"Keperawananmu untukku, atau.. kau menyerah atas nyawa nenekmu." Elara Willow seorang gadis cantik yang harus menyerahkan diri demi pertukaran darah langka untuk menyelamatkan neneknya. Ia pun harus diusir dari keluarga karena orang yang sama. Orang itu adalah Arion Ellworth. Pria tampan pebisnis sukses dan menguasai media di negeri ini, yang Elara kira hanyalah seorang pekerja serabutan. Dengan caranya, Arion berhasil menjadikan Elara sebagai istrinya. Juga tanpa sepengetahuan Elara, Arion adalah bos besar yang menggerakkan dunia bawah tanah dan berkuasa atas kelompok-kelompok menakutkan di kota mereka. Elara membenci Arion dan terus membuat kesal pria kejam itu agar melepaskan dirinya. Namun Arion selalu memiliki cara membuat Elara terpancang di sisinya. Akankah Elara menyerahkan hati dan jiwa untuk pria yang berulang kali menyelamatkan dirinya dari masalah? Ikuti perjalanan kisah mereka di sini. Happy Reading, all! ;D [reefisme]
ดูเพิ่มเติม"Keperawananmu untukku, atau.. kau menyerah atas nyawa nenekmu." Pria bermata kelabu itu menatap tanpa sorot emosi dan segera setelahnya udara dingin menyeruak dalam ruangan di mana ia dan seorang gadis berkacamata bulat berada.
"A-apa?"
"Kau tidur denganku, atau kau biarkan wanita tua itu mati. Pilihanmu."
"Kau! Kau memang pria brengsek! Manusia kejam!!" Gadis itu memekik marah.
Tangannya yang memegang berkas dari Rumah Sakit tempat neneknya dirawat, gemetar hebat.
Saat ini neneknya membutuhkan transfusi darah Rh-Null dengan segera, atau ia akan tidak tertolong.
Dan pria di hadapannya ini, satu-satunya orang yang ia ketahui saat ini --detik ini, memiliki darah dengan golongan yang sama.
Sekitar satu jam setengah yang lalu, Elara menerima kabar dari pihak rumah sakit, bahwa neneknya mengalami kecelakaan.
Elara yang saat itu tengah berada di kampus, bergegas datang ke rumah sakit tempat neneknya dilarikan.
“Bagaimana nenek saya, Dok?” tanya Elara panik ketika tiba di ruang IGD dan bertemu salah satu orang mengenakan snelli yang ada di dalam ruang itu.
“Anda adalah?”
“Saya cucu dari Emma Willow. Wanita lanjut usia yang mengalami kecelakaan,” jawab Elara cepat.
Dadanya berdebar hebat menantikan respon dari orang yang mengenakan snelli itu. Kedua tangannya meremas kuat-kuat ujung kemeja longgar yang ia kenakan.
“Oh, Nyonya Willow?” Dokter itu menoleh ke salah satu sudut dan merentangkan sebelah tangannya, memberi isyarat agar Elara mengikuti dirinya berpindah ke tempat yang lebih leluasa untuk berbicara.
Itu sangat penting tampaknya.
“Nyonya Willow mengalami kecelakaan di sekitar First Avenue, mobil yang menabraknya melarikan diri. Nyonya Willow mengalami pendarahan, harus segera di operasi namun ia juga membutuhkan transfusi untuk pertolongan awal,” Dokter itu menjelaskan panjang lebar pada saat mereka berdua sama-sama berhenti di ruang bersekat kaca.
“Mengapa tidak langsung dilakukan?” sergah Elara gusar.
“Golongan darah nenek Anda langka,” jawab Dokter itu cepat. “Kami tidak memiliki persediaan jenis darah itu.”
“Ambil darah ku!”
“Apakah Anda bergolongan darah Rh-Null juga?” tanya Dokter itu lagi, membuat Elara terpaku sekian saat.
“Ti-tidak.”
Dokter itu pun menggeleng. “Kalau begitu, tidak bisa. Anda carilah pendonor yang bergolongan sama. Nenek Anda bisa diselamatkan, dan itu harus segera dilakukan hari ini juga. Jika tidak…” Dokter itu mengangkat bahu pasrah.
“Di-dimana aku harus mencari golongan darah langka itu?” Elara bertanya, namun pula setengah bergumam.
“Oh, kalau tidak salah ada seseorang yang terluka dua puluh menit lalu dan saya dengar ia memiliki golongan darah yang langka itu.”
Kedua mata Elara membesar dan berbinar. “Benarkah? Di mana dia?”
Dokter itu lalu memanggil salah satu petugas yang kebetulan melewati mereka dan bertanya tentang orang yang terluka itu.
