Home / Horor / Teror Hantu Janda Muda / Kejadian Menyeramkan

Share

Kejadian Menyeramkan

Author: M Nur Fadli
last update Last Updated: 2022-10-31 18:57:53

Di saat itu juga lampu tiba-tiba menyala lagi diiringi dengan suara tawa yang sangat menyebalkan. Ternyata, suara itu datang dari teman-temannya yang sengaja ingin menjahilinya.

"Parah kalian," ucap Thomas. Yang lainnya ketawa, sedangkan Sendy terlihat berjalan menuju ke arah semuanya.

"Kalian pikir lucu? Kalau tiba-tiba aku kena serangan jantung bagaimana?" ucap Thomas lagi.

"Ya mati. Tinggal ngubur," jawab Sendy dengan santainya. Thomas cuma mendecak.

Ia kemudian ikut duduk bersama mereka lagi. Pastinya dengan rasa kesal yang belum bisa menghilang. Apa yang dilakukan oleh teman-temannya saat ini benar-benar tak bisa dimaafkan. Masalahnya, ia baru saja mendapatkan kenyataan tentang ia yang berada dalam satu kamar bersama hantu gentayangan, dan parahnya teman-temannya malah membuat ketakutan itu semakin menjadi-jadi.

"Hahaha. Penakut kau," ejek Sendy.

"Bukan takut. Cuma kaget aja," ucap Thomas.

"Oh ya, ibu kamu lagi masak apaan itu? Tadi aku panggil malah gak direspon. Aku tanyain juga gak digubris," ucap Thomas lagi.

"Ibuku?"

Ada yang aneh dengan ekspresi Sendy. Dia seperti bingung dengan ucapan Thomas barusan. Cukup lama ia terdiam. Bahkan raut wajahnya mendadak berubah. Dari yang awalnya biasa saja menjadi seperti sedang memikirkan suatu hal yang amat berat.

"Heh, ada-ada saja. Ibuku sedang nggak ada di rumah. Malam ini dia menginap di rumah tanteku karena besok ada acara di sana. Sekarang di rumah ini cuma ada bapakku dan aku saja. Dan juga kalian semua," ucap Sendy.

Deg!

Thomas langsung merasa kalau jantungnya berhenti berdetak. Jika yang ia lihat tadi bukan ibunya Sendy, lalu siapa? Ia benar-benar yakin kalau dia tidak salah lihat. Meskipun gelap, tapi matanya masih bisa berfungsi dengan baik. Sosok yang ia lihat tadi adalah sosok berambut panjang. Kalau itu bapaknya Sendy, mana mungkin ia punya rambut panjang?

"Kau berniat mau membalas dengan memberikan berita seolah-olah ada hantu di rumahku. Bukankah begitu?" tanya Sendy.

Tidak ada jawaban dari Thomas. Karena sebenarnya ia benar-benar tidak ada niatan untuk melakukan hal itu. Ia benar-benar tidak sedang bercanda. Apa yang dilihatnya tadi, ia yakin itu adalah sebuah kenyataan.

"Enggak. Mungkin aku cuma salah lihat saja tadi. Sudah, jangan dibahas lagi," ucap Thomas dengan senyum memaksa.

"Oh, ya. Sudah malam. Sekalian pamit mau pulang, ya," ucapnya lagi.

"Aku juga," kata Nana.

"Sama. Aku juga mau pulang," ucap Miya.

"Lah. Malah pamit pulang semuanya. Thomas, kau sama Rio menginap aja di sini," ucap Sendy.

"Tidak bisa. Ayahku lembur lagi hari ini. Kasihan ibuku di rumah sendiri," kata Thomas.

Sendy cuma bisa menghembuskan napasnya pelan, lalu mau tidak mau ia pun harus membiarkan teman-temannya itu pulang ke rumahnya masing-masing. Walau bagaimanapun juga, dia tidak punya kuasa atas diri mereka. Kalau mereka tetap ingin pulang, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah membiarkannya.

"Ya sudahlah. Tapi anterin dulu nih dua cewek. Bisa, kan?" tanya Sendy.

"Tenang aja. Gampang kalau soal itu," kata Thomas.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Suasana desa pun sudah sepi bagaikan desa mati. Wajar saja, banyak orang yang telah termakan oleh ketakutan mereka sendiri. Daripada harus bertemu dengan hantu, akan lebih baik jika berdiam diri di dalam rumah.

