Home / Rumah Tangga / Ternoda sebelum Malam Pertama / Aku pun Pernah Sangat Menggilainya

Share

Aku pun Pernah Sangat Menggilainya

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-06-18 08:22:59

"Loh, tole di sini." Kiai Abdullah masuk dan menyapa begitu melihat Fay.

"Hehe, iya Paklek. Kata Mama malu anaknya jadi pusat perhatian."

"Yah, biasalah ... namanya orang banyak, pasti punya pikiran lain. Dan itu resikonya orang hijrah." Kini Kiai melihat padaku, hingga aku tersenyum tipis merespon ucapan Abah Yai.

Betapa baik keluarga ini, mereka bisa menerima apa yang terjadi di masa laluku. Entah, jika keluarga lain, mereka pasti malu saat pengantinnya dihina di depan semua orang. Mungkin kah, jika aku jujur nanti mereka juga akan memaafkanku dan tetap menerima sebagai bagian dari keluarga?

"Li juga kudu sabar. Tidak menutup kemungkinan suatu hari akan ada yang mengungkitnya lagi." Nasehat ayah mertua kini ditujukan padaku. Kuanggukkan kepala untuk menghormatinya.

"Ya wes, Rifay. Paklek mau masuk dulu." Pria yang rambutnya mulai beruban itu memegang pundak Fay sebentar lalu meneruskan tujuannya masuk ke rumah.

"Nggeh, Paklek."

"Loh, Abah mau nyari apa? Biar Ubed bantu." Gus baru buka suara menawarkan bantuan pada abahnya yang sudah berjalan menjauh.

"Wes, ndak usah. Pengantin kok ikut repot. Abah aja sendiri." Kiai Abdullah melangkah meninggalkan kami.

"Hehe. Nggeh, Bah."

Kini perhatian Gus kembali pada Fay. Ada saja yang dibahasnya. Rasanya ingin melarikan diri dari sini tapi tak tahu bagaimana caranya.

"Ini makan kuenya dulu, Kang Fay. Banyak loh ini, aku ndak mungkin habiskan sama Li."

'Tolong jangan terlalu baik pada Fay, Gus. Dia adalah pemuda jahat yang sudah merenggut kehormatan istrimu.'

Kalau saja bisa aku katakan itu.

Selagi Bude Arina masih dapur menyiapkan makan untuk Fay, Gus terus bicara dengan lelaki itu. Sedang aku masih menunduk. Sedikit pun tak ingin melihat wajahnya atau pun memperlihatkan wajahku. Mendengar suaranya saja membuatku muak!

"Eh, Dek. Apa Adek mau kembali?" Gus bertanya. Cepat aku mengangguk tanpa mendongak sedikit pun.

"Em, maaf Kang. Sepertinya dia malu. Maklum lah dandanannya seperti ini," sambung Gus kemudian. Dia beralasan penampilanku sekarang tidak boleh dilihat oleh sepupu sialannya itu.

"Oyah. Silakan saja. Aku tadi juga terpaksa ke sini karena diseret Mama. Hehe. Takut anaknya dikeroyok santri mungkin," canda Fay diikuti tawa kecil.

Gak lucu, Fay!

Semua yang ke luar dari mulutnya membuatku muak!

Dulu, aku memang pernah sangat tergila-gila padanya. Dia yang kupikir baik karena telah menolongku lepas dari narkoba, sekarang menjadi satu-satunya manusia yang sangat kubenci. Dan aku belum pernah membenci orang lain sebanyak ini.

Tak ingin berlama-lama di dekat Fay, aku bangkit dan berjalan hati-hati ke luar. Menuju singgasana pengantin yang hari ini menjadi milikku.

'Terimakasih, Gus!'

Lagi-lagi kamu menyelamatkanku.

__________

Kami sudah bersiap untuk tidur. Dengan posisi kepalaku yang memakai lengan Gus Bed sebagai bantal. Aku selalu merasa tenang ada di dekatnya seperti ini.

Tidak ada was-was Fay membuka mulutnya, atau cemburu pada wanita lain lantaran Gus tengah bersamaku.

"Bang, apa Bude Arina dekat dengan keluarga Abang sedari dulu?" tanyaku penasaran. Tentu saja aku tak menyebut nama Fay, agar tidak terlintas sedikit pun di benak Gus Bed bahwa aku dan Fay pernah punya hubungan.

