Widuri terdiam sambil meletakkan ponselnya di atas nakas. Berulang helaan napas panjang pendek keluar masuk dari bibir Widuri. Dia tahu ini keputusan yang sulit dan harus ia lakukan. Bahkan pada akhirnya semua yang dia lakukan kali ini akan menyakiti salah satu pihak.
Perlahan Widuri menyimpan dua cincin yang semalam ia amati ke dalam kotaknya masing-masing. Ia sudah memantapkan hatinya dan akan mengatakan semua keputusannya kali ini.
“Bunda, apa Bunda mau pergi?” Tiba-tiba Alif menyeruak masuk ke dalam kamarnya.
Widuri tersenyum dan menggelengkan kepala.
“Belum, Sayang. Ini masih terlalu pagi. Memangnya Alif mau apa?”
Alif tersenyum kemudian langsung duduk di pangkuan Widuri. Bocah laki-laki itu terlihat manja dan bergelayut di lengan Widuri.
“Semalam Alif bermimpi kalau kita tinggal bersama Ayah, Bunda. Alif senang sekali.”
Widuri hanya diam, mengatupkan rapat bibirnya tanpa menjawab ucapan Alif.
“Mas Emran ... masih ingat aku?” ujar wanita cantik itu. Emran hanya diam, tertegun menatapnya sambil mencoba mengingat siapa sosok yang berdiri di depannya. Wanita cantik itu kembali tersenyum menatap Emran dengan sendu. “Kamu tidak menyuruhku masuk, Mas?” Kembali sosok itu bersuara. Emran mengangguk dengan ragu, kemudian membuka lebih lebar pintu kabin apartemennya. Dia pikir tadinya Widuri yang akan datang, tapi mengapa malah wanita lain. Emran harus segera menyelesaikan apa maksud kedatangan wanita ini ke tempatnya. Tentu Emran tidak mau saat Widuri datang, wanita ini masih berada di tempatnya. “Maaf, aku sedikit lupa denganmu. Kalau boleh tahu, ada keperluan apa ke sini?” Emran sudah menyilakan wanita cantik itu duduk di ruang tamu. “Mungkin Mas Emran lupa padaku karena penampilanku yang berbeda. Aku Kalina, istrinya Hasan. Apa sudah ingat?” Seketika Emran membelalakkan matanya menatap dengan heran ke arah wanita cantik di depannya ini. Dia kenal Hasan yang tak lain sahabat
“Maaf, Mas Emrannya sedang keluar. Mau menunggu di dalam?” ucap Kalina dengan ramah.Widuri hanya terdiam, tertegun menatap wanita cantik di depannya. Baru kali ini, Widuri melihat sosok Kalina dan sosok wanita di depannya ini mengingatkan pada Mawar. Memang sudah lama, Widuri tidak berkunjung ke tempat Emran. Biasanya hanya Alif saja yang bermain ke sini sendiri.Kali ini Widuri sangat terkejut saat mendapati sosok cantik itu ada di apartemen mantan suaminya. Siapa dia dan ada keperluan apa? Apa hubungan antara wanita cantik ini dengan Emran? Banyak tanya yang berkecamuk di benak Widuri dan dia bingung harus menanyakan yang mana lebih dulu.“Tante siapa? Ayah mana?” Suara Alif membuyarkan lamunan Widuri.Widuri menoleh ke arah Alif dan memintanya bersikap sopan melalui tatapannya. Kalina tersenyum sambil menatap Widuri dengan ramah. Lagi-lagi tatapan mata wanita ini mengingatkan Widuri pada Mawar. Apa jangan-jangan mantan suaminya
“Tante, Widuri ada?” tanya Emran.Emran tergesa datang ke rumah Widuri dan langsung mencarinya. Ia harus menyelesaikan kesalahpahaman hari ini. Tante Rima hanya tersenyum melihat kedatangan Emran yang tergesa. Sebelumnya Tante Rima tadi sudah melihat Widuri pulang, wajahnya terlihat murung dan tidak secerah saat berangkat tadi.Kini Emran tiba-tiba datang dengan wajah tegang dan cemas. Jelas sekali terlihat kalau dua orang ini kembali bersitegang. Tante Rima menarik napas panjang sambil menepuk bahu Emran dengan lembut.“Widuri ada di teras belakang, Emran.”Emran tersenyum sambil menganggukkan kepala. Sesudahnya dia gegas menuju ke teras belakang. Emran menghentikan langkah saat melihat Widuri duduk melamun sambil menatap kosong tanaman bunga di depannya. Emran perlahan mendekat tanpa suara kemudian duduk di depannya.Widuri terkejut, mendongakkan kepala dan melihat pria tampan ini sudah duduk di depannya. Widuri tidak bere
“Kalina, aku ingin bicara denganmu,” ujar Emran.Saat dia tiba di apartemen, Emran melihat Kalina keluar dari kamar. Sepertinya dia baru saja bangun dan terkejut melihat kehadiran Emran.“Mau bicara apa, Mas?” tanya Kalina dengan suara lembutnya.Emran terdiam beberapa saat, entah mengapa nada suara dan logatnya yang manja mengingatkan Emran pada Mawar. Sepertinya tepat kata Widuri kalau Kalina memang sangat mirip dengan Mawar. Mungkin itu juga yang membuat Widuri berpikir kalau Emran akan menikah dengan Kalina.Emran menarik napas panjang dan meminta Kalina duduk di ruang tamu. Kalina menurut, mereka duduk saling berhadapan kini.“Apa yang kamu katakan pada Widuri tadi?”Kalina terdiam dan mata indahnya kini melihat ke arah Emran dengan bingung. Emran menarik napas panjang sambil meraup wajahnya dengan kasar. Dia lupa tidak memberitahu Kalina tentang Widuri.“Widuri itu mantan istriku. Tadi d
