“Selamat datang di Reefterview, wawancara eksklusif yang ditunggu oleh para pembaca setia!
Malam ini, kita akan menyelami dunia di balik layar novel Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa.
Bersama saya, presenter malam ini, kita akan berbincang dengan para pemeran utama yang telah berhasil menghidupkan kisah penuh intrik dan romansa ini.
Pertama, mari kita sambut pemeran Arion, pria tampan dan penuh wibawa yang memukau pembaca dengan karisma dingin namun memikatnya, juga julukan kulkas 10 pintu dari para ReeFellows.
Selanjutnya, kita akan bertemu dengan Elara, wanita tegar yang perannya begitu mengesankan.
Tak ketinggalan, Ethan, karakter dengan pesona hangat yang berhasil mencuri hati beberapa pembaca.
Kita juga akan mendengar dari Isabelle, wanita penuh intrik dan rencana licik, dan Jeanne, karakter sahabat Elara yang tak kalah menarik.
Bergabung pula bersama kita, Author Reef!
Bersiaplah untuk mendengar mereka menjawab pertanyaan kalian dan wawasan dari sang kreator! Jangan lewatkan sesi eksklusif ini, hanya di Reefterview!”
* * *
Arion, Elara, Ethan, Isabelle dan Jeanne duduk dengan santai dan tenang di sofa panjang. Sementara Author duduk di sisi paling kiri.
Presenter : “Rupanya kita memiliki beberapa pertanyaan di sini. Ini lebih dari 5. Bagaimana, Author?”
Author : “Tidak apa. Kita jawab semua pertanyaan yang ada.”
Presenter menoleh pada Arion dan menggoda pria tampan dalam setelan jas abu-abu itu.
Presenter : “Pertanyaan paling banyak untukmu, Mr. Ellworth. Apa kau siap untuk menjawab pertanyaan mereka?”
Pria bermanik kelabu itu mengangguk kecil, dengan wajah tanpa senyuman namun sorot matanya terpancar cukup hangat.
Arion : “Silakan. Kapanpun.”
Presenter mengangguk lalu mulai melihat layar besar di belakang mereka yang menampilkan pertanyaan dari para pembaca.
Layar menampilkan pertanyaan pertama.
Presenter : “Ini pertanyaan dari Ellin Suherlin. Katanya, kalau Elara jatuh hati sama Ethan, apa yang akan dilakukan Mr. Arion?”
Terdengar suara tertawa kecil dari deretan pemeran. Itu dari Ethan.
Presenter : “Mengapa Anda tertawa, Mr. Wayne?”
Ethan melirik Arion di sisi kanannya.
Ethan : “Tidak ada. Saya juga menunggu jawaban dari dia.”
Presenter : “Baik, silakan jawab, Mr. Ellworth.”
Arion terlihat tenang saat memberikan jawaban untuk pertanyaan dari Ellin tersebut.
Arion : “Aku tidak perlu melakukan apa-apa. Karena Elara tidak akan jatuh hati pada dia.”
Presenter : “Sesimpel itu?”
Arion : “Ya. Tapi jika dia (Ethan) tidak puas, kita bisa sparring lagi kapan-kapan.”
Presenter tertawa. Ia lalu beralih pada layar besar lagi.
Presenter : “Pertanyaan berikutnya, berasal dari Fifi123. Mau gak sama aku saja? Itu kata nona Fifi. Bagaimana?”
Arion : “Jawabannya sudah cukup jelas. Tidak. I am taken.”
Presenter : “Mr. Ellworth sudah ada yang punya! Maaf sekali nona Fifi. Lalu pertanyaan selanjutnya berasal dari NormaJeans. Oh, ini kepada Ms Goldwin. Bagaimana rasanya hancur hidupmu? Lalu berikutnya dari orang yang sama, kepada Mr. Wayne. Kenapa mas Ethan ngga minta ke Author dicariin jodoh?”
Presenter menunjuk Isabelle untuk menjawab lebih dulu.
Isabelle menyelipkan untaian rambut di sisi, ke belakang telinganya.
