Bed, dan Om Hadi pula yang merekomendasikanku mengisi kekosongan dosen pada Pak Setto yang menjabat posisi dekan di kampus ini.

"Om dengar ribut-ribut kemarin di resepsimu, Li."

"Iya, Om. Lian juga nggak nyangka," jawabku. Kami berjalan beriringan menuju kantor Pak Setto.

"Hem, tapi hubunganmu dengan Fay baik-baik saja kan?" tanya Om Hadi kemudian. Bagaimana aku akan menjawabnya? Hubungan kami sangat buruk, seperti musuh bebuyutan. Aku sangat membencinya.

Aku hanya tersenyum dan tak menjawabnya.

"Baguslah. Meski kalian pernah ada hubungan dan punya masalah di masa lalu, setidaknya kalian harus bersikap baik satu sama lain."

"Ya, Om. Tentu saja." Aku mengiyakan ucapan Om Hadi, walau kenyataannya aku mengutuk pria itu dalam hati.

"Kemarin, Fay ke kantor. Entah, apa yang dia urus. Apa iya sudah selama ini dia belum selesai juga kuliahnya?"

"Ke sini, Om? Daftar kuliah?"

"Entahlah, mungkin saja." Om Hadi menjawab ragu.

Apa ia Fay belum selesai juga kuliahnya selama bertahun-tahun. Ada apa lagi ini? Apa yang sebenarnya ia rencanakan?

Aku yakin seribu persen bahwa Fay punya rencana atas kejadian di tengah resepsi. Kelakuannya sangat janggal. Membelaku? Heh! Orang lain mungkin bisa dibodohi. Tapi aku?

Bagaimana jika ternyata dia ingin terus menempel pada kami karena belum bisa move on dariku?

'Itu tidak masuk akal, Fay! Apa hanya karena aku cinta pertamamu kamu jadi segila sekarang?'

Mantanku itu pria yang tampan, punya kelebihan harta, dan salah seorang kerabat pesantren. Jika dia serius memperbaiki diri, empat wanita yang jauh lebih baik dariku bisa ia dapatkan sekaligus. Lalu untuk apa ia melakukan semua ini?

Balas dendam karena aku telah membuatnya depresi? Ah, entahlah jika ingat hari itu aku juga menyesal dan merasa bersalah. Harusnya kami putus baik-baik hingga tidak berefek buruk pada Fay, lalu padaku sekarang. Ini seperti hukuman telak atas perbuatan.

Namun, jika bicara baik-baik apa dia mau putus? Yang ada Fay akan berusaha sekuat tenaga merayu dan membujukku agar kami tetap bersama.

Dan sekarang dia ada di universitas tempatku bekerja. Apa sebenarnya maumu, Fay?

__________

"Gimana, Li? Apa suami lo ada komplen?" tanya Shinta. Wajahnya begitu dekat sampai aku harus menarik kepala ke belakang.

"Komplen soal apa?" tanyaku heran. Apa dia tahu masalahku? Sebab hari di mana aku memintanya menyuntikkan KB alasanku adalah belum siap punya anak.

"Soal hubungan badan kalian."

"Hah?!" Deuh, nih orang baru datang bukannya nanyain kabar malah nanyain hubungan badan, mentang-mentang pengantin baru.

"Kenapa komplen?"

"Yah, kan lo habis KB Li, biasanya pasien gue pada ngeluh, kalau suaminya merasa berbeda dan istrinya gak senikmat biasanya tanpa KB."

"Hem?" Kutelengkan kepala memikirkan, semua hari yang kulewati dengan Gus. Tidak sekali pun dia protes dan merasa berbeda.

"Kagak. Emang beda, ya?"

"Tergantung kondisi rahim si ibu kayaknya, Li. Atau faktor lain. Bisa jadi emang beda, tapi karena suami lo baru melakukannya sama lo, di hari kedua pula lo KB. Jadi gak ngerasain ada yang beda. Akan beda kasus kalau dia udah pernah ...."

"Ish, lo apaan, sih."

"Hehe." Shinta nyengir. "Oya, tumben lo ke sini? Kangen sama gue."

"Ck. Bisa aja lo. Ini tadi sekalian singgah ke kampus."

"Bukannya cuti? Ngapain ke sana?"

"Iya, mau manjangin cuti. Kan gue mau honeymoon ke Belanda."

"Duhh. Senengnya ...." Mata Shinta berbinar. "Gue ngiri sama lo!"

"Ngapa ngiri? Lo kan punya suami Tante ...."

"Hehe. Ya, sih. Tapi kan kami sama-sama sibuk." Shinta tertawa kecil.

"Oya, Li. Aku sarankan kamu harus hot di atas ranjang agar suamimu tidak merasakan efek KB-nya. Jangan sampai kamu bergaya gedebok pisang yang anyep!"

Shinta bicara berapi-api.

"Apa harus gitu, Shin." Ah, aku tak nyaman membicarakan urusan ranjang pada orang lain, meski posisiku dan Shinta adalah dokter dan pasiennya.

"Iya, ntar aku kirim deh artikel gaya-gaya hot yang disukai pria."

Hadeuh, Shinta makin vulgar saja arah pembicaraannya.

__________

"Dek, ini apa?" Gus Bed memperlihatkan jemarinya yang merah.

Mataku membeliak. Cairan apa itu? Apakah darah haid? Semoga saja, dengan begitu aku tidak hamil anak Fay. Aku baru sadar sudah satu minggu telat haid.

Aku menggeleng karena tak mengerti pastinya.

Pria itu membolak-balik tangan dan melihatnya. "Inikah darah perawan?" Matanya sampai menyipit saking penasarannya.

"Sudah, Bang. Jangan dilihat begitu. Apa Abang ndak jijik, itu kan dari rahim adek."

Gus Bed tersenyum. "Kenapa jijik, abang justru seneng karena artinya abang sudah beharsil menjebol segelnya. Potensi jadi anak akan lebih besar. Apa Adek ndak seneng."

"Seneng kok. Tapi adek ndak enak Abang megangi begituan. Cuci tangan gih."

"Yah, oke. Baiklah ...." Gus Bed bangkit lalu pergi ke kamar mandi, tak lama suara gemericik air terdengar dari sana.

Kusibak selimut dan memeriksanya. Tak ada perdarahan. Berarti hanya bercak yang tak sengaja terpegang Gus Bed. Atau memang karena baru keluar darah haid jadi jumlahnya sedikit.

Tapi ... bagaimana kalau ini ternyata adalah bercak darah karena implantasi pembuahan dalam rahim? Ya Tuhan jangan sampai terjadi?

Aku harus memastikannya besok dengan membeli tespack. Ya, Li. Tenang. Jangan panik! Ini masih praduga.

"Huft!"

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Pernikahan Alhesa

    Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Faqih juga Melamar

    “Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alex yang Melamar

    Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bantuan Bude

    Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Perjodohan Lagi

    “anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bertemu Faqih

    Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status