Share

Bukan yang Kuminta

Author: Aira Tsuraya
last update Last Updated: 2024-02-05 14:00:01

“Malam ini Mawar ada acara keluarga dan tidak pulang. Jadi aku tidur di sini,” ujar Emran.

Widuri terdiam tertegun menatap suami gantengnya ini. Kemudian perlahan dia menundukkan kepala menghindar dari tatapan tajam Emran. Bagaimanapun jantungnya terus berdebar hebat saat berinteraksi sedekat ini.

“Eng ... a—aku mau mandi dulu.”

Widuri menghilangkan ketegangan mereka dengan gegas berlari ke kamar mandi. Emran hanya mengangguk dan membiarkan Widuri berlalu pergi.

Di kamar mandi, Widuri tampak bengong hanya diam melihat pantulan wajahnya di depan cermin. Dia masih belum percaya dengan semua ucapan dan sikap Emran hari ini. Kenapa juga dia berubah secepat ini? Apa Emran sudah menyadari kesalahannya dan mau berbuat adil pada Widuri?

Widuri menarik napas panjang sambil membasuh wajahnya dengan air. Sepertinya banyak yang akan dia lakukan di kamar mandi kali ini. Biarlah Emran menunggu lebih lama. Widuri ingin menghilangkan ketegangannya lebih dulu. Ini kedua kali dia tidur satu kamar dengan Emran dan itu membuat dia sangat gugup.

Lima menit, sepuluh menit hingga akhirnya setengah jam baru Widuri keluar dari kamar mandi. Ia melihat Emran sudah naik ke atas kasur duduk bersandar di puncak ranjang sambil menjulurkan kakinya. Sesekali senyuman manis terukir di wajah tampannya. Sepertinya ada yang sangat menarik di ponselnya sehingga dia berperilaku seperti itu.

Widuri berjalan perlahan dan duduk dengan hati-hati di tepi kasur. Emran meliriknya kemudian tersenyum.

“Mandimu lama juga, lebih lama dari aku,” celetuknya kemudian.

Widuri tidak menjawab hanya mengangguk sambil tersenyum meringis.

“Kamu sudah makan? Kalau belum, biar aku pesankan makanan.” Kembali Emran bersuara memberi perhatian. Lagi-lagi ini hal yang sangat jarang ia dengar keluar dari bibir suaminya.

“Aku sudah makan tadi di luar.”

Emran hanya diam kemudian manggut-manggut. Ia menggeser tubuhnya dan menepuk kasur di sampingnya. Widuri melirik sekilas dengan sudut matanya.

“Kamu gak mau tidur?” pinta Emran.

Widuri menoleh kemudian mengangguk dengan canggung. Perlahan dia naik ke atas kasur, masuk ke dalam selimut dan duduk bersisian dengan Emran. Ada yang sedang berdebar hebat di dadanya dan Widuri berusaha menekan sedalam mungkin. Ia tidak ingin Emran tahu apa yang sedang dirasakannya kali ini.

Emran hanya diam sambil mengawasi Widuri. Entah mengapa Widuri semakin risih. Apa memang seperti ini yang dilakukan Emran dan Mawar di kamar. Duduk bersisian di kasur saling pandang satu sama lain dan membiarkan dadanya bertalu tak karuan. Indah dan Widuri tanpa sadar menikmatinya. Hanya saja, mengapa ada sesuatu yang mengganjal perasaannya kali ini.

Emran menggeser duduknya mendekat ke arah Widuri bahkan meletakkan satu tangannya ke punggung Widuri seakan hendak memeluknya. Sontak Widuri terjingkat dan menoleh ke arah Emran.

“Kenapa? Aku suamimu, apa tidak boleh memelukmu?” ujar Emran.

Widuri kembali membisu dan menganggukkan kepalanya dengan kaku. Kenapa juga dia tidak bisa seluwes Mawar saat berinteraksi dengan Emran. Suaranya juga tidak terdengar manja dan menggoda, malah lebih banyak membisu bagai patung. Apa ini juga yang membuat Emran lebih menyukai saat bersama Mawar?

