"Janji Kamu tidak akan marah jika Aku berterus terang?" tanya Eddy lagi untuk kesekian kalinya. Milla merasa heran ketika mendengar pertanyaan yang sama terus diulang-ulang oleh kekasihnya tersebut. Apakah kue itu benar-benar tidak enak? Milla jadi ikut kembali bertanya-tanya di dalam hati. Untuk meyakinkan Eddy, Milla hanya bisa mengangguk dengan hati berdebar menantikan penilaian kekasih yang saat ini sedang memangkunya. "Jujur sebenarnya Aku tidak begitu suka kue-kue seperti ini, Aku lebih suka kue basah namun, Aku tidak keberatan untuk memakan kue seperti ini asalkan tidak terlalu sering," jawab Eddy hati-hati sambil memandangi wajah gadisnya serius. Dia merasa lega saat melihat senyum di bibir merah alami kekasihnya ketika mendengar jawabannya. Dengan gemas dia mengecupnya cepat bibir Milla hingga membuat kekasihnya itu terbelalak kaget. Eddy hanya meringis ketika pinggangnya dicubit oleh Milla. "Kamu cari kesempatan!" gerutu Milla. "Kamu menggemaskan!" kata Eddy mengik
Milla mengerutkan kening mendengar pertanyaan Eddy. Takut kah dia? Yah, kalau boleh berkata jujur, Milla memang takut untuk tinggal bersama Eddy. Dia merasa tidak siap jika seandainya kekasihnya itu menginginkan lebih dari apa yang biasa mereka lakukan. Saat ini saja Eddy begitu berani menggodanya, Milla tidak dapat membayangkan apa saja yang akan dilakukan oleh kekasihnya ini jika mereka tinggal satu atap. Bukankah orang-orang tua selalu mengatakan jika sepasang anak manusia tinggal di tempat yang sunyi berdua-duaan maka yang ketiganya adalah syetan? Milla menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan buruk yang kini menghantuinya. Hubungan mereka baru saja dimulai, dia tidak ingin mereka melakukan hubungan terlarang di saat-saat awal hubungan mereka sedang berjalan. Namun, tidak mungkin Milla mengatakan hal seperti ini keras-keras. Iya kalau Eddy benar-benar seperti yang dia pikirkan, kalau ternyata dia tidak seperti yang ada dipikirannya bukankah itu hanya akan mempermaluk
"Mengapa bisa seperti itu? Selama ini Aku merasa aman-aman saja tinggal di sini," kata Milla tidak dapat menyembunyikan rasa anehnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Eddy. Sebelum mereka menjadi sepasang kekasih, Milla telah tinggal di pondok ini seorang diri dan itu baik-baik saja, mengapa sekarang setelah dirinya menjadi kekasih Eddy pondok ini jadi berubah tidak aman dalam pandangan kekasihnya tersebut? Milla merasa benar-benar tidak mengerti pada apa yang sedang dipikirkan oleh Eddy saat ini tentang pondok yang dia tinggali sekarang. Dia telah tinggal di pondok ini sejak kecil bahkan terkadang dirinya hanya tinggal seorang diri dan itu aman-aman saja walaupun saat itu ayahnya sedang bertugas ke luar kota untuk mengantar papanya Eddy bekerja. "Kamu mungkin nyaman tapi Aku merasa sangat tidak nyaman ketika membiarkan Kamu tinggal di sini seorang diri," sahut Eddy serius. Sebenarnya bukan sekarang saja Eddy merasa tidak nyaman membiarkan Milla tinggal di pondok kecil ini
"Kamu tidak tahu saja kalau Aku juga kemarin sangat khawatir membiarkan Kamu di sini di pondok ini seorang diri namun, saat itu Aku belum mempunyai kapasitas untuk menunjukan kekhawatiranku padamu, Aku takut Kamu akan merasa tidak nyaman kalau diatur-atur oleh orang asing sepertiku," Jawab Eddy pada akhirnya mengakui apa yang selaman ini dia rasakan. "Jadi kapan tepatnya kekasihku ini merasa khawatir?" tanya Milla ingin tahu. "Tidak mungkin dari pertama kita bertemu bukan? Karena Aku ingat dengan jelas bagaimana Kamu ingin mengusirku dari sini," kata Milla lagi sambil tersenyum menggoda. Eddy mengerutkan keningnya berusaha mengingat-ingat kapan tepatnya dia mulai merasa khawatir dengan Milla. Namun, sudah bolak balik dia mencoba untuk mengingatnya tapi dirinya masih tidak juga dapat mengingat kapan persisnya dia mulai memikirkan hal tersebut. "Apakah itu penting?" tanya Eddy sambil menatap Milla serius. "Tentu saja, itu sangat penting karena dari sana Aku akan tahu dengan jelas ka
Eddy tidak dapat berkata-kata ketika mendengar apa yang diucapkan oleh kekasihnya. Milla benar, bahkan dirinya sendiri juga pasti akan menolak untuk memakai barang-barang mending adiknya. "Baiklah, Aku mengerti, tapi karena Kamu akan pindah besok maka Aku akan tetap di sini untuk menjagamu malam ini," kata Eddy tegas tidak ingin di bantah. Milla mengerutkan keningnya. "Kamu mau menginap di sini?" tanya Milla bingung. "Yup." "Tapi di mana Kamu akan tidur? Kasur yang biasa dipakai ayahku telah rusak, sementara sofa juga terlalu kecil untuk Kamu pakai tidur." "Kita bisa tidur di kasur yang sama, Aku janji tidak akan macam-macam, kecuali Kamu yang meminta." " ... " Mengapa Milla mendapati kekasihnya ini menjadi semakin tidak tahu malu? Dimana sikapnya yang dingin dan acuh tak acuh dulu? Apakah ini sifat aslinya atau dia hanya bersikap seperti ini jika bersamanya? "Kalau begitu Aku akan tidur di sofa dan Kamu tidur di kasurku," kata Milla pada akhirnya. "Kamu mau tidur di sofa?
