“Mama ingin aku menggugat cerai Mas Emran?” tanya Mawar dengan mimik terkejut.
Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik duduk di depan Mawar hanya tersenyum sambil mengangguk, membenarkan pertanyaan Mawar.
“Iya, Sayang. Mama tidak ingin melihatmu menderita, apa lagi kalau sampai kamu menyakiti wanita lain. Mama tidak mau, Mawar.”
Mawar terdiam, menarik napas panjang sambil menatap mamanya dengan sendu. Perlahan tangan Mawar meraih tangan Tante Karin dan menggenggamnya erat.
“Ma ... aku sangat mencintai Mas Emran. Aku tidak mau jauh darinya. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku rasa Mama tahu tentang keinginanku ini. Aku mohon, biarkan aku meneruskan semuanya, Ma.”
Tante Karin hanya membisu sambil menatap Mawar penuh kasih sayang.
“Itu artinya mulai sekarang kamu harus bisa berbagi, Mawar. Kamu sendiri yang bilang kalau Emran sudah mulai jatuh cinta pada Widuri. Apa kamu sanggup?”
Mawar
Sepanjang perjalanan pulang, Mawar hanya diam membisu. Wajahnya terus dialihkan keluar jendela sibuk menatap pemandangan di luar sana. Emran yang duduk di sebelah hanya diam dan terus fokus menatap jalanan yang mulai gelap.Biasanya kalau Mawar merajuk seperti ini, Emran pasti akan mati-matian membujuknya. Bahkan dia bersedia melakukan apa saja hingga Mawar tersenyum kembali. Namun, kali ini tidak.Selang beberapa saat, mobil mereka sudah tiba di rumah. Emran gegas keluar mobil sementara Mawar keluar dengan lesu. Ia bahkan ogah-ogahan berjalan masuk ke dalam rumah. Sementara Emran terlihat riang berjalan masuk rumah. Wajahnya langsung cerah, secerah mentari pagi di musim semi.Langkah Mawar langsung terhenti saat tiba di ruang tengah. Ia mendapati Widuri sedang duduk di sofa asyik melihat tayangan tv. Senyuman manis terkembang di wajahnya. Raut sawo matangnya juga tampak berseri-seri serupa dengan wajah Emran. Kenapa juga wajah dua insan itu berseri-seri dalam w
“APA??!!” seru Mawar.Dia sangat terkejut saat mendengar Emran berkata seperti itu. Tak ayal, Emran malah melihat ke arah Mawar. Ia urung keluar kamar dan kembali duduk di tepi kasur.“Kenapa? Kok kamu kaget gitu, Sayang?” Emran bertanya dengan santainya seakan tidak menyadari keadaan Mawar.“Mas ... aku kan pengennya pergi sama kamu. Kenapa harus mengajak Widuri juga?”Emran tersenyum kemudian meraih tangan Mawar dan mengenggamnya dengan erat. Mawar hanya diam dan menatap bingung ke arah suaminya.“Sayang ... sebenarnya aku pengen ngomong tentang hal ini padamu.” Mawar membisu dan hanya diam menatap Emran dengan tajam. Dia sudah membayangkan apa yang akan dikatakan suaminya saat ini.Emran terlihat berulang kali menarik napas, dadanya kembang kempis dengan gerak yang teratur.“Aku ingin berubah, Sayang. Memperbaiki semuanya dari awal termasuk tentang rumah tangga kita ini.”
“Wah!! Sejuk banget udaranya!!” seru Widuri. Ia begitu kesenangan ketika keluar dari mobil tiba di lokasi yang dimaksud. Memang Widuri sangat jarang pergi jalan-jalan. Dia lebih suka menghabiskan waktu weekend-nya di kasur atau marathon drama Korea. Apalagi selama ini Emran tidak pernah mengajaknya keluar dan ini adalah yang pertama baginya. Emran hanya tersenyum melihatnya. Ada sedikit rasa bersalah atas perlakuannya selama ini kepada Widuri. Emran berharap semoga saja, dengan perlakuannya kali ini bisa menghapus semua kesalahannya di masa lalu. Emran menghampiri Widuri dan berdiri sejajar di sebelahnya. “Kamu suka?” tanyanya kemudian. Widuri tidak menjawab hanya mengangguk sambil terus tersenyum. Kalau sedang berdua seperti ini selalu membuat jantung Widuri tidak aman. Apalagi sikap Emran akhir-akhir ini sangat sulit ditebak. Namun, yang pasti suaminya sudah tidak pernah marah padanya lagi apalagi berkata kasar seperti dulu. Widuri melirik ke arah Mawar yang sedang menukarkan t