“Kamu tidak melepas hijabmu?” Emran kembali bertanya.

Memang selama menikah, belum pernah sekalipun Emran melihat Widuri tanpa hijab. Wanita berparas manis itu tidak mau memperlihatkan wajah serta semua miliknya kepada Emran. Dia beranggapan Emran belum mencintainya seratus persen dan dia tidak mau sia-sia menunjukkan semuanya.

“Eng .. iya.” Widuri sudah bersiap membuka hijabnya, tapi tiba-tiba dia duduk tegak dan menurunkan kakinya dari kasur.

Emran melihatnya dengan bingung dan kening yang berkerut.

“Aku ke bawah dulu. Aku belum ambil minum.” Widuri gegas bangkit dan turun dari kasur lalu sudah berjalan cepat keluar kamar meninggalkan Emran.

Ia tidak peduli dengan tatapan aneh Emran. Yang pasti Widuri ingin mengatur detak jantungnya dulu. Dia benar-benar merasa sesak napas gara-gara interaksi intim ini.

“Akh ... gila. Aku kenapa, sih? Dia ‘kan suamiku. Kenapa juga harus setegang ini?” umpat Widuri kesal.

Berulang Widuri meneguk habis air putih di gelasnya. Ia sangat gugup dan tak tahu harus berbuat apa. Yang pasti sikap Emran hari ini benar-benar membuat hatinya tak karuan.

“Sudah. Aku harus kembali. Aku tidak mau membuatnya menunggu. Bukankah ini saat yang aku inginkan dari dulu.”

Lagi helaan napas berat keluar spontan dari bibir Widuri. Ia sudah berjalan berjingkat menuju lantai dua tempat kamarnya berada. Mungkin karena terbiasa berjalan mengendap-endap, jadi Widuri selalu melakukan hal itu dengan santai.

Dia berhenti sejenak di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Memang tadi Widuri tidak menutup kamarnya dengan rapat. Baru saja Widuri hendak masuk, tiba-tiba dia urung lakukan saat mendengar suara Emran.

“Hallo, Sayang. Kamu belum tidur?” Rupanya Emran sedang melakukan panggilan dengan Mawar. Widuri menghormati privasinya dan memilih tidak masuk ke dalam kamar. Inginnya dia kembali ke bawah dan pura-pura sibuk di sana. Namun, lagi-lagi kakinya terasa membeku di posisinya dan membuat Widuri mendengar kata yang seharusnya tidak dia dengar.

“Aku sudah melakukan apa yang kamu minta, Sayang. Aku sudah mengantar Widuri ke kantor tadi pagi dan malam ini aku juga sudah tidur di kamarnya. Aku menepati janjiku, bukan.” Suara Emran terdengar dengan jelas di telinga Widuri.

Wanita manis itu langsung terdiam dan memilih berdiri bersandar di samping pintu kamarnya yang terbuka. Ternyata pertanyaan Widuri tentang perubahan sikap Emran hari ini terjawab. Emran berubah karena permintaan Mawar, bukan karena keinginannya.

“Jadi kamu akan pulang besok, kan? Aku sudah tidak sabar ketemu kamu. Aku kangen, Sayang.”

Widuri masih bergeming di posisinya sambil memegang dada. Entah mengapa ada sakit yang tanpa diminta tiba-tiba datang dan menusuk di dalam sana. Helaan napas panjang pendek keluar bergantian dari bibirnya.

“Aku pengennya tidur sama kamu saja daripada sama Widuri. Lain kali jangan paksa aku lagi, ya. Pokoknya cukup hari ini saja aku melakukannya.” Kembali terdengar suara Emran dan kini semakin menyayat hati Widuri

Tanpa diminta buliran bening sudah luruh perlahan membasahi pipinya. Widuri pikir Emran akan berubah dan mau memperlakukannya dengan adil. Namun, nyatanya dia salah. Tidak pernah ada cinta di hati Emran untuknya. Lagi-lagi kehadirannya di sini hanya seperti duri di bunga mawar. Dia hanya penghalang bagi Emran dan Mawar untuk bersatu.