Setelah mengantarkan dua teman perempuannya itu, Thomas pun melajukan motornya ke arah jalan pulang. Ada sedikit keuntungan yang ia dapatkan. Ia tidak sendirian. Ada Rio juga yang sedang bersama dia. Meski sama-sama penakut, setidaknya masih ada temannya.

Motor terus melaju menembus malam yang terasa semakin mencekam. Gelapnya seperti bukan gelap biasa. Seakan-akan, di dalamnya tersimpan sebuah misteri yang tak bisa dipecahkan.

Suara jangkrik dan hewan-hewan malam lain mulai terdengar. Hembusan angin terasa menyentuh kulit yang tak terlapisi oleh kain. Thomas terus saja berusaha untuk mengendalikan motornya dengan sempurna. Di depan sana, area yang paling menakutkan pun telah terlihat.

Tak ada yang berani membuka suara. Kedua manusia itu membungkam mulutnya sendiri seraya mengamati area sekitar.

"Sepi banget area sini. Aku tidak bisa membayangkan kalau motor kita mogok di sini," ucap Thomas.

"Diamlah! Jangan berbicara seperti itu!"

Nada suara Rio terdengar berbeda dari biasanya. Itu menandakan keseriusan. Thomas mengerti. Ia pun menuruti ucapan Rio.

Namun, sebuah hal yang tak terduga terjadi. Mesin motornya tiba-tiba mati masih di area kebun pisang tersebut. Itulah bodohnya manusia, yang seringkali memikirkan hal buruk di tempat yang buruk pula. Dan akhirnya, apa yang dipikirkannya itu menjadi kenyataan.

"Lah, kenapa nih motor?" tanya Thomas.

"Jangan bercanda, woi!" ucap Rio yang mulai panik.

"Cih, motornya mati beneran. Kayaknya mogok," kata Thomas.

"Ayo turun! Kita dorong dulu," ucapnya lagi.

Tanpa pikir panjang, Rio benar-benar turun dari motor itu. Demikian pula dengan Thomas. Mereka mendorong motor berdua dengan terburu-buru. Setidaknya sampai bisa melewati area kebun pisang, barulah mereka bisa memeriksa apa yang terjadi dengan motor tersebut.

Sepi sekali suasananya. Suara angin yang berhembus menambah kesan horor di area tersebut. Keduanya sudah mengeluarkan keringat dingin. Entah keringat karena takut atau karena kelelahan. Bahkan mereka pun tidak tahu.

Sambil mendorong, Thomas menatap ke arah spion motor. Dan di saat itulah jantungnya terasa berdebar hebat. Kalau saja dia sendirian, mungkin dia akan pingsan di saat itu juga.

"Rio," panggilnya ke temannya itu.

"Apa?" tanya Rio.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah menengok ke belakang!" ucap Thomas.

"Jangan bercanda? Ada apa di belakang sana?" tanya Rio.

"Tak usah dipikirkan. Tetaplah berjalan dan jangan pernah menoleh!" ucap Thomas.

Di belakang sana, berdiri sosok berdaster putih yang sangat menakutkan. Hanya berdiri dan diam di tempat, tapi tidak mengejar. Meski begitu, Thomas sudah hampir kehilangan semua keberaniannya.

Berjalan dan terus berjalan. Itulah yang bisa ia lakukan saat ini. Matanya terus menatap ke arah spion motor untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba sosok hantu itu menyerangnya. Tapi, ternyata sudah tidak ada apa-apa di belakang. Pikirnya, mungkin hantu itu cuma menampakkan diri di tempat yang tadi tanpa berniat untuk mengikutinya.

"Huff ... Akhirnya bisa keluar dari area itu," ucap Thomas.

"Memangnya tadi ada apa? Kenapa kamu melarangku melihat ke belakang?" tanya Rio.

"Lupakan soal itu! Lebih baik kita periksa dulu ini motor kenapa," ucap Thomas.

"Okelah, cepat! Mungkin bensinnya habis atau businya udah buruk. Ada alat-alatnya, tidak? Kalau ada, bongkar aja sekalian," kata Rio.