"Hem, ya, Dek. Namanya juga keluarga."

"Tapi lihat Kang Fay ribut tadi, kayaknya dia bukan pria seperti Abang, yang sholeh dan ngerti agama. Em, maksud adek apa dia ndak mondok di sini?" Aku sangat berhati-hati bertanya dan mencari-cari alasan supaya bisa tahu tentang Fay.

Ah, bodohnya aku, kenapa sangat ingin tahu kehidupan bajingan yang sudah menghancurkanku?

"Tentang Kang Rifay, mati-matian Bude Arina mendekati keluarga kami, supaya Fay mau masuk pondok. Tapi, apalah daya. Allah berkehendak lain, Fay jauh dari kami. Sedang kami tidak bisa memaksanya. Dia bahkan dulu juga sempat jadi pecandu narkoba waktu SMA. Sampai Pakde meninggal, dari situ Kang Fay mulai sadar dan sempat direhabilitasi juga. Begitu masuk universitas dan tidak juga lulus, Kang Fay punya masalah baru. Dia frustasi di tahun ke delapannya, padahal sebelumnya dia baik-baik saja di kampus, walau nilainya sulit mengejar, sampai Bude membawanya ke luar negeri berharap Kang Fay bisa sembuh. Kasian Bude Arina."

"Frustasi?"

"Huum. Entah apa sebabnya, tapi Bude bilang berdasarkan info dari temannya, Kang Fay patah hati diputuskan pacarnya."

Seketika pikiranku melayang ke masa lalu yang jauh. Hari di mana pertama kali bertemu Fay yang lambat laun membuatku jatuh cinta padanya.

"O-oh, para gadis sedang berpesta di sini ...." Fay datang mendekat dengan ransel di pundaknya. Aku dan tiga temanku kaget, segera memasukkan alat hisap kami ke kantong.

Nahasnya benda milikku bukannya aman masuk kantong tapi justru jatuh ke bawah. Sedang tiga temanku berlari meninggalkanku sendiri.

Begitu kudapatkan barangku dan menggenggamnya, aku akan berlari. Tapi, Fay menarik ranselku hingga tubuhku tertahan.

"Mau ke mana gadis kecil?" Fay tersenyum picik melihatku yang sudah memasang wajah kesal padanya.

Ini gara-gara Shinta yang ngeyel 'ngisep' di pagar belakang universitas Mataraman yang sepi. Katanya tidak pernah ada orang, tapi nyatanya malah ketangkap mahasiswa.

"Lepasin, nggak?" Aku melotot pura-pura berani.

"Ck. Bukannya sekolah yang bener malah nyabu di sini!" Fay menangkap tanganku, memandangi pakaian seragam abu-putihku lalu menyeret paksa mengikutinya.

"Ikut Kakak ke kantor ya."

Kebetulan posisi sekolahku tak jauh dari kampus Fay.

"Duh, Kak. Jangan! Aku mohon. Aku janji nggak akan ulangi lagi ...." Aku memohon-mohon pada Fay yang tangannya mencengkramku kuat.

Langkahnya berhenti. Ia menatapku yang masih nyerocos ke sana ke mari.

"Tolong Kak, aku awalnya dipaksa temen-temen. Sekarang kalau aku gak ngisep bisa mati karena gila. Oke, deh. Aku janji akan turuti semua kemauan Kakak, asal jangan bawa aku ke kantor sekolahku." Aku terus memohon.

"Janji?" Mata elang Fay menyipit.

"I-iya."

"Hem, kalau begitu janji jangan mengulangi lagi dan traktir aku tiap makan siang untuk tutup mulut."

Aku menggangguk cepat. Apa ruginya mentraktir semangkuk mie atau bakso seporsi? Yang penting aku aman dan tidak dikeluarkan dari sekolah.

Setiap siang aku bertemu Fay. Pria tampan itu menceritakan kondisinya yang pernah sakaw dan membuat orang tuanya meninggal. Dari sana aku benar-benar berhenti secara perlahan seperti yang Fay ajarkan. Begitu juga teman-temanku. Apa yang aku dapat dari Fay aku teruskan pada mereka.