Isabelle : “Well… setiap kejahatan selalu memiliki konsekuensi. Peranan sebagai antagonis memang seperti itu. Rasanya? Puas juga, jika bisa membuat para pembaca kesal padaku…”
Ia terkekeh kecil.
Presenter : “Ya ya, saya mengerti. Lalu bagaimana Mr. Wayne?”
Ethan : “Kalau aku, terserah pada Author saja. Mungkin nanti jika ada season 2, Author berbaik hati untuk mencarikan jodoh untukku.”
Ethan tertawa diikuti Jeanne.
Jeanne : “Sabar saja, Mr. Wayne!”
Presenter : “Oke! Sekarang kita berlanjut pada pertanyaan berikutnya. Ini untuk Mrs Ellworth. Ms Elara, bagaimana rasanya menjadi istri Mr. Ellworth? Pertanyaan ini dari Joy.”
Elara : “Pertanyaan yang sangat berat.”
Presenter : “Mengapa berat?”
Elara mengulum bibirnya sebelum menjawab.
Elara : “Karena hanya baru bisa dipahami jika mengalami sendiri.”
Semua orang yang ada dalam ruangan itu pun tertawa, termasuk Author.
Arion merunduk ke sisi Elara, setengah berbisik. Namun karena semua pemeran mengenakan mikrofon yang tersemat, itu menjadi terdengar jelas.
Arion : “Apa kau akan membiarkan seseorang merasakan menjadi istriku?”
Elara : “Kau mau mati?”
Elara mendelik pada Arion, yang membuat seisi ruangan kembali tertawa ringan.
Presenter : “Baik, baik! Kita lanjut pada pertanyaan berikutnya,. Ini berasal dari Eka Devi Safitri. Ini bukan pertanyaan untuk pemeran, tapi sepertinya harus dijawab Author. Siapa pembunuh ibu Arion, Thor?”
Author : “Sayang sekali, kak Eka. Pertanyaan itu belum bisa Author jawab. Karena itu akan menjadi bahan untuk season selanjutnya, jika buku ini mendapatkan reaksi yang dinilai bagus oleh pihak GoodNovel.”
Presenter : “Wah, jadi demikian? Nah, kepada para pembaca atau ReeFellows setia, mungkin bisa ikut meramaikan di komentar bintang 5, bagian cover. Agar pihak GoodNovel melihat feedback dari teman-teman semua! Semoga saja itu bisa membantu memenuhi syarat, diluncurkannya buku Season 2 ya Thor?”
Author : “Semoga saja.”
Presenter : “Oke, selanjutnya masih pertanyaan yang harus dijawab Author nih. Dari Novelia111. Soal bab yang tertulis hingga 288, namun tamat di bab 282. Apakah bisa dijelaskan?”
Author : “Tentu, bisa. 288 adalah jumlah total 282 Bab konten dan 6 Catatan Author. Sistem tetap menghitung Catatan Author sebagai ‘Bab’. Karena itulah seluruhnya jadi berjumlah 288.”
Presenter : “Semoga penjelasan dari Author tadi bisa memuaskan. Oke, kita lanjut! Nah, pertanyaan berikutnya kembali ke Mr. Ellworth. Untuk kembang api, itu dananya dari mana? Pertanyaan ini dari 69505677.”
Arion mengangkat wajahnya.
Arion : “Maaf? Dari siapa?”
Presenter : “69505677.”
Arion menatap kamera.
Arion : “Kode yang unik. Apa Anda tertarik menjadi salah satu tim elit ku?”
Sebelah alis Arion terangkat. Ia tertawa kecil lalu melanjutkan.
Arion : “Aku tidak menggunakan uang yang berasal dari AE Group. Tapi dari simpananku sendiri. Sebagian dari keuntungan Triton Land, sebagian lagi….”
Pria bermanik kelabu itu melirik Elara.
Elara : “Jawab saja. Tidak apa, aku juga sudah tahu, kan?”
Arion : “Kurasa Anda tahu jawabannya, 69505677.”
Ethan lalu menyela.