Keesokan harinya Milla bangun dengan wajah segar sementara Eddy tampak kusut dan kurang tidur. Gara-gara mandi air dingin semalam, Eddy jadi merasa segar dan akhirnya malah tidak bisa tidur sampai pagi. Dia tidak lagi berani mendekati Milla karena takut nafsunya akan bangkit lagi dan akhirnya harus ke kamar mandi dan mandi air dingin lagi untuk yang kedua kalinya. "Sayang, ada apa dengan matamu?" tanya Milla kepada Eddy yang tampak lemas dan kurang tidur sedang duduk melorot di sofa ruang tamu. Eddy melihat Milla sudah mandi dan harum, kekasihnya itu terlihat lebih cantik dan bersinar dengan wajah yang berseri-seri lebih dari kemarin "Tidak apa-apa," sahut Eddy singkat. Milla ingat kejadian tadi malam dan mandi malamnya Eddy. Diam-diam dia merasa bersalah dan bertanya-tanya apakah dia sangat buruk ketika sedang tidur hingga bantal-bantal yang dipasangnya sebagai pembatas pun jatuh semua ke lantai dan akhirnya dia malah membuat Eddy tidak bisa tidur dan merasa terganggu. Eddy mel
"Berikan padaku!" kata Eddy sambil mengulurkan tangannya kepada Milla. Bukannya memberikan remot gadis itu malah tersenyum lebar dan mengangkat alisnya menggoda Eddy. "Jangan harap!" kata Milla tegas sambil terus tersenyum seolah menantang kesabaran Eddy. Eddy terdiam. Dia menatap gadis di hadapannya serba salah, dia takut kalau bersentuhan dengan Milla api di dalam tubuhnya bangkit dan akhirnya dia harus mandi lagi. "Kamu telah mengganggu konsentrasiku," kata Milla lagi. "Aku hanya bosan dan sedang mencari acara yang menarik." "Masa?" goda Milla dengan senyum nakalnya membuat Eddy merasa gemas. "Apakah Kamu menggodaku? Apakah Kamu ingin Aku menyentuhmu?" tanya Eddy sambil balas tersenyum dengan mata nakalnya mengarah ke kaki Milla yang terlipat. " ... " "Kamu pikir kalau Kamu taruh di situ Aku tidak akan berani mengambilnya? Mari kita lihat apakah Aku berani mengambil dan sekalian menyentuhnya juga atau tidak!" tanya Eddy sambil nyengir bandel. "Jangan coba-coba!" ingat M
Eddy terkejut melihat gadis dalam pelukannya tampak berkaca-kaca matanya dan terlihat takut. Eddy mengerutkan kening bertanya-tanya di dalam hati apakah dia memang semenakutkan itu hingga membuat kekasihnya ketakutan dan hampir menangis? "Jangan menangis oke? Aku minta maaf," kata Edi sambil mengecup kening Milla dan melepaskan kekasihnya itu lalu kembali duduk di sofa. Mila mengikuti Eddy duduk di sofa yang ada di sampingnya. Sebenarnya kekasihnya itu tidak sepenuhnya salah karena dia juga yang awalnya merebut remote dari tangan Eddy. Padahal dia bisa saja pindah dari ruangan itu, misalnya ke meja kopi di dapur atau meja makan, bahkan dia juga bisa pindah ke kamar jika memang tidak ingin diganggu oleh Eddy. "Aku juga minta maaf, harusnya Aku mengerjakan semua ini di ruangan lain kalau tidak ingin terganggu." "Lalu Aku akan sendirian di sini? Kamu ingin melihatku mati kebosanan?" tanya Eddy cemberut. Milla bingung mendengar Eddy yang mengaku bosan jika tidak ditemani. Bukankah