Share

Kembali ke Tempat Kejadian

"Whoa ... Hantu!" teriak Rio.

Tanpa peduli dengan Thomas, ia dengan cepat berlari dari tempat itu. Sementara Thomas masih terpaku di tempat semula. Tubuhnya kaku seperti sedang membeku. Di depannya, sosok wanita berwajah hancur dan penuh darah telah terlihat dengan sempurna.

Tangannya yang masih setia memegang motor pun semakin lama semakin melemas. Rasa takutnya bertambah di kala sosok hantu itu menyeringai sembari perlahan mendekatinya. Sudah tidak ada pilihan lagi bagi dia selain lari. Namun, tubuhnya telah memberikan sebuah penolakan yang sangat mengesalkan.

"Hihihihi."

Suara tawa itu terdengar menakutkan di telinganya. Ia terus berusaha untuk menggerakkan tubuhnya. Dan pada akhirnya ia bisa melakukannya. Tak peduli dengan keadaan motornya, ia pun langsung melarikan diri dari sana.

Selama berlari, tak sedikitpun ia berani menoleh ke belakang. Sampai tiba saatnya ketika ia melihat seseorang yang berada di depan sana. Seseorang yang terlihat kelelahan. Dia adalah Rio.

"Rio," panggilnya dari kejauhan. Rio pun menoleh.

Dengan napas yang tersengal-sengal, Thomas berusaha untuk berbicara. Wajahnya terlihat sangat panik. Seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan tapi sangat sulit untuk ia lakukan.

"Motorku," ucap Thomas sembari menunjuk-nunjuk.

"Jangan pikirkan dulu soal itu. Itu hal nanti. Yang penting kunci motor ada sama kamu kan?" tanya Rio.

Thomas diam tak menjawab. Itu yang membuat Rio penasaran dan bertanya-tanya dalam hati.

"Thomas," ucap Rio.

"Kuncinya masih ada di motor," ucap Thomas.

"Apa? Bodoh sekali kau. Kenapa tidak diambil?" tanya Rio.

"Daripada bertanya soal itu, kenapa gak kamu tanyakan tentang kenapa kamu malah lari meninggalkan aku. Kalau sampai terjadi apa-apa sama aku tadi gimana?" tanya Thomas.

"Hehehe ... Itu cuma refleks. Maaf," kata Rio.

"Ya sudahlah. Mending kita ke rumahmu dulu. Soal motormu, nanti kita ajak ayah kamu aja untuk datang mengambil motor kamu di sana. Setidaknya kalau rame-rame, rasa takutnya akan sedikit mereda," ucap Rio lagi.

Thomas hanya mengangguk. Tentu, hanya itu yang bisa ia lakukan. Mau mengambil sendiri sama saja dengan menantang hantu tersebut. Dan mereka bukanlah para manusia pemberani. Bahkan baru melihat penampakan hantu dari jarak yang lumayan jauh saja sudah cukup untuk membuat mereka takut dan lari.

Dengan sedikit berlari, mereka segera menuju ke arah rumah Thomas yang jaraknya sudah tidak terlalu jauh. Masih banyak cahaya yang terlihat, terutama cahaya dari lampu rumah milik para penduduk. Akan tetapi suasananya hampir bisa disamakan dengan desa mati. Sepi sekali.

"Ibu. Buka pintunya, Bu!" ucap Thomas sambil mengetuk pintu rumahnya.

"Cepat, Bu!" lanjutnya.

Terdengar bunyi seperti orang berjalan dari dalam rumah. Ah, tidak. Sepertinya suara itu berasal dari samping rumahnya. Ketika Thomas dan Rio menyadari hal tersebut, keduanya pun kembali merasakan apa yang namanya ketakutan.

"Rio, siapa itu?" tanya Thomas sambil merapatkan tubuhnya ke Rio.

"Entahlah," kata Rio.

Suara berisik seperti langkah kaki seseorang itu tiba-tiba berhenti. Bukannya meredakan rasa takut mereka, hal itu malah membuat ketakutannya semakin menjadi-jadi. Tak ada yang berbicara. Semuanya terfokus ke arah sana.

Cklek!

Sial! Mereka melompat secara bersamaan karena saking terkejutnya. Pintu rumah tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok wanita muda yang tak lain dan tidak bukan adalah ibunya Thomas. Menyadari hal itu, mereka berdua pun segera lari masuk ke dalam rumah.

