Share

Ternyata Aku Madunya
Ternyata Aku Madunya
Author: aifanzl

Pacaran

Rintik hujan di sore hari membuat siapapun yang sedang beraktifitas di luar ruangan buru-buru mencari tempat berteduh. Tak terkecuali gadis bernama Safina yang sekarang sedang menempuh pendidikan tingginya di salah satu perguruan tinggi negeri. Menjadi seorang mahasiswa merupakan salah satu impian dan cita-cita yang akhirnya tercapai.

Untuk itu, kesempatan yang sekarang ia terima, tak ingin ia sia-siakan. Sudah banyak yang dikorbankan oleh orangtuanya di kampung. Hingga akhirnya kini ia sudah sampai di akhir masa studinya. Safina baru saja menyelesaikan ujian akhirnya, ia tinggal menunggu yudisium kemudian dilanjutkan wisuda untuk gelar sarjananya.

Pagi tadi ia baru menyelesaikan administrasi di fakultas teknik. Saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju gazebo perpustakaan karena sudah ada janji dengan seseorang. Langkahnya menuju gazebo perpustakaan masih jauh. Tetapi hujan semakin deras membuatnya harus sejenak menunggu hujan reda di depan fakultasnya.

Biasanya Fina sapaan akrab Safina, ia selalu membawa payung di tas ranselnya. Tapi kali ini ia lupa tak membawanya. Tasnya sudah terisi penuh kertas revisi juga laptop dan lainnya. Sambil menunggu hujan reda, ia mengambil ponselnya dari saku. Mengetikan sebuah pesan dari gawainya untuk seseorang yang ingin ia temui.

“Mas Rama, maaf ya, Fina masih di gedung FT, ujan masih deras, aku nggak bawa payung. Apa nggak papa kalau Mas Rama masih harus nungguin aku?”

Fina mengirimkan pesan singkat itu kepada Rama, laki-laki yang kini memiliki hubungan dekat dengannya. Rama menjadi salah satu penyemangatnya di kampus. Ia selalu membuat Fina bahagia dengan caranya sendiri. Sapaan mas, ia pilih karena Rama merupakan kakak tingkatnya sewaktu masih S1 hingga kini Rama melanjutkan studi S2 nya.

Beberapa jam berlalu Fina menunggu hujan reda. Terlihat langit masih mendung, tapi bulir hujan sudah tidak lagi menetes ke permukaan tanah. Fina berdiri dari tempat duduknya, memastikan hujan memang sudah reda. Baru setelahnya ia pergi meninggalkan fakultas tercinta untuk menemui laki-laki tercintanya.

Tak butuh waktu lama untuk Fina berjalan dari fakultasnya menuju gazebo perpustakaan. Dengan wajah berseri ia datang menemui sang kekasih. Fina menyapa Rama, baru setelahnya duduk berhadapan dengan Rama yang tengah sibuk dengan laptopnya. Seperti biasa, keduanya berbasa basi untuk memulai obrolan.

Fina yang merasa tak enak membuat Rama menunggu, membuat ia berulang kali meminta maaf. Sedangkan Rama merasa tak nyaman jika Fina merasa bersalah. Padahal Rama sangat memaklumi hal itu.

“Oh iya, kamu jadi besok mau pulkam?” tanya Rama. Ia menyisihkan terlebih dahulu laptopnya.

“Insyaallah iya mas, kan aku tinggal yudisium, pengen lah istirahat sejenak di kampung halaman, dekat sama orang tua, kembali menjadi anak desa,” jawab Fina.

“Besok aku antar ya, sekalian aku pengen kenalan sama orangtua kamu. Hubungan kita kan sudah cukup lama, dan aku mau serius dengan hubungan ini. Setidaknya kenalan terlebih dahulu, sebelum aku datang bersama keluarga untuk melamar,” ucap Rama membuat Fina sedikit terkaget.

Apa yang dikatakan oleh Rama memang hal yang ia nantikan. Sebagai seorang perempuan, kepastian itu yang Fina harapkan. Sepertinya untuk memperkenalkan Rama kepada orangtuanya bukan hal yang buruk. Dari perkenalan itu juga nantinya, ia bisa minta pendapat orangtuanya mengenai sosok yang ia harapkan menjadi pasangan hidupnya.

“Serius Mas Rama mau ikut aku pulang? Seperti yang sudah aku jelaskan dari awal ya Mas. Aku ini anak desa, dari keluarga yang hidupnya pas-pasan. Beda jauh kalau dibandingkan sama Mas Rama. Fina takut nanti Mas Rama kaget lagi dengan kehidupan aku di desa,” ucap Fina merasa takut kalau nantinya Rama tak ingin lagi bersamanya karena keadaan ekonomi yang tak setara.

“Aku kan juga sudah tau bagaimana rumah kamu, gambaran dalamnya hingga ukuran rumahnya. Aku juga udah siapkan desain untuk renovasinya. Hingga saat ini kita masih sama-sama juga kan. Aku mencintai kamu bukan karena harta kamu, pun juga aku tak memandang bagaimana status ekonomi kamu. Aku mencintai Safina dengan semua keadaannya, aku mencintaimu tanpa sarat dan tanpa alasan,” jelas Rama membuat Fina menjadi terharu.

Rama adalah satu-satunya laki-laki yang mampu membuatnya nyaman. Terlebih sikap dewasa dari laki-laki itu membuat Fina semakin yakin tidak memilih laki-laki untuk menjadi imamnya. Rama menjadi sosok sempurna yang akan membantu sang Raja untuk menjaga putri kesayangannya.

Safina memberitahukan rencana kepulangannya besok. Sebelumnya ia berencana untuk pulang dengan mengendarai angkutan umum dari kota ke kampungnya. Karena Rama berkeinginan untuk ikut bersamanya, maka Fina akan pulang berdua dengan Rama dengan mengendari motor milik Rama.

“Kamu lagi sibuk apa sih, Mas?” tanya Fina.

“Biasa penyusunan tesis,” jawab Rama tak berpaling dari layar laptopnya.

Setelah Rama menyelesaikan tugasnya, ia kemudian mengantarkan Fina pulang ke kosannya. Kemudian Rama juga pulang ke kosannya juga. Ucapan terimakasih tak lupa ia sampaikan kepada Rama karena telah bersedia mengantarnya pulang.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status