Share

Teror Hantu Janda Muda
Teror Hantu Janda Muda
Penulis: M Nur Fadli

Awal Mula

Brakk!

Sebuah suara keras terdengar begitu menggema seiring dengan suara mesin mobil yang terdengar. Di depan sana, tubuh manusia terpental beberapa meter jauhnya diiringi dengan rintihan rasa sakit yang memilukan.

Seorang pria yang mengendarai mobil tersebut nampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napasnya terdengar tak beraturan. Ia telah menabrak seseorang yang entah itu siapa. Dan yang membuat dia takut adalah tentang bagaimana keadaan orang itu.

Dengan sedikit keberanian yang ia punya, ia paksa kakinya untuk melangkah turun dari mobil. Didekatinya seorang perempuan yang kini telah terbujur lemas dengan suara yang tak lagi terdengar. Jantung pria itu dibuat berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Setiap langkahnya adalah sebuah keraguan. Tangannya gemetar di kala ia menyingkap rambut yang menutupi wajah perempuan itu.

"M-Marni," ucapnya gemetaran.

Ia hampir tak dapat menyangga tubuhnya untuk tetap tegak. Rupanya perempuan itu adalah perempuan yang ia kenali. Tangannya kembali gemetar ketika ia mengecek denyut nadi perempuan itu.

"Tidak mungkin," ucapnya. Wajahnya menandakan kalau ia sangat ketakutan.

Dia perlahan mundur dari sana. Tak bisa ia percayai bahwa ia sudah membunuh seseorang. Ketakutan menyelimuti hatinya. Kini bukan hanya tangan saja yang gemetar, melainkan juga sekujur tubuh. Ia tak tahu harus melakukan apa pada mayat yang ada di depannya itu.

Malam ini keadaan cukup sepi. Tak ada orang lain di tempat itu selain mereka berdua. Masih dengan ketakutan yang teramat besar, pria itu mencoba untuk mendekati tubuh si perempuan.

Cukup lama ia berdiam diri, hingga akhirnya terlintas sebuah ide di pikirannya untuk mengubur jasad korban. Mengingat lokasinya yang jarang didatangi oleh orang-orang, ia kira tak akan pernah ada yang menemukan jasad perempuan itu jika ia menguburnya.

Dengan alat seadanya, ia pun mengubur tubuh tak bernyawa itu sampai benar-benar terpendam di dalam tanah. Ia tahu kalau itu adalah tindakan yang jahat. Tapi ia juga tak mau masuk penjara jika ada yang tahu kalau perempuan itu terbunuh olehnya.

"Maafkan aku, Marni. Aku terpaksa melakukan ini," ucapnya setelah berhasil mengubur jasad korbannya.

Lalu setelah itu, ia buru-buru masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.

***

Dua hari setelahnya, sosok Marni banyak diperbincangkan oleh para tetangganya. Sekedar informasi, Marni adalah seorang janda muda yang hidup sebatang kara. Sudah sejak lama ia hidup sendirian. Terakhir kali ia mempunyai teman hidup adalah ketika suaminya masih hidup. Dan ketika sang suami telah tiada, dia benar-benar hidup sendirian. Menurut pandangan para lelaki, dia itu cukup cantik. Karena itulah, melalui kecantikan yang ia miliki, ia seringkali menggoda para lelaki di desanya. Hal itulah yang membuat beberapa ibu-ibu geram dibuatnya.

"Ibu-ibu, itu si Marni ke mana, ya? Sudah dua hari nggak kelihatan," ucap seorang wanita paruh baya kepada yang lainnya.

"Nggak tahu, Bu. Saya juga belum lihat," ucap yang lainnya.

"Udah biarin aja. Paling dia lagi di hotel sama pasangannya."

"Hus. Jangan gitu Bu Endang. Jangan asal bicara!"

"Asal bicara gimana sih, Bu. Semua orang juga tahu kali kalau dia itu wanita jalang. Lihat aja tuh pakaiannya. Dia juga sering pulang larut malam. Apa coba kalau bukan wanita jalang?"