Jarak rumah yang masih lumayan jauh membuat mereka berinisiatif untuk memeriksa dulu tentang masalah apa yang terjadi pada motor itu. Pikirnya, jika masalah yang terjadi tidak terlalu berat, saat itu juga mereka bisa memperbaikinya.

"Apa yang kalian lakukan? Hihihi."

M Nur Fadli

Semoga kalian suka dengan bab ini ☺️

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teror Hantu Janda Muda   Keanehan Ayahnya Thomas

    Sendi berusaha untuk mengatur napasnya yang tak beraturan. Bayang-bayang tentang wajah mengerikan dari sang hantu masih terus singgah di kepalanya. Sangat menyeramkan memang.“Dia di sini,” ucap Sendi pelan.Thomas langsung paham dengan apa yang Sendi katakan. Ia tentunya terkejut sekaligus takut. Ia arahkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar, tapi tak ada apapun di sana. Ia tahu, hantu itu pasti hanya akan memunculkan diri di depan satu orang. Mungkin setelah ini, giliran dia yang akan didatangi.“Gak ada apa-apa, Sen. Udah, tenanglah!” pinta Thomas.“Dia di sini, Thomas.”Thomas bingung harus berbuat apa. Di satu sisi, ia memang takut. Tapi di sisi lain, ia juga ingin permasalahan ini cepat-cepat selesai. Ia tak mau ini jadi teror yang berkelanjutan tanpa ada ujungnya. Rasanya sudah lelah kalau tiap hari harus dihantui oleh hantu Marni. Ia ingin hidup dengan tenang seperti sedia kala.“Hufff ....” Thomas mengembuskan napas pelan.“Kalau kamu beneran Tante Marni, keluarlah! Kami i

  • Teror Hantu Janda Muda   Dihantui Lagi

    "Udah, jangan banyak nanya. Lupakan saja! Intinya fokus nyetir supaya bisa cepat-cepat sampai," kata Rio."Oke, oke."Entah makhluk yang dimaksud Rio masih mengejar atau tidak, Thomas pun tak tahu. Rio pun mungkin juga sama tidak tahu. Akan tetapi hal itu sudah tak perlu dikhawatirkan lagi kala mereka sudah sampai di rumah Thomas."Cepetan Thom, buka garasimu. Biar aku yang masukin motornya.""Tam Tom. Aku bukan kucing.""Sudahlah, jangan protes! Cepat!" perintah Rio lagi."Iya, tunggu!"Thomas langsung berlari masuk ke dalam rumah dan segera membuka pintu garasi. Selepas itu ia pun langsung menyuruh kedua temannya itu untuk memasukkan motor ke garasi.***"Hufff. Emang kamu lihat apa tadi?" tanya Sendi sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur kamar Thomas."Biasalah. Ya tahu sendiri, lah," jawab Rio."Kurasa kita memang harus cepat-cepat memecahkan misteri ini, deh. Kita gak bisa membiarkan hantu itu meneror kampung kita lebih lama lagi," ucap Thomas."Iya, emang. Makanya itu kita h

  • Teror Hantu Janda Muda   Pulang Tanpa Hasil

    Sendy yang mendengar ucapan Thomas pun langsung terkejut dan melihat ke arah yang ditunjuk. Ternyata di sana tidak ada apa-apa."Mana?""Hahaha. Nggak, nggak. Aku cuma bercanda.""Sialan! Jangan kayak gitu!""Kenapa mendadak jadi penakut? Padahal tadi siang berani banget nyelidiki sampe toilet," ucap Thomas."Masalahnya ini baru aja habis ngelihat hantu. Ya kesan takutnya masih kerasa, lah. Entah kalau nanti. Mungkin akan hilang. Ya biasanya kayak gitu," ucap Sendy."Berarti berani pulang sendiri, entar?" Kali ini Rio yang bertanya."Mungkin.""Yeee. Ya jangan mungkin. Yang yakin, dong.""Hmm. Ya, ya. Aku berani. Aku laki-laki. Ngapain juga harus takut," ucap Sendi."Baguslah. Kita emang gak boleh takut," ucap Thomas.Setelah itu, ketiganya pun diam. Musik mulai menyala, dan sang penyanyi di cafe itupun mulai menyanyikan sebuah lagi. Thomas, Rio dan Sendi dapat melihat dengan jelas tentang bagaimana penyanyi cantik itu bernyanyi serta berjoget di sana. Namun itu bukan tujuan utama mer

