Beranda / Horor / Teror Hantu Janda Muda / Kembali ke Tempat Kejadian

Share

Kembali ke Tempat Kejadian

Penulis: M Nur Fadli
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-03 14:58:10

"Whoa ... Hantu!" teriak Rio.

Tanpa peduli dengan Thomas, ia dengan cepat berlari dari tempat itu. Sementara Thomas masih terpaku di tempat semula. Tubuhnya kaku seperti sedang membeku. Di depannya, sosok wanita berwajah hancur dan penuh darah telah terlihat dengan sempurna.

Tangannya yang masih setia memegang motor pun semakin lama semakin melemas. Rasa takutnya bertambah di kala sosok hantu itu menyeringai sembari perlahan mendekatinya. Sudah tidak ada pilihan lagi bagi dia selain lari. Namun, tubuhnya telah memberikan sebuah penolakan yang sangat mengesalkan.

"Hihihihi."

Suara tawa itu terdengar menakutkan di telinganya. Ia terus berusaha untuk menggerakkan tubuhnya. Dan pada akhirnya ia bisa melakukannya. Tak peduli dengan keadaan motornya, ia pun langsung melarikan diri dari sana.

Selama berlari, tak sedikitpun ia berani menoleh ke belakang. Sampai tiba saatnya ketika ia melihat seseorang yang berada di depan sana. Seseorang yang terlihat kelelahan. Dia adalah Rio.

"Rio," panggilnya dari kejauhan. Rio pun menoleh.

Dengan napas yang tersengal-sengal, Thomas berusaha untuk berbicara. Wajahnya terlihat sangat panik. Seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan tapi sangat sulit untuk ia lakukan.

"Motorku," ucap Thomas sembari menunjuk-nunjuk.

"Jangan pikirkan dulu soal itu. Itu hal nanti. Yang penting kunci motor ada sama kamu kan?" tanya Rio.

Thomas diam tak menjawab. Itu yang membuat Rio penasaran dan bertanya-tanya dalam hati.

"Thomas," ucap Rio.

"Kuncinya masih ada di motor," ucap Thomas.

"Apa? Bodoh sekali kau. Kenapa tidak diambil?" tanya Rio.

"Daripada bertanya soal itu, kenapa gak kamu tanyakan tentang kenapa kamu malah lari meninggalkan aku. Kalau sampai terjadi apa-apa sama aku tadi gimana?" tanya Thomas.

"Hehehe ... Itu cuma refleks. Maaf," kata Rio.

"Ya sudahlah. Mending kita ke rumahmu dulu. Soal motormu, nanti kita ajak ayah kamu aja untuk datang mengambil motor kamu di sana. Setidaknya kalau rame-rame, rasa takutnya akan sedikit mereda," ucap Rio lagi.

Thomas hanya mengangguk. Tentu, hanya itu yang bisa ia lakukan. Mau mengambil sendiri sama saja dengan menantang hantu tersebut. Dan mereka bukanlah para manusia pemberani. Bahkan baru melihat penampakan hantu dari jarak yang lumayan jauh saja sudah cukup untuk membuat mereka takut dan lari.

Dengan sedikit berlari, mereka segera menuju ke arah rumah Thomas yang jaraknya sudah tidak terlalu jauh. Masih banyak cahaya yang terlihat, terutama cahaya dari lampu rumah milik para penduduk. Akan tetapi suasananya hampir bisa disamakan dengan desa mati. Sepi sekali.

"Ibu. Buka pintunya, Bu!" ucap Thomas sambil mengetuk pintu rumahnya.

"Cepat, Bu!" lanjutnya.

Terdengar bunyi seperti orang berjalan dari dalam rumah. Ah, tidak. Sepertinya suara itu berasal dari samping rumahnya. Ketika Thomas dan Rio menyadari hal tersebut, keduanya pun kembali merasakan apa yang namanya ketakutan.

"Rio, siapa itu?" tanya Thomas sambil merapatkan tubuhnya ke Rio.

"Entahlah," kata Rio.

Suara berisik seperti langkah kaki seseorang itu tiba-tiba berhenti. Bukannya meredakan rasa takut mereka, hal itu malah membuat ketakutannya semakin menjadi-jadi. Tak ada yang berbicara. Semuanya terfokus ke arah sana.