Widuri tidak tahu apa lagi yang dikatakan Emran di teleponnya. Yang pasti dia sudah berurai air mata di depan kamarnya. Hatinya terluka dan pria di dalam sana penyebabnya. Salah dia juga mengapa mencinta orang yang tidak mencintainya. Andai saja dia tidak pernah menerima perjodohan ini.

BRAK!!!

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, tampak Emran berdiri di depan pintu sambil menatap Widuri dengan tatapan dingin nan tajam. Sudah hilang tatapan yang ramah penuh perhatian. Widuri buru-buru menyeka air matanya. Ia tidak mau Emran tahu kalau dia baru saja menangis. Alih-alih bertanya tentang tangisan Widuri, Emran malah berkata yang menyakitkan hati.

“Jadi kamu sudah mendengar semuanya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (61)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Emran jahat banget ngapain nikah sama widuri kalau sudah punya mawar
goodnovel comment avatar
Ani Rohayani
Widuri ngapain kamu bertahan emang nya enak hanya melihat wajah tampan emran tapi kamu tidak dihargainya dan tidak dicintainya
goodnovel comment avatar
Rheza Puspita
kenapa si emran ni....bisa2 nya yaaaaa kek gituuuuuu....kl aq dah tak buang si emran tu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Extra Bab

    “IBU!! Kok di sini?” tanya Dokter Bayu. Untung saja mereka menjeda interaksi mesra, kalau tidak pasti Nayla akan sangat malu. Nayla urung membuka jilbab dan kembali duduk dengan tenang. Sementara Dokter Bayu bangkit menghampiri Bu Narmi. “Perut ibu sakit, jadi bolak balik ke kamar mandi. Ibu pikir Rayhan sudah tidur, ternyata kamu dan Nayla malah di sini.” Dokter Bayu menghela napas panjang sambil mengacak rambutnya. “Ya … gimana gak ke sini. Rayhan tidur di kamarku, tuh.” Dokter Bayu mengatakannya dengan kesal dan wajah cemberut. Bu Narmi hanya mengulum senyum sambil melirik putra serta menantunya. “Ya udah, biar Ibu bangunin Rayhan.” Bu Narmi bersiap pergi, tapi Dokter Bayu mencegahnya. “Gak usah, Bu. Aku tidur di sini saja. Ibu dan Bapak temani Rayhan di kamar sebelah.” Bu Narmi menghela napas panjang sambil mengangguk. “Ya udah kalau gitu. Nanti biar Ibu kasih tahu bapakmu nanti takutnya main nyelonong masuk saja.” Dokter Bayu hanya tersenyum sementara Nayla sudah menunduk

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Selamat Hari Bahagia Dokter Bayu

    “Saya … saya tidak mau bohong, Dok,” lirih Nayla.Tentu saja mendengar jawaban Nayla membuat Dokter Bayu kebingungan. Kedua alisnya terangkat dengan mata penuh tanya. Perlahan Dokter Bayu menggelengkan kepala.“Aku gak tahu maksud kalimatmu. Kamu gak mau bohong soal apa?”Nayla membisu, tidak mau menjawab malah menundukkan kepala semakin dalam. Dokter Bayu makin bingung melihat sikap Nayla. Kemudian perlahan dan sangat lirih terdengar kalimat dari bibir Nayla.“Saya … juga suka Dokter.”Seketika Dokter Bayu terkesima mendengar jawaban Nayla. Matanya tampak berkaca-kaca dengan sebuah senyum yang terukir indah di wajahnya. Ia terdiam menatap gadis manis berhijab di depannya ini. Ingin rasanya ia mendekat dan menarik Nayla dalam pelukannya, tapi tentu saja itu tidak mungkin.“TANTE!!!” tiba-tiba Rayhan datang dan berhambur memeluk Nayla.Nayla tersenyum dan balas memeluknya. D