Beberapa orang yang ada di sana manggut-manggut, seakan menyetujui apa yang dikatakan oleh Bu Endang. Mereka bahkan sampai lupa tentang rasa simpati yang harusnya ada di dalam diri mereka di kala salah satu tetangganya telah hilang selama dua hari.

Berita hilangnya Marni pun semakin tersebar di seluruh pelosok desa. Ada beberapa orang yang memberanikan diri untuk masuk secara paksa ke rumah janda muda itu. Pintu rumah yang terkunci tentunya menyulitkan mereka untuk masuk. Namun itu tidak menjadi masalah yang besar. Dengan segala cara mereka pun akhirnya bisa membuka pintu tersebut.

Pencarian pun dimulai dari sana. Seluruh penjuru ruangan telah digeledah. Tapi sosok Marni tak kunjung ditemuinya. Alhasil mereka pun keluar ruangan tanpa hasil apapun.

"Marni gak ada. Apa Pak Aryo selama dua hari ini juga tidak pernah melihat dia? Bukannya Pak Aryo adalah tetangga terdekatnya?" tanya salah seorang dari mereka.

"Tidak pernah. Malam hari pun lampu rumahnya tidak pernah menyala. Saya sebenarnya sudah ingin memeriksanya sejak awal. Tapi dilarang oleh istri saya. Takutnya itu hanyalah trik yang Marni gunain untuk menjebak para lelaki," ucap Aryo.

"Menjebak?"

"Sepertinya tidak perlu saya jawab," ucap Aryo.

Marni menghilang bagai ditelan bumi. Parahnya, para warga mengambil keputusan bahwa hilangnya wanita itu adalah karena Marni memang sedang pergi ke suatu tempat yang entah itu di mana. Dan bagi para perempuan, dengan hilangnya Marni, mereka malah merasa bahagia. Dengan begitu mereka tak perlu khawatir lagi dengan suami mereka.

Hingga malam ketiga semenjak menghilangnya Marni pun tiba. Entah kenapa suasana malam ini terasa sangat mencekam. Gelap tak lagi berarti gelap, melainkan ada makna lain di dalam kegelapan itu. Bulan pun seolah enggan untuk bersinar. Malam ini bumi benar-benar dalam keadaan yang gelap gulita.

Tok tok tok!

Terdengar suara pintu rumah diketuk. Aryo, sang pemilik rumah agak terkejut dengan suara itu. Ia yang masih sibuk dengan pekerjaan kantornya pun akhirnya harus membukakan pintu itu.

"Siapa sih malam-malam begini datang bertamu?" tanyanya agak kesal.

Aryo berjalan ke arah pintu dengan pelan. Ketika ia berjalan, ketukan di pintu itu semakin terdengar dengan jelas. Aryo pun melontarkan sebuah kata agar sang pengetuk menghentikan kegiatan mengetuk pintunya.

"Sebentar," ucap Aryo.

Selanjutnya, dibukalah pintu rumahnya. Namun apa yang terjadi? Tidak ada siapapun di luar sana. Hanya kegelapan yang nampak di mata. Ia kebingungan dengan apa yang telah terjadi. Bola matanya bergerak ke segala arah. Samping kanan rumahnya tak ada apa-apa selain hanya kebun pisang yang terjejer rapi. Depan rumahnya pun cuma ada lahan kosong atau lapangan desa yang biasa digunakan oleh para pemuda untuk bermain bola. Sedangkan di samping kiri rumahnya adalah rumah janda muda itu.

Entah kenapa ia merasa merinding ketika menatap ke arah sana. Kegelapan dan kesunyian yang menyelimuti tempat tersebut membuat dirinya dengan cepat menutup pintu rumahnya. Tak lupa juga menguncinya. Setelah itu, ia buru-buru kembali ke meja kerjanya.

"Siapa, sih? Iseng banget malam-malam begini," ucapnya sembari duduk.

Dilihatnya jam dinding yang terletak tak jauh dari sana. Sudah jam 10 malam. Itu artinya dia secepat mungkin harus menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera tidur. Ia tak mau lagi membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna, termasuk memikirkan tentang ketukan pintu tersebut.

Tok tok tok!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status