Cklek!

Sial! Mereka melompat secara bersamaan karena saking terkejutnya. Pintu rumah tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok wanita muda yang tak lain dan tidak bukan adalah ibunya Thomas. Menyadari hal itu, mereka berdua pun segera lari masuk ke dalam rumah.

"Ada apa dengan kalian? Thomas, di mana motormu?" tanya ibunya.

"Itu, Bu. Ada hantu, Bu. Dan motorku aku tinggal di sana," jawab Thomas sambil menunjuk.

"Hantu?" tanya ibunya pelan.

Thomas mengangguk sambil mengusap keringatnya yang tak henti-hentinya menetes. Rasanya keberanian yang ia punya sudah hilang semuanya. Seumur hidup, baru kali ini dia melihat secara langsung wujud sosok yang disebut dengan hantu. Sangat menyeramkan. Itulah yang ia pikirkan.

Ia menenangkan dirinya sendiri. Wanita muda itupun menyuruh Thomas dan Rio untuk segera duduk. Dia juga pastinya sudah tahu tentang cerita penampakan hantu yang akhir-akhir ini menghebohkan desa.

"Hantu perempuan itu datang lagi?"

"Iya, Bu. Wajahnya hancur. Serem banget," jawab Thomas.

"Sekarang, kami harus kembali ke sana. Tapi kami tidak berani kalau cuma berdua," ucap Thomas.

"Ayah sudah pulang kan, Bu?" tanya Thomas selanjutnya.

"Sudah, Thomas."

Dari arah lain, tiba-tiba terdengar suara yang sangat familiar di telinga Thomas. Ya, itu adalah suara ayahnya. Ayahnya berjalan mendekati posisi dia dan yang lain, kemudian ikut duduk.

"Ada masalah apa?"

"Ayah, tolong kami! Kami habis melihat hantu. Dan karena itu, aku meninggalkan motorku di jalanan sana. Tolong temenin kami buat ambil motor itu," kata Thomas.

Seperti yang lain, tentunya ada rasa takut yang nampak dari raut wajah ayahnya. Namun, sebagai seorang ayah, lelaki paruh baya itu tak mungkin akan membiarkan anaknya pergi tanpa pengawasannya. Apalagi pergi untuk menjemput bahaya.

Ia memang takut. Tapi di hadapan anaknya, ia bersikap seolah dia adalah lelaki paling berani yang tidak sedikitpun takut terhadap hantu. Jadi, ia pun menyanggupi permintaan anaknya.

"Di mana motormu? Kita ambil sekarang," kata Ayah Thomas.

"Ayo, Yah! Ayah bawa motor aja ke sananya. Biar kami berdua jalan kaki," kata Thomas.

"Ibu gak apa-apa di rumah sendirian?" tanya Thomas setelahnya.

"Gak apa-apa. Tenang aja," jawab ibunya.

Singkatnya, mereka pun pergi ke tempat di mana motor itu berada. Ayahnya Thomas berkendara pelan, sedangkan Thomas dan Rio berjalan di sampingnya. Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan.

"Syukurlah, motorku masih ada," kata Thomas.

"Cepetan ambil! Kita langsung pulang," ucap ayahnya.

Thomas mengangguk, kemudian ia dan Rio segera berlari kecil menuju sana. Thomas ingat bahwa ada masalah dengan motornya. Namun anehnya, semuanya berbeda dari sebelumnya. Sekarang motornya sudah bisa digunakan kembali.

"Eh, bisa," kata Thomas.

"Baguslah. Ayo pergi dari sini!" ajak Rio.

Akhirnya, masalah pun selesai. Motor kembali bisa dinyalakan. Ketika itu, Thomas meminta ayahnya untuk berkendara di depan, sedangkan ia yang berboncengan dengan Rio berkendara di belakang.

Sebenarnya, pada hari-hari sebelum ada teror hantu perempuan itu, desa itu masih sangat ramai walaupun sudah masuk pada jam malam hari. Namun kini, hampir bisa disamakan dengan desa tanpa penduduk. Hanya suasana sepi dan menyeramkan yang terasa. Ditambah dengan gelapnya malam yang menambah aura mistis di sekitar.

