Share

Suami Sehari

“Aku jemput jam lima sore nanti,” ucap Emran kemudian.

Widuri terkejut dan menoleh dengan cepat ke arah Emran. Sayangnya Emran tidak memperhatikan dan terus menatap lalu lintas di depannya.

“Eng ... gak usah. Aku ... aku nanti ada keperluan. Aku mau nengokin temanku yang sakit,” jawab Widuri.

Dia memang sudah berjanji bersama teman-temannya kalau akan menjenguk atasannya yang baru saja melahirkan. Emran menoleh sekilas sambil mengernyitkan alis.

“Kamu tidak bermaksud untuk menghindar dariku, ‘kan?”

Ganti Widuri yang kini terkejut. Mengapa juga suaminya malah bertanya seperti itu? Bukankah biasanya Emran suka jika dia menjauh dan menghindar darinya. Dia hanya duri dalam hubungannya dengan Mawar. Dia hanya orang ketiga yang tidak seharusnya ada. Kenapa sekarang Emran malah mengharapkan dia ada?

Widuri gegas menggelengkan kepala sambil tersenyum.

“Enggak. Aku gak menghindar darimu. Aku beneran mau menjenguk bosku sama teman-teman. Nanti sore kami mau ke rumah sakit. Kalau kamu gak percaya, ya sudah.”

Emran hanya diam, tidak menjawab dan kembali fokus melihat lalu lintas di depannya. Suasana kembali hening dan musik di radio mobil kembali yang mendominasi. Selang beberapa saat mobil Emran sudah tiba di kantor Widuri. Widuri gegas membuka seat beltnya lalu bersiap turun, tapi tiba-tiba Emran mengulurkan tangan ke arahnya.

Widuri tertegun sejenak, menatap Emran sambil mengerjapkan mata. Lalu secepat kilat Widuri menyambut tangan Emran dan mengecup punggungnya seperti orang salim pada umumnya. Ini adalah hal yang paling jarang dilakukan Widuri. Mana mungkin dia melakukannya jika Emran yang selalu menjauh dan baru hari ini dia berubah.

“Ya udah kalau gak mau dijemput. Nanti kalau sudah sampai rumah, telepon aku.”

Kembali Widuri terperangah kaget mendengar ucapan Emran. Ada apa lagi, nih? Kenapa juga suaminya seakan ingin tahu schedulenya hari ini? Apa dia memang ingin memberi perhatian ke Widuri atau hanya sekedar basa basi? Namun, sepertinya Widuri tidak mau ambil pusing dan menjawab dengan anggukkan kepala saja. Dia tidak mau menghabiskan waktu Emran lebih lama.

Emran sudah melajukan mobilnya meninggalkan kantor Widuri. Sementara Widuri gegas masuk ke dalam kantor.

“Tumben kamu gak naik motor, Duri!!” sahut Rani salah satu rekannya.

Widuri hanya tersenyum meringis. Jangankan temannya, dia saja masih bingung dengan sikap aneh suaminya pagi ini. Padahal semalam sikap Emran sangat dingin dan menyebalkan mengapa pagi ini dia sangat manis.

Pukul lima sore, usai jam pulang kantor. Widuri bersama rekan kantornya bertandang ke rumah sakit untuk menjenguk atasannya. Atasannya baru saja melahirkan putra kedua. Widuri sangat suka melihatnya. Dari dulu dia memang suka anak kecil, bahkan dia sangat merindukan kehadiran seorang adik. Sayangnya dia hanya menjadi anak tunggal di keluarganya.

“Kamu gak pengen, Duri?” Sang Atasan bertanya. Widuri hanya tersenyum malu-malu.

Kalau mau jujur, dia juga sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam kehidupan pernikahannya. Namun, bagaimana mungkin dia mendapatkannya. Bahkan hingga di bulan ketiga pernikahan, Emran belum menyentuhnya sama sekali.

“Buruan bikin ama suami. Punya suami ganteng gitu, masa gak bikin tiap malam.” Malah rekan kerja Duri yang lain mengoloknya.