Ethan : “Berikanlah info yang jelas. Jangan pelit, Mr. Ellworth. Atau aku yang akan menjawabnya?”
Ia mengerling pada Arion.
Arion : “Silakan.”
Ethan : “Oke, begini 69505677. Sebagai gambaran kasar saja ya. Penjualan senjata dalam skala kecil hingga menengah saja, bisa menghasilkan antara $10 sampai $50 juta setahun. Kalian tahulah, Mr. Ellworth ini tidak main skala kecil. Jadi ya… di atas itu pastinya."
Ethan menaikkan kedua alis dengan senyuman miring pada Arion. Ia pun melanjutkan.
Ethan : “Belum lagi bisnis kasino. Skala kecil hingga menengah menghasilkan $20 hingga $100 juta per tahun. Terbayang kan sekarang? Lagi-lagi, Mr Ellworth tidak bermain skala kecil. Jadi, dia memiliki angka di atas itu.”
Arion : “Sepertinya kau bahagia sekali menjelaskan ini. Kau punya motif lain sepertinya.”
Ethan menyeringai.
Ethan : “Nah, dengan pendapatan fantastis seperti itu, kuharap makin banyak wanita tergila-gila padamu dan mengejarmu seperti Isabelle. Kau sibuk dengan mereka, Elara biar aku yang urus…”
Aveline menjerit keras, suaranya memenuhi lorong sempit yang hanya diterangi lampu jalanan buram.Tubuhnya gemetar saat sebuah tangan kuat tiba-tiba meraih pinggangnya."Apa maksudnya ini?!" Aveline berteriak lagi, mencoba melawan, tapi tak ada yang mendengarnya.Udara malam yang dingin membuatnya semakin waspada, namun pria di depannya begitu cepat.Sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, bibirnya langsung tertutup oleh sesuatu yang hangat dan mendesak—bibir pria yang kini mencengkeramnya erat.Aveline meronta-ronta, hatinya dipenuhi kepanikan.Tubuhnya kaku saat pria itu memeluknya dengan kuat, membuka jaket kulit hitamnya seolah bersiap melakukan sesuatu yang lebih buruk.Mata Aveline melebar ketakutan.‘Tidak mungkin,’ pikirnya, ‘Apakah dia akan memperkosaku?’Ia semakin panik, berusaha membebaskan diri dari genggaman pria itu.Namun, pria itu begitu kuat.Semua tenaga Aveline seolah menguap, terjebak dalam dekapannya yang erat.Lalu, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.Sekelo
Langit sore yang kemerahan menyelimuti San Francisco Bay, tempat di mana sebagian besar kehidupan cinta sepasang insan berkisah.Suara ombak yang berdeburan pelan di pantai menciptakan melodi yang damai, selaras dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu lembut permukaan laut.Elara berdiri di ujung dermaga kayu, menatap cakrawala yang tampak tanpa batas, tempat di mana langit bertemu lautan.Matanya menerawang, namun wajahnya kini memancarkan ketenangan yang baru.Dalam dekapan hangatnya, bayi kecil mereka terlelap, wajahnya damai seperti ibunya.Sudah lama sejak pertarungan hidup dan mati di acara peresmian Imera Sky Tower, dan sejak saat itu, kehidupan Elara dan Arion berubah drastis.Banyak hal yang telah dilalui—pengkhianatan, luka, cinta yang terlupakan dan kemudian dipulihkan.Namun hari ini, di bawah cahaya senja yang lembut, semuanya terasa sempurna.Tiba-tiba, langkah kaki yang berat namun mantap terdengar dari belakangnya.Elara tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.A