“Oh, dia sudah masuk ruang perawatan. Di lantai tujuh,” katanya.
Setelah mendapat informasi tentang kamar rawat itu, Elara berterima kasih dan bergegas ke sana untuk menemui orang itu.
Harapannya begitu tinggi, bahwa neneknya akan segera tertolong.
“Semoga orang itu mau mendonorkan darahnya..” gumam Elara penuh harap.
Namun, harapan itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang harus Elara hadapi.
Pria bermata kelabu itu, benar-benar seperti iblis yang berwujud memikat.
Elara tersedak. Ia terbangun dari pusaran ingatan menit-menit menakutkan sejak mendengar berita kecelakaan neneknya.
Ia kembali ke dunia nyata dan masih berdiri di hadapan pria itu.
“Kau tidak punya hati nurani sama sekali!”
“Ya, memang,” Pria itu menjawab santai. Ia menyandarkan tubuhnya ke belakang dan menumpangkan satu kaki di atas kaki jenjangnya yang lain.
Aneh untuk dikatakan, tapi pria itu terlihat begitu elegan dengan aura dominan yang begitu kuat. Sementara pria itu hanya mengenakan pakaian proyek yang terlihat sedikit kotor dan berkeringat.
“Aku akan membayarmu!” Gadis itu --Elara, mengganti strategi.
Alis milik pria itu melangit mendengar tawaran Elara. “Membayar? Dengan apa?”
“Uang. Berapa yang kau inginkan?”
“Tubuhmu, atau tidak sama sekali.” Pria itu bahkan tidak berpikir saat mengatakannya. Seringai di wajahnya melebar. “Ku tunggu sampai jam lima sore di sini. Jika lewat, tawaran itu hangus.”
Tangan Elara kian mengetat di samping tubuhnya yang gemetar. “Kurang ajar!! Dasar gila!! Aku tidak akan melakukannya!!”
Wanita muda bertubuh ramping dengan lekuk indah yang tersembunyi di balik kemeja longgar itu berbalik dengan penuh amarah dan hendak keluar dari sana.
Saat tangannya memegang handel pintu, terdengar suara dalam dan sedikit serak milik pria itu dari belakang, membuat Elara kembali menoleh padanya.
“Waktumu hanya tersisa…” Dengan gerakan pelan namun elegan, pria itu mengangkat sebelah tangan dan melirik arloji yang melingkar di pergelangannya. “…tiga jam lagi.”
BRAKK!
Bantingan pintu itu menjadi jawaban dari Elara yang bergegas keluar dengan amarah memuncak.
Aveline menjerit keras, suaranya memenuhi lorong sempit yang hanya diterangi lampu jalanan buram.Tubuhnya gemetar saat sebuah tangan kuat tiba-tiba meraih pinggangnya."Apa maksudnya ini?!" Aveline berteriak lagi, mencoba melawan, tapi tak ada yang mendengarnya.Udara malam yang dingin membuatnya semakin waspada, namun pria di depannya begitu cepat.Sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, bibirnya langsung tertutup oleh sesuatu yang hangat dan mendesak—bibir pria yang kini mencengkeramnya erat.Aveline meronta-ronta, hatinya dipenuhi kepanikan.Tubuhnya kaku saat pria itu memeluknya dengan kuat, membuka jaket kulit hitamnya seolah bersiap melakukan sesuatu yang lebih buruk.Mata Aveline melebar ketakutan.‘Tidak mungkin,’ pikirnya, ‘Apakah dia akan memperkosaku?’Ia semakin panik, berusaha membebaskan diri dari genggaman pria itu.Namun, pria itu begitu kuat.Semua tenaga Aveline seolah menguap, terjebak dalam dekapannya yang erat.Lalu, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.Sekelo
Langit sore yang kemerahan menyelimuti San Francisco Bay, tempat di mana sebagian besar kehidupan cinta sepasang insan berkisah.Suara ombak yang berdeburan pelan di pantai menciptakan melodi yang damai, selaras dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu lembut permukaan laut.Elara berdiri di ujung dermaga kayu, menatap cakrawala yang tampak tanpa batas, tempat di mana langit bertemu lautan.Matanya menerawang, namun wajahnya kini memancarkan ketenangan yang baru.Dalam dekapan hangatnya, bayi kecil mereka terlelap, wajahnya damai seperti ibunya.Sudah lama sejak pertarungan hidup dan mati di acara peresmian Imera Sky Tower, dan sejak saat itu, kehidupan Elara dan Arion berubah drastis.Banyak hal yang telah dilalui—pengkhianatan, luka, cinta yang terlupakan dan kemudian dipulihkan.Namun hari ini, di bawah cahaya senja yang lembut, semuanya terasa sempurna.Tiba-tiba, langkah kaki yang berat namun mantap terdengar dari belakangnya.Elara tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.A