“Kamu mau ke mana?” tanya Emran pagi itu. Senin pagi mereka sudah beraktivitas seperti biasa. Kali ini Emran melihat Widuri turun dari lantai dua dengan tergesa. Dia sudah terlihat rapi dan siap berangkat kerja. Padahal biasanya, Emran dan Mawar yang lebih dulu berangkat. Mengapa Widuri mendahuluinya apalagi hari ini Emran berencana mengantarnya sekalian. “Eng ... aku mau berangkat lebih pagi. Hari ini ada kunjungan dari pusat, jadi aku harus mempersiapkan semuanya,” jawab Widuri. Emran hanya manggut-manggut sambil terus menikmati makan paginya. Mawar yang duduk di sebelah Emran hanya diam kali ini. Widuri berjalan ke lemari es, mengambil apel dan menuang susu. Ia minum dengan tergesa sementara apelnya dimakan sambil jalan. Terlihat sekali kalau dia sangat terburu-buru kali ini. Emran gegas menyudahi makannya, menyeka bibirnya dan bangkit dari duduknya. “Aku antar!!” ucap pria tampan itu kemudian. Widuri tampak terkejut, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Emran. Ia juga
“Emran, kayaknya aku pulang malam hari ini,” ujar Widuri.Ia sudah melakukan panggilan dengan Emran kali ini. Memang gara-gara kunjungan dari kantor pusat, Widuri bahkan seisi timnya dibuat repot seharian. Sekarang sudah jam empat sore dan Widuri melihat kalau pekerjaannya belum ada tanda-tanda selesai. Itu sebabnya ia menelepon Emran lebih awal. Widuri sudah tidak mau mendapat amukan Emran. Apalagi hubungan mereka sudah membaik akhir-akhir ini.[“Emang belum selesai?”] tanya Emran di seberang sana.Widuri menarik napas panjang sambil menggeleng. “Belum. Aku sendiri gak tahu selesainya jam berapa.”Emran terdiam sejenak begitu juga Widuri. Widuri hanya berharap Emran mengizinkannya dan tidak mencemaskannya seperti tempo hari.[“Ya udah. Nanti kalau udah selesai telepon aku, biar aku jemput. Motormu taruh kantor saja.”] Emran malah memutuskan seperti itu kali ini. Tentu saja Widuri tersenyum kesenangan
“Apa kamu tahu kalau mereka mantan pasangan kekasih, Mas? Itu artinya mereka setiap hari berinteraksi. Kamu tidak takut Widuri selingkuh?” ujar Mawar.Emran tidak menjawab, tapi jelas terlihat sekali kemarahan di wajahnya. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung bangkit dari sofa, meraih kunci mobil di meja dan berjalan keluar. Mawar gegas berlari mengejar.“Mas ... kamu mau ke mana?”Tidak ada jawaban dari Emran. Pria tampan itu sudah masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan suara menderu. Mawar hanya terdiam menatap kepergiannya, kemudian perlahan sebuah senyuman aneh terukir di wajah cantiknya.Sementara itu, Widuri baru saja menyerahkan laporannya. Ia lega akhirnya laporannya selesai tepat waktu sebelum orang kantor pusat pulang. Widuri melihat jam di tangannya, sudah pukul sembilan malam. Rasanya kali ini dia memang harus meminta Emran menjemputnya. Widuri sudah bersiap melakukan panggilan ke Emran.Namun, matanya
“Maaf, aku jadi mengganggu waktu istirahatmu,” ujar Widuri.Ia sudah masuk ke dalam mobil Emran, mengenakan seat belt sambil menoleh ke arah Emran. Emran tidak menjawab hanya mengangguk saja. Tak lama ia sudah melajukan mobilnya meninggalkan kantor Widuri.Mereka sama-sama terdiam kali ini. Widuri asyik dengan lamunan, sementara Emran berusaha menenangkan hatinya. Ia berusaha menunggu Widuri akan menjelaskan tentang apa yang baru saja dilihat Emran malam ini. Namun, hampir sepuluh menit berlalu, Widuri tidak kunjung berbicara. Dia terlihat menikmati pemandangan di luar mobil sambil sedikit melamun.“Apa yang dia lamunkan? Apa dia masih membayangkan Dandy dan apa yang dilakukannya beberapa saat tadi dengan mantan kekasihnya itu?” batin Emran dengan kesal.Emran masih tidak mau menurunkan egonya dan terus menciptakan suasana dingin. Selain itu banyak bayangan di benaknya yang dialami Widuri dengan Dandy tadi. Suasana dingin ini seper
PLAK!!!Tamparan Widuri benar-benar membuat Emran terkejut. Sepertinya kesempatan itu dijadikan Widuri untuk menghindar. Dia gegas beringsut menjauh dari Emran sambil menutup kepalanya dengan hijab ala kadarnya dan menyilangkan tangan di depan dada menutupi blusnya yang terbuka.“Kamu jahat, Emran. Teganya kamu menuduhku seperti itu. Asal kamu tahu, aku belum pernah melakukan apa pun dengan Dandy ataupun dengan yang lain. Aku masih menjaga kehormatanku.”Widuri bertutur dengan lirih diiringi suara isakan. Emran hanya membisu, ia sudah mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk di tepi kasur. Sementara Widuri memilih duduk di sudut kasur menjauh dari Emran.“Lantas apa yang kamu lakukan di apartemen tadi? Kamu bahkan hampir satu jam di sana. Bukankah itu cukup bagi kalian melakukan banyak hal termasuk begituan.” Emran kembali bersuara dengan tuduhannya.Helaan napas panjang keluar masuk dari bibir Widuri. Wanita berhijab itu kini