"Ada apa dengan kalian? Thomas, di mana motormu?" tanya ibunya.

"Itu, Bu. Ada hantu, Bu. Dan motorku aku tinggal di sana," jawab Thomas sambil menunjuk.

"Hantu?" tanya ibunya pelan.

Thomas mengangguk sambil mengusap keringatnya yang tak henti-hentinya menetes. Rasanya keberanian yang ia punya sudah hilang semuanya. Seumur hidup, baru kali ini dia melihat secara langsung wujud sosok yang disebut dengan hantu. Sangat menyeramkan. Itulah yang ia pikirkan.

Ia menenangkan dirinya sendiri. Wanita muda itupun menyuruh Thomas dan Rio untuk segera duduk. Dia juga pastinya sudah tahu tentang cerita penampakan hantu yang akhir-akhir ini menghebohkan desa.

"Hantu perempuan itu datang lagi?"

"Iya, Bu. Wajahnya hancur. Serem banget," jawab Thomas.

"Sekarang, kami harus kembali ke sana. Tapi kami tidak berani kalau cuma berdua," ucap Thomas.

"Ayah sudah pulang kan, Bu?" tanya Thomas selanjutnya.

"Sudah, Thomas."

Dari arah lain, tiba-tiba terdengar suara yang sangat familiar di telinga Thomas. Ya, itu adalah suara ayahnya. Ayahnya berjalan mendekati posisi dia dan yang lain, kemudian ikut duduk.

"Ada masalah apa?"

"Ayah, tolong kami! Kami habis melihat hantu. Dan karena itu, aku meninggalkan motorku di jalanan sana. Tolong temenin kami buat ambil motor itu," kata Thomas.

Seperti yang lain, tentunya ada rasa takut yang nampak dari raut wajah ayahnya. Namun, sebagai seorang ayah, lelaki paruh baya itu tak mungkin akan membiarkan anaknya pergi tanpa pengawasannya. Apalagi pergi untuk menjemput bahaya.

Ia memang takut. Tapi di hadapan anaknya, ia bersikap seolah dia adalah lelaki paling berani yang tidak sedikitpun takut terhadap hantu. Jadi, ia pun menyanggupi permintaan anaknya.

"Di mana motormu? Kita ambil sekarang," kata Ayah Thomas.

"Ayo, Yah! Ayah bawa motor aja ke sananya. Biar kami berdua jalan kaki," kata Thomas.

"Ibu gak apa-apa di rumah sendirian?" tanya Thomas setelahnya.

"Gak apa-apa. Tenang aja," jawab ibunya.

Singkatnya, mereka pun pergi ke tempat di mana motor itu berada. Ayahnya Thomas berkendara pelan, sedangkan Thomas dan Rio berjalan di sampingnya. Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan.

"Syukurlah, motorku masih ada," kata Thomas.

"Cepetan ambil! Kita langsung pulang," ucap ayahnya.

Thomas mengangguk, kemudian ia dan Rio segera berlari kecil menuju sana. Thomas ingat bahwa ada masalah dengan motornya. Namun anehnya, semuanya berbeda dari sebelumnya. Sekarang motornya sudah bisa digunakan kembali.

"Eh, bisa," kata Thomas.

"Baguslah. Ayo pergi dari sini!" ajak Rio.

Akhirnya, masalah pun selesai. Motor kembali bisa dinyalakan. Ketika itu, Thomas meminta ayahnya untuk berkendara di depan, sedangkan ia yang berboncengan dengan Rio berkendara di belakang.

Sebenarnya, pada hari-hari sebelum ada teror hantu perempuan itu, desa itu masih sangat ramai walaupun sudah masuk pada jam malam hari. Namun kini, hampir bisa disamakan dengan desa tanpa penduduk. Hanya suasana sepi dan menyeramkan yang terasa. Ditambah dengan gelapnya malam yang menambah aura mistis di sekitar.

Thomas terus melajukan motornya. Bola matanya tak bisa berhenti untuk bergerak. Ia melihat ke arah sekitar, takut jika hantu itu kembali lagi. Tapi sepertinya tidak. Hingga tiba-tiba, raut wajahnya berubah drastis ketika ia melihat ke arah depan.

"Rio. Itu ... Itu yang bersama ayahku siapa?" tanya Thomas dengan raut wajah takutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status