Arion duduk di ujung ranjang, pandangannya terpaku pada sosok mungil yang ada dalam dekapannya.Bayi perempuan itu terlelap dengan tenang, tubuhnya begitu kecil dan lembut seperti boneka porselen.Pipinya yang kemerahan tampak menggemaskan, kulitnya sehalus sutra dengan bulu-bulu halus yang masih tersisa di atas kepalanya.Mata bayi itu masih tertutup, namun ketika sempat terbuka sesaat, Arion melihat dengan jelas iris matanya yang kelabu, warna yang sama seperti miliknya—sebuah tanda tak terbantahkan bahwa bayi itu adalah darah dagingnya.Bibir kecilnya bergerak perlahan, seakan sedang menghisap udara, dan tangannya yang mungil mengepal erat, menggenggam sepotong kain selimut.Arion tersenyum kecil, hatinya penuh dengan rasa takjub yang tak pernah ia sanggup perkirakan sebelumnya.Di dalam ruangan itu, hanya suara napas lembut bayi perempuannya yang terdengar, membuatnya seperti terhanyut dalam keajaiban kecil yang ia pegang.Sudah lebih dari setengah jam, namun Arion tak bisa melepa
Arion mengangguk pelan, melanjutkan penjelasannya. “Selama aku menjalankan peranku sebagai The Draven, orang itu mengambil peran menjadi diriku, Arion Ellworth. Sehingga tidak ada yang curiga. Kecelakaan di Sunol itu terjadi pada doppelganger-ku.”Elara terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. “Jadi... orang itu? Apakah dia tewas dalam kecelakaan itu? Bagaimana aku bisa membedakan kalian? Bagaimana jika suatu saat aku salah mengenali orang itu sebagai dirimu?”Arion tersenyum melihat kepanikan sang istri. “Jangan khawatir, Honey. Orang itu berhasil selamat oleh orang-orangku. Wajahnya tidak sepenuhnya mirip denganku. Hanya postur tubuh dan perilakunya yang serupa. Aku membuatnya menjalani operasi plastik untuk mengubah beberapa bagian, seperti rahang dan hidung saja. Namun, saat dia menjalankan peran sebagai aku, dia menggunakan prosthetic mask yang dibuat menyerupai wajahku.”Elara memandang Arion, dengan sorot kompleks. “Astaga… sampai seperti itu kau m
Elara dan Arion berdiri di tengah keheningan, menghadap sebuah makam dengan batu nisan marmer yang megah. Di atasnya terukir dengan indah: Imelda Ellworth. Satu buket mawar putih mewah yang segar ditempatkan rapi di atas pusara, memberikan sentuhan penuh penghormatan. Pemakaman ini, yang terletak di Cypress Lawn Memorial Park, San Francisco—tempat peristirahatan terakhir para keluarga kaya dan terpandang—dikelilingi oleh pohon-pohon ek yang menjulang tinggi. Jalanan berkerikil putih menghubungkan setiap makam, dan di kejauhan terlihat pemandangan laut yang tenang, menambah suasana damai nan elegan. Udara pagi terasa sejuk, disertai suara angin yang membelai lembut pepohonan. Elara memandang ke sekeliling area pemakaman yang tampak megah, penuh dengan nisan-nisan yang terbuat dari batu marmer putih dan hitam. Di antara semua itu, nisan Imelda berdiri sebagai salah satu yang paling indah, seperti sebuah karya seni yang mencerminkan kehidupan seseorang yang telah meninggalkan jejak
Arthur Ellworth, atau Clay Mallory, kini duduk di sudut sel gelap penjara federal, matanya kosong menatap dinding dingin yang tak lagi bergema dengan wibawa yang pernah ia miliki.Hanya bayangan suram yang tersisa, menggantung di antara kesadaran dan kehancuran. Di penjara ini, waktu seolah-olah melambat, setiap detik menjadi siksaan yang tidak berujung.Hari ini, seorang penjaga penjara menghampiri pintu selnya.Wajah penjaga itu datar, tidak ada belas kasihan, tidak ada penghormatan.Hanya secarik kertas yang dilempar ke lantai di depan Arthur, yang langsung mengenal lambang Ellworth di atasnya.Tangannya yang dulu perkasa sekarang gemetar ketika meraih kertas itu.Di dalamnya, satu pesan singkat yang menghantamnya dengan kejam: "Semua aset, kekayaan, dan perusahaan yang pernah kau curi telah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah—Aiden Ellworth."Arthur meremas kertas itu dengan tangannya yang gemetar, rasa panas menjalar da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น