Thomas terus melajukan motornya. Bola matanya tak bisa berhenti untuk bergerak. Ia melihat ke arah sekitar, takut jika hantu itu kembali lagi. Tapi sepertinya tidak. Hingga tiba-tiba, raut wajahnya berubah drastis ketika ia melihat ke arah depan.

"Rio. Itu ... Itu yang bersama ayahku siapa?" tanya Thomas dengan raut wajah takutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Teror Hantu Janda Muda   Keanehan Ayahnya Thomas

    Sendi berusaha untuk mengatur napasnya yang tak beraturan. Bayang-bayang tentang wajah mengerikan dari sang hantu masih terus singgah di kepalanya. Sangat menyeramkan memang.“Dia di sini,” ucap Sendi pelan.Thomas langsung paham dengan apa yang Sendi katakan. Ia tentunya terkejut sekaligus takut. Ia arahkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar, tapi tak ada apapun di sana. Ia tahu, hantu itu pasti hanya akan memunculkan diri di depan satu orang. Mungkin setelah ini, giliran dia yang akan didatangi.“Gak ada apa-apa, Sen. Udah, tenanglah!” pinta Thomas.“Dia di sini, Thomas.”Thomas bingung harus berbuat apa. Di satu sisi, ia memang takut. Tapi di sisi lain, ia juga ingin permasalahan ini cepat-cepat selesai. Ia tak mau ini jadi teror yang berkelanjutan tanpa ada ujungnya. Rasanya sudah lelah kalau tiap hari harus dihantui oleh hantu Marni. Ia ingin hidup dengan tenang seperti sedia kala.“Hufff ....” Thomas mengembuskan napas pelan.“Kalau kamu beneran Tante Marni, keluarlah! Kami i

  • Teror Hantu Janda Muda   Dihantui Lagi

    "Udah, jangan banyak nanya. Lupakan saja! Intinya fokus nyetir supaya bisa cepat-cepat sampai," kata Rio."Oke, oke."Entah makhluk yang dimaksud Rio masih mengejar atau tidak, Thomas pun tak tahu. Rio pun mungkin juga sama tidak tahu. Akan tetapi hal itu sudah tak perlu dikhawatirkan lagi kala mereka sudah sampai di rumah Thomas."Cepetan Thom, buka garasimu. Biar aku yang masukin motornya.""Tam Tom. Aku bukan kucing.""Sudahlah, jangan protes! Cepat!" perintah Rio lagi."Iya, tunggu!"Thomas langsung berlari masuk ke dalam rumah dan segera membuka pintu garasi. Selepas itu ia pun langsung menyuruh kedua temannya itu untuk memasukkan motor ke garasi.***"Hufff. Emang kamu lihat apa tadi?" tanya Sendi sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur kamar Thomas."Biasalah. Ya tahu sendiri, lah," jawab Rio."Kurasa kita memang harus cepat-cepat memecahkan misteri ini, deh. Kita gak bisa membiarkan hantu itu meneror kampung kita lebih lama lagi," ucap Thomas."Iya, emang. Makanya itu kita h

  • Teror Hantu Janda Muda   Pulang Tanpa Hasil

    Sendy yang mendengar ucapan Thomas pun langsung terkejut dan melihat ke arah yang ditunjuk. Ternyata di sana tidak ada apa-apa."Mana?""Hahaha. Nggak, nggak. Aku cuma bercanda.""Sialan! Jangan kayak gitu!""Kenapa mendadak jadi penakut? Padahal tadi siang berani banget nyelidiki sampe toilet," ucap Thomas."Masalahnya ini baru aja habis ngelihat hantu. Ya kesan takutnya masih kerasa, lah. Entah kalau nanti. Mungkin akan hilang. Ya biasanya kayak gitu," ucap Sendy."Berarti berani pulang sendiri, entar?" Kali ini Rio yang bertanya."Mungkin.""Yeee. Ya jangan mungkin. Yang yakin, dong.""Hmm. Ya, ya. Aku berani. Aku laki-laki. Ngapain juga harus takut," ucap Sendi."Baguslah. Kita emang gak boleh takut," ucap Thomas.Setelah itu, ketiganya pun diam. Musik mulai menyala, dan sang penyanyi di cafe itupun mulai menyanyikan sebuah lagi. Thomas, Rio dan Sendi dapat melihat dengan jelas tentang bagaimana penyanyi cantik itu bernyanyi serta berjoget di sana. Namun itu bukan tujuan utama mer