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Kejutan dari Rayhan

    “Kejutan? Kejutan apaan?” gumam Dokter Bayu.Ia baru saja usai membaca pesan yang dikirimkan Rayhan padanya. Dokter Bayu tidak mau banyak berpikir. Ia menyimpan ponselnya dan kembali sibuk memeriksa pasien. Hari ini kebetulan pasiennya sangat banyak sehingga membuat Rayhan menunggu sedikit lama.Pukul sembilan malam saat Dokter Bayu keluar dari ruang praktek. Ia melihat Rayhan sedang duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya.“Kamu tidak membuat ulah, kan?” tanya Dokter Bayu.Rayhan mendongak, menghentikan bermain. Matanya membola menatap Dokter Bayu yang berdiri di depannya.“Aku dari tadi duduk diam di sini, Pa. Memangnya mau bikin ulah apa?”Dokter Bayu mengendikkan bahu sambil menggelengkan kepala.“Gak tahu. Kan biasanya kamu yang suka bertingkah aneh.”Rayhan tersenyum cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Aku kan udah gede, Pa. Lagian

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Bapak Berduka Anak Berulah

    “Aku serius, Nay,” ucap Dokter Bayu.Nayla hanya diam membisu dengan mata tak berkedip menatap dokter tampan di depannya ini. Sudah kedua kali ini, Dokter Bayu mengutarakan perasaannya secara terang-terangan ke Nayla. Tentu saja semua yang pria ganteng itu lakukan membuat Nayla kebingungan.Perlahan Nayla memalingkan wajah dan menunduk. Lagi-lagi dia dihadapkan pada situasi yang sulit. Bahunya naik turun mengikuti ritme aliran udara di dadanya. Entah apa yang ada di benaknya, yang pasti semua ucapan yang baru saja keluar dari bibir pria di depannya ini benar-benar membuat Nayla kelimpungan sendiri.“Nay … kamu gak mau menjawab pertanyaanku?” Kembali Dokter Bayu bersuara.Nayla menghela napas pelan kemudian mendongak membuat mata mereka saling bertemu untuk beberapa saat.“Saya … saya harus menjawab apa, Dok?” lirih Nayla bersuara.Dokter Bayu tersenyum, matanya sayu menatap gadis manis di depannya ini.“Inginku kamu jawab ‘iya’, tapi tentu saja aku tidak bisa memaksamu. Semua tergantun

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Tepat Sasaran

    “Tunangan? Jadi kamu sudah bisa move on, Nay?” seru Fery.Nayla langsung tersenyum dan mengangguk dengan mantap. Ia bahkan kini menoleh ke Dokter Bayu yang berdiri di sebelahnya. Menatap pria tampan itu dengan lembut kemudian membalas senyumannya.“Iya. Bukannya masa lalu memang harus dilupakan. Benar kan, Sayang?” Nayla langsung bersuara dengan menambahkan panggilan ‘Sayang’ untuk Dokter Bayu.Dokter Bayu hanya mengulum senyum mendengar Nayla memanggilnya ‘Sayang’. Ia langsung mengangguk, menjawab pernyataan Nayla. Sementara Fery hanya diam. Wajahnya merah padam dengan rahang yang menegang.“Mbak, ini pesanannya sudah selesai.” Suara abang penjual roti bakar menginterupsi interaksi mereka.Nayla langsung menerimanya sementara Dokter Bayu menyelesaikan transaksinya.“Aku duluan, ya!!” pamit Nayla ke Fery.Ia berjalan beiringan dengan Dokter Bayu dan langsung masuk

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Modus Atau Pertolongan

    “Maaf, Dok … ,” lirih Nayla.Dokter Bayu tersenyum, matanya tampak berbinar menatap wajah manis di depannya. Sementara Nayla terlihat gelisah dan tidak tenang. Sesekali Nayla menggigit bibir bawahnya menunjukkan jika dirinya sedang gugup.“Aku tahu, pasti kamu berpikir ini terlalu cepat. Namun, bagiku tidak, Nay.”Nayla belum menjawab dan kini memutuskan menunduk saja. Ia tidak kuasa menatap mata pria di depannya ini yang bersinar penuh cinta. Selain itu kini dia sibuk menata gemuruh di dadanya yang tiada menentu. Kalau saja dia tidak menggantikan tugas Sari pasti Nayla tidak akan bersama Dokter Bayu saat ini.“Aku akan menunggu jawabannya, tidak perlu cepat. Kamu punya banyak waktu, kok.”Nayla masih membisu dengan wajah yang terus menunduk dan tangan yang sibuk meremas ujung hijabnya. Mimpi apa dia semalam hingga tiba-tiba ditembak Dokter Bayu seperti ini.Dokter Bayu menghela napas panjang sambil

