Share

Kejadian Menyeramkan

Di saat itu juga lampu tiba-tiba menyala lagi diiringi dengan suara tawa yang sangat menyebalkan. Ternyata, suara itu datang dari teman-temannya yang sengaja ingin menjahilinya.

"Parah kalian," ucap Thomas. Yang lainnya ketawa, sedangkan Sendy terlihat berjalan menuju ke arah semuanya.

"Kalian pikir lucu? Kalau tiba-tiba aku kena serangan jantung bagaimana?" ucap Thomas lagi.

"Ya mati. Tinggal ngubur," jawab Sendy dengan santainya. Thomas cuma mendecak.

Ia kemudian ikut duduk bersama mereka lagi. Pastinya dengan rasa kesal yang belum bisa menghilang. Apa yang dilakukan oleh teman-temannya saat ini benar-benar tak bisa dimaafkan. Masalahnya, ia baru saja mendapatkan kenyataan tentang ia yang berada dalam satu kamar bersama hantu gentayangan, dan parahnya teman-temannya malah membuat ketakutan itu semakin menjadi-jadi.

"Hahaha. Penakut kau," ejek Sendy.

"Bukan takut. Cuma kaget aja," ucap Thomas.

"Oh ya, ibu kamu lagi masak apaan itu? Tadi aku panggil malah gak direspon. Aku tanyain juga gak digubris," ucap Thomas lagi.

"Ibuku?"

Ada yang aneh dengan ekspresi Sendy. Dia seperti bingung dengan ucapan Thomas barusan. Cukup lama ia terdiam. Bahkan raut wajahnya mendadak berubah. Dari yang awalnya biasa saja menjadi seperti sedang memikirkan suatu hal yang amat berat.

"Heh, ada-ada saja. Ibuku sedang nggak ada di rumah. Malam ini dia menginap di rumah tanteku karena besok ada acara di sana. Sekarang di rumah ini cuma ada bapakku dan aku saja. Dan juga kalian semua," ucap Sendy.

Deg!

Thomas langsung merasa kalau jantungnya berhenti berdetak. Jika yang ia lihat tadi bukan ibunya Sendy, lalu siapa? Ia benar-benar yakin kalau dia tidak salah lihat. Meskipun gelap, tapi matanya masih bisa berfungsi dengan baik. Sosok yang ia lihat tadi adalah sosok berambut panjang. Kalau itu bapaknya Sendy, mana mungkin ia punya rambut panjang?

"Kau berniat mau membalas dengan memberikan berita seolah-olah ada hantu di rumahku. Bukankah begitu?" tanya Sendy.

Tidak ada jawaban dari Thomas. Karena sebenarnya ia benar-benar tidak ada niatan untuk melakukan hal itu. Ia benar-benar tidak sedang bercanda. Apa yang dilihatnya tadi, ia yakin itu adalah sebuah kenyataan.

"Enggak. Mungkin aku cuma salah lihat saja tadi. Sudah, jangan dibahas lagi," ucap Thomas dengan senyum memaksa.

"Oh, ya. Sudah malam. Sekalian pamit mau pulang, ya," ucapnya lagi.

"Aku juga," kata Nana.

"Sama. Aku juga mau pulang," ucap Miya.

"Lah. Malah pamit pulang semuanya. Thomas, kau sama Rio menginap aja di sini," ucap Sendy.

"Tidak bisa. Ayahku lembur lagi hari ini. Kasihan ibuku di rumah sendiri," kata Thomas.

Sendy cuma bisa menghembuskan napasnya pelan, lalu mau tidak mau ia pun harus membiarkan teman-temannya itu pulang ke rumahnya masing-masing. Walau bagaimanapun juga, dia tidak punya kuasa atas diri mereka. Kalau mereka tetap ingin pulang, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah membiarkannya.

"Ya sudahlah. Tapi anterin dulu nih dua cewek. Bisa, kan?" tanya Sendy.

"Tenang aja. Gampang kalau soal itu," kata Thomas.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Suasana desa pun sudah sepi bagaikan desa mati. Wajar saja, banyak orang yang telah termakan oleh ketakutan mereka sendiri. Daripada harus bertemu dengan hantu, akan lebih baik jika berdiam diri di dalam rumah.