Arion duduk di ujung ranjang, pandangannya terpaku pada sosok mungil yang ada dalam dekapannya.Bayi perempuan itu terlelap dengan tenang, tubuhnya begitu kecil dan lembut seperti boneka porselen.Pipinya yang kemerahan tampak menggemaskan, kulitnya sehalus sutra dengan bulu-bulu halus yang masih tersisa di atas kepalanya.Mata bayi itu masih tertutup, namun ketika sempat terbuka sesaat, Arion melihat dengan jelas iris matanya yang kelabu, warna yang sama seperti miliknya—sebuah tanda tak terbantahkan bahwa bayi itu adalah darah dagingnya.Bibir kecilnya bergerak perlahan, seakan sedang menghisap udara, dan tangannya yang mungil mengepal erat, menggenggam sepotong kain selimut.Arion tersenyum kecil, hatinya penuh dengan rasa takjub yang tak pernah ia sanggup perkirakan sebelumnya.Di dalam ruangan itu, hanya suara napas lembut bayi perempuannya yang terdengar, membuatnya seperti terhanyut dalam keajaiban kecil yang ia pegang.Sudah lebih dari setengah jam, namun Arion tak bisa melepa
Arion mengangguk pelan, melanjutkan penjelasannya. “Selama aku menjalankan peranku sebagai The Draven, orang itu mengambil peran menjadi diriku, Arion Ellworth. Sehingga tidak ada yang curiga. Kecelakaan di Sunol itu terjadi pada doppelganger-ku.”Elara terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. “Jadi... orang itu? Apakah dia tewas dalam kecelakaan itu? Bagaimana aku bisa membedakan kalian? Bagaimana jika suatu saat aku salah mengenali orang itu sebagai dirimu?”Arion tersenyum melihat kepanikan sang istri. “Jangan khawatir, Honey. Orang itu berhasil selamat oleh orang-orangku. Wajahnya tidak sepenuhnya mirip denganku. Hanya postur tubuh dan perilakunya yang serupa. Aku membuatnya menjalani operasi plastik untuk mengubah beberapa bagian, seperti rahang dan hidung saja. Namun, saat dia menjalankan peran sebagai aku, dia menggunakan prosthetic mask yang dibuat menyerupai wajahku.”Elara memandang Arion, dengan sorot kompleks. “Astaga… sampai seperti itu kau m
Elara dan Arion berdiri di tengah keheningan, menghadap sebuah makam dengan batu nisan marmer yang megah. Di atasnya terukir dengan indah: Imelda Ellworth. Satu buket mawar putih mewah yang segar ditempatkan rapi di atas pusara, memberikan sentuhan penuh penghormatan. Pemakaman ini, yang terletak di Cypress Lawn Memorial Park, San Francisco—tempat peristirahatan terakhir para keluarga kaya dan terpandang—dikelilingi oleh pohon-pohon ek yang menjulang tinggi. Jalanan berkerikil putih menghubungkan setiap makam, dan di kejauhan terlihat pemandangan laut yang tenang, menambah suasana damai nan elegan. Udara pagi terasa sejuk, disertai suara angin yang membelai lembut pepohonan. Elara memandang ke sekeliling area pemakaman yang tampak megah, penuh dengan nisan-nisan yang terbuat dari batu marmer putih dan hitam. Di antara semua itu, nisan Imelda berdiri sebagai salah satu yang paling indah, seperti sebuah karya seni yang mencerminkan kehidupan seseorang yang telah meninggalkan jejak
Arthur Ellworth, atau Clay Mallory, kini duduk di sudut sel gelap penjara federal, matanya kosong menatap dinding dingin yang tak lagi bergema dengan wibawa yang pernah ia miliki.Hanya bayangan suram yang tersisa, menggantung di antara kesadaran dan kehancuran. Di penjara ini, waktu seolah-olah melambat, setiap detik menjadi siksaan yang tidak berujung.Hari ini, seorang penjaga penjara menghampiri pintu selnya.Wajah penjaga itu datar, tidak ada belas kasihan, tidak ada penghormatan.Hanya secarik kertas yang dilempar ke lantai di depan Arthur, yang langsung mengenal lambang Ellworth di atasnya.Tangannya yang dulu perkasa sekarang gemetar ketika meraih kertas itu.Di dalamnya, satu pesan singkat yang menghantamnya dengan kejam: "Semua aset, kekayaan, dan perusahaan yang pernah kau curi telah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah—Aiden Ellworth."Arthur meremas kertas itu dengan tangannya yang gemetar, rasa panas menjalar da