  • Teror Hantu Janda Muda   Gangguan Perjalanan

    "Gak, gak. Aku berani," ucap Sendy."Oh. Syukur deh. Kalau begitu tunggu di rumah dulu. Jangan berangkat dulu.""Kenapa?""Aku belum izin orang tua. Hahaha. Kalau gak diizinin ya gak jadi.""Lah. Parah banget.""Lha iya. Tapi akan tetap aku usahakan. Ya udah. Udah dulu. Aku mau bilang ke mereka.""Siap, deh."Thomas mematikan panggilan teleponnya. Ia pun kemudian berniat untuk menemui orang tuanya yang kini sedang menonton televisi. Entah diberi izin atau tidak, ia tetap harus mencoba untuk meminta izin."Eee ... Aku mau keluar, boleh nggak?" tanya Thomas ke keduanya."Keluar ke mana, sih? Harusnya kalau malam-malam di rumah aja," kata ibunya."Harusnya sih gitu, Bu. Tapi ini penting banget," kata Thomas."Penting apa?" Kali ini ayahnya yang bertanya."Ada tugas. Lagian entar aku juga sama Rio. Sama si Sendy juga. Aku gak sendiri, kok."Ada keraguan di hati kedua orang tuanya untuk memberikan izin kepada sang anak. Tentu itu disebabkan oleh teror hantu yang akhir-akhir ini ada di kamp

  • Teror Hantu Janda Muda   Dugaan Pemerkosaan dan Pembunuhan

    "Rumit, sih. Kalau aku hubungkan dengan yang difilm-film, kayaknya Tante Marni ini diperkosa seseorang. Mungkin sampai hamil. Lalu setelah mengetahui bahwa dirinya hamil, dia jadi malu dan memutuskan untuk pergi dari kampung sini," ucap Thomas."Terus soal teror hantu itu?""Kurasa itu emang hantunya Tante Marni. Ini mungkin, ya. Mungkin ketika perjalanan pergi, si pelaku itu membunuh Tante Marni dan membuangnya di suatu tempat yang kita tidak tahu di mana. Makanya itu arwahnya jadi tidak tenang dan menghantui kampung ini.""Nah, sekarang yang jadi pertanyaan, kenapa yang dihantui kampung ini. Maksudku, kenapa dia gak menghantui orang yang udah memerkosa dia?" tanya Nana.Thomas tersenyum meremehkan. Ia sudah menebak dari awal kalau bakalan ada yang bertanya seperti itu, dan ternyata benar, Nana bertanya seperti yang ia pikirkan."Itulah alasan kenapa aku tidak ingin siapapun tahu tentang penemuan test pack itu, tak terkecuali juga Pak RT. Hantu Tante Marni meneror kampung ini, kemung

  • Teror Hantu Janda Muda   Test Pack

    Wajah makhluk itu tak nampak karena tertutup oleh rambut panjangnya. Namun tetap saja terlihat sangat menyeramkan.Thomas mengembalikan pensil alis itu ke tempat semula. Setelah itu ia memutuskan untuk mencari sesuatu yang lain. Di saat yang bersamaan, sosok hantu menyeramkan itu juga sudah menghilang dari sana."Ah, apa Tante Marni tidak meninggalkan sesuatu yang lain soal kepergiannya?" tanya Thomas pada dirinya sendiri.Ia mengembuskan napas pelan. Entah kenapa ia merasa bahwa penyelidikan ini pasti akan berakhir dengan sebuah kegagalan. Itu yang ada di pikiran Thomas saat ini.Thomas terus mencari sesuatu yang berada di kamar itu. Ia benar-benar mengesampingkan rasa takutnya, atau bahkan bisa dibilang menghilangkan rasa takutnya itu. Berada di dalam kamar yang gelap dan sepi tanpa ditemani oleh siapapun. Jelas itu terasa seperti uji nyali baginya. Namun ia seolah tak peduli dengan itu semua. Misinya jauh lebih penting daripada rasa takutnya."Seandainya aku punya indera ke-enam. A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status