Lagi-lagi Widuri hanya bisa mengulum senyum. Andai saja mereka tahu apa yang terjadi dengan rumah tangga Widuri pasti akan terkejut. Hingga kini, tidak ada yang tahu jika Widuri menjalani pernikahan poligami yang diciptakan Emran. Dia juga termasuk orang introvert yang tidak mau menceritakan semua keluh kesahnya kepada sembarang orang.

“Kamu pulang naik apa, Duri?” tanya Rani. Sudah hampir satu jam mereka berada di rumah sakit dan sekarang waktunya mereka pulang.

“Aku naik taxi online. Aku gak bawa motor,” jawab Widuri.

“Kenapa gak minta jemput suami saja? Bukannya tadi pagi aku melihat dia mengantarmu?”

“Enggak. Dia gak bisa.” Rani hanya manggut-manggut. Kemudian mereka berdua sudah berjalan beriringan keluar dari rumah sakit.

Namun, Widuri sempat menghentikan langkahnya saat melihat Emran sedang berjalan bersama Mawar menuju parkiran mobil di rumah sakit ini. Apa yang sedang mereka lakukan di sini? Apa Mawar sudah hamil dan Emran sengaja mengantar untuk memeriksa kandungannya? Benak Widuri sudah traveling membayangkan yang tidak-tidak. Lalu tanpa diminta kejadian mesra mereka semalam melintas di benak Widuri.

“Akh ... kenapa aku malah mikirin begituan,” gumam Widuri dalam hati.

Pukul sembilan malam, Widuri baru tiba di rumah. Dia memang sengaja mampir untuk makan malam di luar. Widuri juga berharap tidak akan bertemu Emran dan Mawar saat tiba di rumah. Akan sangat menyakitkan jika melihat orang yang kita suka berinteraksi mesra dengan wanita lain. Widuri kadang berpikir ingin segera mengakhiri semua ini. Namun, dia juga takut jika keputusannya akan membuat orang tua dan mertuanya sedih.

Widuri turun dari taxi online dan melihat mobil serta motor matic miliknya sudah berada di garasi. Itu tandanya kalau Emran dan Mawar sudah berada di rumah. Pelan Widuri membuka pintu rumah. Ia sudah mengucap salam dan tidak terdengar balasan dari dalam. Widuri juga melihat sebagian lampu sudah dipadamkan, bisa jadi kalau Emran dan Mawar sudah berada di kamar. Apalagi yang akan mereka lakukan jika tidak ada Widuri. Bukankah itu kesempatan emas untuk mereka berduaan.

“Akh ... .” Widuri menghela napas panjang sambil meredam rasa sesak di dadanya. Kenapa juga dia tidak bisa menerima semuanya dengan ikhlas.

Widuri berjalan gontai menuju lantai dua kamarnya. Ia ingin segera merebahkan tubuhnya saja kali ini. Dia tidak ingin membayangkan yang tidak-tidak dan membuat hatinya semakin sakit.

Pelan Widuri membuka pintu kamarnya. Tangannya sudah bersiap melepas hijabnya, tapi urung dilakukan saat melihat ada sosok tampan yang sangat dikenalnya sedang duduk menunggu di tepi kasur.

“Kamu baru datang?” serunya bertanya.

Widuri terdiam, tertegun menatap Emran yang duduk di tepi kasur.

“Kok kamu di sini?” Widuri spontan bertanya. Memang hal yang sangat tidak masuk akal melihat Emran berada di kamarnya. Bukankah biasanya Emran selalu tidur di kamar Mawar.  

Emran tampak terkejut dan menatap tajam ke arah Widuri. Entah apa arti tatapannya kali ini yang pasti Widuri ketakutan membalas tatapannya. Emran menarik napas panjang lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Widuri.

Langkahnya terhenti dan berdiri sejajar di depan Widuri. Lalu pelan kedua tangan Emran menyentuh bahunya. Seketika ada banyak rasa aneh yang tiba-tiba merasuk merambat ke seluruh tubuh Widuri membuat wanita berwajah manis itu mendongakkan kepala. Ada mata elang nan tajam sedang menatapnya seakan siap menyantap mangsanya. Ini pertama kali Widuri berada sedekat ini dengan Emran.

“Malam ini Mawar ada acara keluarga dan tidak pulang. Jadi aku tidur di sini.”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
udahlah duri tinggalin emran aja
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
yah Widuri gak bisa tahan ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status