Setelah mengantarkan dua teman perempuannya itu, Thomas pun melajukan motornya ke arah jalan pulang. Ada sedikit keuntungan yang ia dapatkan. Ia tidak sendirian. Ada Rio juga yang sedang bersama dia. Meski sama-sama penakut, setidaknya masih ada temannya.

Motor terus melaju menembus malam yang terasa semakin mencekam. Gelapnya seperti bukan gelap biasa. Seakan-akan, di dalamnya tersimpan sebuah misteri yang tak bisa dipecahkan.

Suara jangkrik dan hewan-hewan malam lain mulai terdengar. Hembusan angin terasa menyentuh kulit yang tak terlapisi oleh kain. Thomas terus saja berusaha untuk mengendalikan motornya dengan sempurna. Di depan sana, area yang paling menakutkan pun telah terlihat.

Tak ada yang berani membuka suara. Kedua manusia itu membungkam mulutnya sendiri seraya mengamati area sekitar.

"Sepi banget area sini. Aku tidak bisa membayangkan kalau motor kita mogok di sini," ucap Thomas.

"Diamlah! Jangan berbicara seperti itu!"

Nada suara Rio terdengar berbeda dari biasanya. Itu menandakan keseriusan. Thomas mengerti. Ia pun menuruti ucapan Rio.

Namun, sebuah hal yang tak terduga terjadi. Mesin motornya tiba-tiba mati masih di area kebun pisang tersebut. Itulah bodohnya manusia, yang seringkali memikirkan hal buruk di tempat yang buruk pula. Dan akhirnya, apa yang dipikirkannya itu menjadi kenyataan.

"Lah, kenapa nih motor?" tanya Thomas.

"Jangan bercanda, woi!" ucap Rio yang mulai panik.

"Cih, motornya mati beneran. Kayaknya mogok," kata Thomas.

"Ayo turun! Kita dorong dulu," ucapnya lagi.

Tanpa pikir panjang, Rio benar-benar turun dari motor itu. Demikian pula dengan Thomas. Mereka mendorong motor berdua dengan terburu-buru. Setidaknya sampai bisa melewati area kebun pisang, barulah mereka bisa memeriksa apa yang terjadi dengan motor tersebut.

Sepi sekali suasananya. Suara angin yang berhembus menambah kesan horor di area tersebut. Keduanya sudah mengeluarkan keringat dingin. Entah keringat karena takut atau karena kelelahan. Bahkan mereka pun tidak tahu.

Sambil mendorong, Thomas menatap ke arah spion motor. Dan di saat itulah jantungnya terasa berdebar hebat. Kalau saja dia sendirian, mungkin dia akan pingsan di saat itu juga.

"Rio," panggilnya ke temannya itu.

"Apa?" tanya Rio.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah menengok ke belakang!" ucap Thomas.

"Jangan bercanda? Ada apa di belakang sana?" tanya Rio.

"Tak usah dipikirkan. Tetaplah berjalan dan jangan pernah menoleh!" ucap Thomas.

Di belakang sana, berdiri sosok berdaster putih yang sangat menakutkan. Hanya berdiri dan diam di tempat, tapi tidak mengejar. Meski begitu, Thomas sudah hampir kehilangan semua keberaniannya.

Berjalan dan terus berjalan. Itulah yang bisa ia lakukan saat ini. Matanya terus menatap ke arah spion motor untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba sosok hantu itu menyerangnya. Tapi, ternyata sudah tidak ada apa-apa di belakang. Pikirnya, mungkin hantu itu cuma menampakkan diri di tempat yang tadi tanpa berniat untuk mengikutinya.

"Huff ... Akhirnya bisa keluar dari area itu," ucap Thomas.

"Memangnya tadi ada apa? Kenapa kamu melarangku melihat ke belakang?" tanya Rio.

"Lupakan soal itu! Lebih baik kita periksa dulu ini motor kenapa," ucap Thomas.

"Okelah, cepat! Mungkin bensinnya habis atau businya udah buruk. Ada alat-alatnya, tidak? Kalau ada, bongkar aja sekalian," kata Rio.

Jarak rumah yang masih lumayan jauh membuat mereka berinisiatif untuk memeriksa dulu tentang masalah apa yang terjadi pada motor itu. Pikirnya, jika masalah yang terjadi tidak terlalu berat, saat itu juga mereka bisa memperbaikinya.

"Apa yang kalian lakukan? Hihihi."

M Nur Fadli

Semoga kalian suka dengan bab ini ☺️

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status