“Pasien mengalami kelelahan dan anemia, itu sebabnya dia pucat dan hampir pingsan. Untung segera dibawa ke sini sehingga bisa cepat mendapat pertolongan,” jelas dokter.Widuri dan Emran sudah membawa Kalina ke rumah sakit. Dokter yang menanganinya baru saja menjelaskan apa yang dialami Kalina. Emran dan Widuri hanya manggut-manggut mendengarkan.“Kalau boleh tahu ke mana suaminya? Saya rasa suaminya harus tahu kondisi istrinya saat ini.” Kembali dokter itu bertanya.Widuri hanya diam sambil melirik ke arah Emran. Emran menarik napas panjang sambil membalas tatapan Widuri. Kemudian Emran melihat ke arah dokter tersebut dan bersuara.“Suaminya sudah meninggal, Dok. Dia sebatang kara.” Akhirnya Emran menjawab. Sang Dokter hanya manggut-manggut mendengarnya.Setelah mendapat beberapa penjelasan dari dokter, Emran dan Widuri gegas keluar ruangan. Mereka menunggu di luar ruangan kali ini.“Terima kasih, ya
“Saya ... saya ... sudah jatuh cinta ke Mas Emran sejak pertama bertemu, Mbak,” ucap Kalina.Widuri yang duduk di sampingnya hanya terdiam menatap wanita cantik ini. Dia baru saja bertemu dengannya, tapi wanita ini sudah dengan berani mengutarakan perasaannya kepada Emran. Sebenarnya tidak salah, mereka sama-sama berstatus single. Hanya saja, mengapa juga dia seberani ini? Padahal jelas-jelas Emran sudah bilang kalau sedang mengurus proses rujuk dengan Widuri.“Maaf, Mbak. Saya terlalu lancang mengutarakan perasaan saya. Namun, ini semua juga gara-gara Abang Hasan.”Widuri kembali terkejut dan menatap Kalina dengan alis mengernyit.“Abang Hasan yang meminta saya melakukannya. Beliau seakan menyiapkan saya untuk bersanding dengan Mas Emran. Abang Hasan terlalu sering menceritakan tentang Mas Emran dan semua kebaikannya. Bahkan tidak jarang menunjukkan foto kebersamaan mereka. Itu yang membuat saya jatuh cinta padanya.”
“Aku ... aku tidak mencintaimu, Emran Hafiz,” ucap Widuri dengan mantap.Emran yang mendengar hanya terdiam dengan bibir yang terkatup rapat. Mata pria tampan itu yang tadinya berkilatan tajam kini terlihat redup bahkan berkabut. Widuri gegas memalingkan wajah dan tanpa berkata apa-apa lagi dia membalikkan badan. Dengan langkah cepat, Widuri meninggalkan kabin apartemen Emran.Emran membeku di tempatnya dan sama sekali tak bergerak. Dia hanya diam sambil menatap pintu yang sudah tertutup membawa pergi Widuri. Lagi-lagi hatinya hancur untuk kedua kali. Apa Widuri tidak pernah tahu kalau dia sangat mencintainya? Apa Widuri tidak pernah tahu kalau hanya ada namanya saja di dalam hatinya? Bukan nama Mawar atau nama wanita lain, hanya namanya.Helaan napas panjang keluar dari bibir Emran. Dia tampak linglung berjalan dengan gontai menuju sofa kemudian menghempaskan tubuhnya di sana dengan keras. Emran meraup wajahnya dengan kasar sambil menyeka buliran be
“Aku ... aku menerimamu, Mas,” lirih Widuri. Ucapan Widuri memang sangat pelan dan hampir tak terdengar, tapi Emran sudah mendengarnya dengan baik. Pria tampan itu tersenyum, gegas menarik dagu Widuri hingga mata mereka bertemu. “Bisa diulangi lagi apa yang kamu katakan tadi?” Widuri terdiam, matanya mengerucut menatap Emran dengan sebal. Apa mantan suaminya ini tidak tahu kalau saat ini banyak rasa bercampur di dadanya dan dia malah bicara menyebalkan seperti itu? “Kalau kamu gak dengar ya sudah. Aku malas mengulangnya.” Widuri melengos, menarik wajahnya dari tangan Emran. Emran malah terkekeh melihat reaksi Widuri yang seperti anak kecil. Tanpa banyak bicara, Emran mendekatkan wajahnya dan langsung mencium bibir Widuri. Seketika Widuri memelotot dan mendorong tubuh Emran menjauh. Mereka sedang berada di rumah sakit di depan kamar rawat inap mengapa juga malah asyik berciuman seperti ini? Apa lagi dia seorang wanita berhijab apa kata orang yang melihatnya. Emran terkekeh sambil