Setiap hari kami semakin dekat, hingga di hari pertama kakiku menjejak di universitas, Fay menyatakan cintanya. Dan langsung kuterima, karena sebenarnya aku pun menyimpan rasa untuk Fay. Kami sempat dimabuk cinta, bahkan aku rela memberikan 'first kiss'ku untuknya.

Jadi dia ke luar negeri karena frustasi dan aku kah penyebabnya?

Tidak, Li! Apa sekarang kamu merasa bersalah? Pria itu bajingan! Tidak ada orang baik yang merenggut kegadisan orang lain dengan paksa!

"Ayok merem, Dek," titah Gus Bed yang sudah memejamkan mata. Bayangan masa lalu buyar seketika. Dia tahu mataku masih berkedip-kedip. Gus belum lelap rupanya.

Aku mana bisa tidur semudah itu, Gus?

Setidaknya pikiran ini harus mengembara dulu, pada kejadian masa depan. Membayangkan saat suami dan keluarganya tahu apa yang menimpaku. Sampai terkadang aku lupa, bahwa yang akan datang itu sifatnya ghaib. Hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa menerka-nerka dan memilih keputusan terbaik untuk masa depan yang baik.

"Ya, Bang," jawabku pelan. Kupejamkan mata meski tidak bisa tidur. Wajah Fay muncul lagi dan lagi. Perbuatan busuknya terus berputar dalam ingatan, semakin ingin kulupakan aku justru semakin ingat.

Saking jengkelnya, sampai berpikir kenapa tidak Allah cabut saja nyawa Fay untukku? Astagfirullah ....

'Allahumma musorrifal-quluub, sorrif qulubana `ala to`atik'

Aamiin.

Ya Allah, Tuhan yang mengarahkan hati-hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadaMu

Kubalikkan tubuh ke samping menghadap Gus Bed, melingkarkan tangan ke tubuhnya yang besar. Ia pun berbalik hingga posisi kami berhadapan. Kueratkan pelukan, kunikmati setiap detak jantung dan desah napas hangatnya hingga benar-benar terlelap.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Pernikahan Alhesa

    Administrasi sudah selesai dilaksanakan oleh Alhesa. Ketika kembali ke kamar dilihatnya semua barang bawaan sudah bersih tidak ada, faqih begitu tangkas dan cekatan akan hal ini, lalu abi dan uminya sudah siap untuk kembali ke pesantrennya.Faqih membantu membopong abinya dari samping dan umi menggandengan tangan alhesa dari belakang. Jika hal ini dilihat orang mereka seperti sudah menjadi keluarga asli. Dimana menantu bersama sang mertua laki-laki dan putrinya bersama sang ibu dari belakang.Sesampainya di mobil kyai ubed yang duduk disamping faqih banyak berbincang mengenai perhelatan politik yang sedang terjadi. Dirinya bersama umi berbincang mengenai model gamis yang saat ini sedang tren. Sudah sangat seperti keluarga yang menyatu dari mereka.Sesampainya dirumah para santri sudah berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut sang guru yang sudah sehat. Iringan hadroh dan sholawat saling bersahutan, di saat itu juga kyai ubed menitikan air mata karena pesantren yang selama ini dilind

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Faqih juga Melamar

    “Baiiklah kyai, saya memahami semua itu. Tapi saya sebagai laki-laki yang sudah sangat jatuh hati dengan putri kyai berusaha untuk mencoba bisa mempersunting putri kyai. Alasan saya mempersuntingmu bukan hanya sekedar paras yang memang cantik, tapi perilaku, kepribadian dan kecerdasannya yang membuat saya luluh untuk jatuh hati yang pertama kalinya. Karena selama ini saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh hati kepada wanita. Apapun hasilnya nanti, saya sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan. Jika kyai berkenan al hess saya sunting saya akan berjanji membuat dirinya bahagia, aman dan nyaman seumur hidup. Tapi sebaliknya jika Alhesa sendiri yang sudah memiliki tambatan hati, dirinya merasa bahagia bersama orang tersebut maka saya akan menerimanya. Bagi saya kebahagiaan Alhesa yang terpenting bagi saya.” Ujarnya kepada nabinya.“Baiklah, saya ucapkan terimakasih atas niat baikmu dan saya juga yakin kamu memang orang yang baik,amanah, dan bisa bertanggung jawab. Tapi kam