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Aku Suka Kamu

    “Ray, kamu apa-apaan, sih?” sergah Dokter Bayu.Rayhan tampak marah dan menatap papanya dengan mata meradang. Dokter Bayu mengabaikan tatapannya. Pria tampan itu langsung menarik tangan Rayhan dan mengajaknya berlalu pergi.“Pa … aku gak mau pulang. Aku mau Mama Nayla. Aku mau Mama, Pa!!” ronta Rayhan.Ia bahkan tidak mau menggerakkan kakinya sedikit pun. Dokter Bayu berdecak sambil menatap Rayhan dengan tajam.“Ray, gak semua permintaanmu bisa dipenuhi Papa. Ingat itu!!”Rayhan mendengkus sambil menatap papanya dengan kesal.“Aku gak masalah saat Papa gak jadi ama Tante Widuri. Namun, Papa duluan yang menyimpan foto Tante Nayla di rumah. Itu artinya Papa memang suka Tante Nayla, kan?”Dokter Bayu menghela napas, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Rayhan.“Kamu masih kecil dan gak tahu apa yang dirasakan orang dewasa. Jadi, Papa harap jangan bahas ini lagi!!&

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Perasaan Dokter Bayu

    “HEH!!!” seru Nayla tertahan.Rayhan hanya mengulum senyum melihat reaksi Nayla yang kebingungan. Gadis berhijab dengan wajah manis itu hanya diam sambil mengerjapkan mata menatap Rayhan dengan heran.“Kayaknya kamu salah, deh. Saya … saya bukan pacar Dokter Bayu.” Akhirnya Nayla bersuara usai terdiam beberapa saat.Rayhan sontak menggeleng dengan cepat.“Enggak. Saya gak salah. Papa punya foto Tante dan nama Tante Nayla, kan?”Nayla dengan refleks menganggukkan kepala. Untung saja suasana ruang tunggu sudah sepi pengunjung sehingga interaksi mereka berdua tidak menarik perhatian orang.“Kapan Tante mau jadi Mama saya? Nanti saya akan bilang ke Papa, ya?”Kedua alis Nayla sontak terangkat dengan mata yang melihat bingung.“Rayhan … pasti salah. Pasti itu bukan Nayla saya, kan? Saya dan Dokter Bayu hanya ---”“Iya, saya tahu. Orang dewasa sela

  • Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku   Gak Boleh Ada Kesedihan

    “Sudah siap untuk melakukan prosedur selanjutnya?” tanya Dokter Bayu.Setelah enam minggu berselang, Nina dan Ivan datang kembali ke tempat Dokter Bayu. Sesuai jadwal, kali ini akan dilakukan pengambilan sel telur dan sel sperma. Nina dan Ivan hanya menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala.“Iya, sudah, Dok,” ucap keduanya dengan mantap.“Oke, mari ikut saya!!”Dokter Bayu berdiri bersama seorang suster yang membimbing Nina ke ruang periksa. Sementara Ivan sudah berada di ruangan berbeda. Tidak membutuhkan waktu lama untuk proses tersebut. Bahkan setelahnya Ivan dan Nina bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasa.“Apa hanya itu saja, Dok?” tanya Ivan.“Iya. Nanti jika sudah siap, saya akan kembali menghubungi Anda dan melakukan proses selanjutnya. Semoga saja untuk percobaan pertama ini langsung berhasil.”Ivan dan Nina manggut-manggut mendengarnya. Kemudian me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status