  • Teror Hantu Janda Muda   Gangguan Perjalanan

    "Gak, gak. Aku berani," ucap Sendy."Oh. Syukur deh. Kalau begitu tunggu di rumah dulu. Jangan berangkat dulu.""Kenapa?""Aku belum izin orang tua. Hahaha. Kalau gak diizinin ya gak jadi.""Lah. Parah banget.""Lha iya. Tapi akan tetap aku usahakan. Ya udah. Udah dulu. Aku mau bilang ke mereka.""Siap, deh."Thomas mematikan panggilan teleponnya. Ia pun kemudian berniat untuk menemui orang tuanya yang kini sedang menonton televisi. Entah diberi izin atau tidak, ia tetap harus mencoba untuk meminta izin."Eee ... Aku mau keluar, boleh nggak?" tanya Thomas ke keduanya."Keluar ke mana, sih? Harusnya kalau malam-malam di rumah aja," kata ibunya."Harusnya sih gitu, Bu. Tapi ini penting banget," kata Thomas."Penting apa?" Kali ini ayahnya yang bertanya."Ada tugas. Lagian entar aku juga sama Rio. Sama si Sendy juga. Aku gak sendiri, kok."Ada keraguan di hati kedua orang tuanya untuk memberikan izin kepada sang anak. Tentu itu disebabkan oleh teror hantu yang akhir-akhir ini ada di kamp

  • Teror Hantu Janda Muda   Dugaan Pemerkosaan dan Pembunuhan

    "Rumit, sih. Kalau aku hubungkan dengan yang difilm-film, kayaknya Tante Marni ini diperkosa seseorang. Mungkin sampai hamil. Lalu setelah mengetahui bahwa dirinya hamil, dia jadi malu dan memutuskan untuk pergi dari kampung sini," ucap Thomas."Terus soal teror hantu itu?""Kurasa itu emang hantunya Tante Marni. Ini mungkin, ya. Mungkin ketika perjalanan pergi, si pelaku itu membunuh Tante Marni dan membuangnya di suatu tempat yang kita tidak tahu di mana. Makanya itu arwahnya jadi tidak tenang dan menghantui kampung ini.""Nah, sekarang yang jadi pertanyaan, kenapa yang dihantui kampung ini. Maksudku, kenapa dia gak menghantui orang yang udah memerkosa dia?" tanya Nana.Thomas tersenyum meremehkan. Ia sudah menebak dari awal kalau bakalan ada yang bertanya seperti itu, dan ternyata benar, Nana bertanya seperti yang ia pikirkan."Itulah alasan kenapa aku tidak ingin siapapun tahu tentang penemuan test pack itu, tak terkecuali juga Pak RT. Hantu Tante Marni meneror kampung ini, kemung

  • Teror Hantu Janda Muda   Test Pack

    Wajah makhluk itu tak nampak karena tertutup oleh rambut panjangnya. Namun tetap saja terlihat sangat menyeramkan.Thomas mengembalikan pensil alis itu ke tempat semula. Setelah itu ia memutuskan untuk mencari sesuatu yang lain. Di saat yang bersamaan, sosok hantu menyeramkan itu juga sudah menghilang dari sana."Ah, apa Tante Marni tidak meninggalkan sesuatu yang lain soal kepergiannya?" tanya Thomas pada dirinya sendiri.Ia mengembuskan napas pelan. Entah kenapa ia merasa bahwa penyelidikan ini pasti akan berakhir dengan sebuah kegagalan. Itu yang ada di pikiran Thomas saat ini.Thomas terus mencari sesuatu yang berada di kamar itu. Ia benar-benar mengesampingkan rasa takutnya, atau bahkan bisa dibilang menghilangkan rasa takutnya itu. Berada di dalam kamar yang gelap dan sepi tanpa ditemani oleh siapapun. Jelas itu terasa seperti uji nyali baginya. Namun ia seolah tak peduli dengan itu semua. Misinya jauh lebih penting daripada rasa takutnya."Seandainya aku punya indera ke-enam. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status