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alex yang Melamar

    Alhesa kembali terbangun dan merasakan sakit dikepalanya. Dirinya diam sejenak dan meratapi apa yang sedang terjadi padanya. Dirinya tidak menyangka akan menerima mimpi yang sangat aneh baginya. Seolah-olah mimpi itu sangat nyata adanya. Lal dilihat jam yang berada di dinding kamarnya, dirinya melihat waktu sedang menunjukkan pukul empat dini hari. Akhirnya dirinya menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian mengambil air wudhu.Dilaksanakannya sholat malam dan diri nya terlihat sangat khusuk di setiap rakaatnya. Selain itu dirinya mengucapkan dzikir di setiap untaian tasbih yang terjadi putranya. Dirinya memohon petunjuk mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya. Tapi sebelum itu dirinya memanjatkan rasa syukur akhirnya dirinya dan keluarganya bisa hidup tenang tanpa ada rasa takut dan penuh tekanan dari para penjahat yang selma ni menegurnya. Sang nabi juga sudah kembali normal dan umi puns sangat bahagia dengan keadaan nabi yang sekarang.“berilah hamba jodoh yang

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bantuan Bude

    Sesampainya di kamar Alhesa, dirinya langsung mandi dan menyalakan shower air hangatnya. Dipakaikan sabun yang memberikan aroma terapi yang menenangkan isi kepalanya yang sedang berkecamuk. Dirinya harus bagaimana agar perjodohan itu tidak terjadi. Jujur dalam waktu yang diluar duanya saat ini ada laki-laki yang mendekat tanpa terduga.Alex yang begitu berkharisma dan entah mengapa dirinya begitu nyaman saat bercerita dengannya. Bukan tangisan yang biasanya dirinya sembunyikan dikeluarkan seketika kepadanya.Tapi saat ditelusuri kepada alex, hantianya hanya sebatas berteman seperti biasa. Tidak ada rasa jatuh hati sedikitpun, dirinya merasa nyaman dan aman menjadi teman alex. Lalu laki-laki yang ditemuinya hari ini adalah ustadz faqih yaitu laki-laki yang membuatnya cukup berdebar hatinya sejak pertama kali masuk ke ruangan tdi. Entah mengapa rasa aman dan terlindungi langsung terkuak saat melihatnya. Apalagi tadi terjadi sedikit obrolan yang membuatnya cukup untuk semkai penasaran den

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Perjodohan Lagi

    “anakku Alhesa ini dirinya masih senang berpetualang dan mencari wawasan. Entah kapan dirinya memikirkan pesantren dan nasib keturunanku.”“y amlaah baik tp kyai, dirinya begitu demi membangun pesantren sang ayah untuk menjadi lebih baik lagi dan inovatif. Karena kau dengar kalau Alhesa juga menulis banyak buku dan aksi sosialnya membela pernikahan untuk tidak buru-buru. Harus matang secara spiritual, sosial dan finansial. Bukan begitu nak?” Tanya sang kyai kepada Alhesa.“hee betul kyai!” Jawabnya kepada sang kiai.Setelah semuanya terasa nyaman, dan tenang sang kyai yang undur diri dan berkata sesuatu yang membuat Alhesa mengerutkan keningnya. “nanti ku tunggu jawabanmu terhadap Alhesa ya!” Sambil bersalaman dan cipika-cipiki layaknya tradisi para kyai yang demikian. Alhesa hanya mampu diam dan berpura-pura tidak tahu akan hal yang membuat hatinya tidak enak hati.Semuanya berpamitan termasuk dengan faqih yang tadi cukup berbincang dengannya dan bisa nyambung dengan pemikirannya me

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Bertemu Faqih

    Korean melihat Alhesa sudah merasa sedih dirinya tidak ingin melanjutkan perbincangan mengenai perjodohan tersebut. Lalu dialihkannya topic mengenai masa depannya itu, dan tak lama kemudian datanglah pesanan mereka berdua. Alhesa juga memesankan bungkusan nasi kepada umminya agar mati usai makan dirinya tidak usah menunggu lama lagi.“ayuk makan” ujar Alhesa yang melihat alex terlihat melamun.Suasana makna pun tras ahneing. Alhesa terbiasa untuk tidak bicara saat makan, selain itu alex juga tidak ingin membuat suaan aman tidak nayamanapalagi Alhesa makan dengans edikit menahan gerak karena luka yang ada di lengannya.Setelah selesai makan bersama. Akses menuju ke kasir untuk membayar semua tagihannya, alex yang berada disampingnya membantu membawakan nasi bungkus untuk sang ummi.Setelah menyelesaikan pembayaran alex pamit ke para temannya untuk mengantarkan Alhesa kembali. Sebenarnya Alhesa menolak untuk diantarkan, tapi alex berkata kalau dirinya tidak tega dan tidak enak dengan ky

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Kasih Sayang

    Alex yang baru saja keluar ruangan seketika langsung melenggang tanpa menengok ke belakang. Dirinya kaget ketika Alhesa mengantarkannya sampai pada pintu ruangan.“hati-hati” ujarnyaAlex langsung berhenti dan mengobrol dengannya seketika.“kamu begitu menyayangi kedua orang tuamu ya, sampai-sampai berkata pun tidak keluar tadi.”“ya begitulah, mereka yang membesarkanku susah payah terutama suamiku yang aku tahu perjuangannya yang tidak mudah. Jadi di hari tua nanti aku ingin mereka damai tanpa memikirkan apapun. Hidup nyaman dan aman. ““keren ah kamu ini, gimana kalau makan bareng ya? Kamu kan juga belum makan sama sekali?” Tanya alexAlhesa tampak berpikir sejenak dan menengok ke belakang. Akhirnya dia setuju tapi harus minta izin kepada abi dan uminya.“oke, sekalian beliin ummi sepertinya beliau juga belum makan, aku izin dulu ya. Tunggu!”Alex hanya menganggukkan kepalanya dan Alhesa langsung masuk ke dalam lagi.“abi, ummi , alhesa beli makan dulu ya baeng sam alex. Nanti sek

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Alhesa Membuka Hati

    “Tentu saja tidak, melihat abi yang terus dalam bahaya. Lalu ummi yang begitu khawatirnya aku selalu diam dan mengatasinya sendiri.”“Kalau seperti tadi aku tidak datang kau mati disini juga tidak masalah kalau keluargamu juga tidak tahu?’’“Ya mungkin saja begitu, toh juga abi sudah siuman.” Jawabnya dengan enteng.Alex hanya terkagum dengan wanita yang sedang dibopongnya ini. Karena dari depan yang terlihat anggun, kalem dan cuek dirinya memiliki sikap kokoh dan sangat berprinsip.Alhesa tidak sadar bahwa dirinya sedang dibopong oleh laki-laki asing yang itupun pertama kalinya. Karena dirinya tengah asyik ngobrol panjang lebar. Sedangkan alex yang sadar akan tindakannya hanya berpura-pura diam hingga Alhesa sadar dan dirinya jika thu minta turun seketika akan diturunkan seketika.Di saat itu juga seluruh tim mleihat kemesraaan dan keindahan pemandangan sang big bos dan wanita yang meman ayu dan terlihat sangat cerdas.‘cantik bener rek, kayak yuki kato. Tahu begini ya benar saja bos

  • Ternoda sebelum Malam Pertama    Menyelamatkan Alhesa

    Alex langsung pergi ke kantor rahasianya untuk mengirim beberapa senjata yang harus dikirimkan oleh para tim ke tim yang berada di lapangan. Seketika juga dirinya pergi tanpa pamit karena kondisi sangat tepat untuk melangkah maju ke strategi selanjutnya.Setelh sampai di lokasi dirinya memilih baju-baju dan senjata yang harus dibawa ketika nanti ke tahap strategi selanjutya. Karena di tahap itu seharusnya ada ranah-arah yang harus segera diwaspadai karena dirinya juga berada di titik vital. Saat strategi sudah berjalan dengan sangat baik. Dirinya merasa ada insting tidak enak, karena sesuatu yang mudah di awal pasti akan ada hal yang diluar dugaan. Tapi dirinya terus fokus dan meneliti setiap step agar bisa menjaga sisi rawan-rawan tertentu.Tiba-tiba ada telepon dari penjaga di rumah sakit bahwa Alhesa tidak kunjung ada di rumah sakit. Dan dari tim yang berada di sasaran kembali menelpon bahwa sedang melihat seorang wanita berkerudung dibawa masuk ke lokasi.Dan alex langsung menangk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status