Home / Horor / Teror Hantu Janda Muda / Tante Intan atau Siapa?

Share

Tante Intan atau Siapa?

Author: M Nur Fadli
last update Last Updated: 2022-10-08 17:24:49

"Tepat," jawab Sendy. Sontak hal itu membuat suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya.

"Hahaha ... Bercanda. Aku minta sama Pak Mamat, bukan nyuri," lanjutnya.

Semuanya pun akhirnya bisa bernapas lega. Wajar saja kalau mereka khawatir. Sebelumnya pernah ada kejadian pencurian pisang di kebun tersebut. Pencurinya adalah seseorang dari desa lain. Anehnya, pencuri itu malah mengembalikan pisang yang telah ia curi kepada Pak Mamat. Katanya ia tak sanggup diteror oleh sosok hantu bungkus. Sampai sekarang pun tidak ada yang tahu apakah sosok hantu itu memang peliharaannya Pak Mamat yang ia suruh untuk menjaga kebunnya atau cuma hantu yang kebetulan menghuni daerah tersebut. Itu adalah misteri yang belum terpecahkan sampai saat ini, tapi juga tidak terlalu penting untuk dipecahkan.

"Daripada kita berdiam diri, mending kita bercerita tentang suatu hal," ucap Sendy.

"Cerita apa? tanya Miya penuh kebingungan.

"Sesuai dengan yang lagi viral di desa ini," jawab Sendy.

"Jangan bercanda kau. Kalau aku tidak berani pulang gimana nanti?" tanya Miya.

"Nginep di sini juga boleh. Hahaha."

"Boleh juga. Asalkan kau tidur di luar," kata Miya.

"Kalau seperti itu, lebih baik kau pulang saja. Lagian rumahmu sama rumahnya Nana kan gak terlalu jauh dari sini. Jalan kaki aja bisa sampai," kata Sendy. Yang lainnya menahan tawa.

Suasana malam masih jauh dari kata menyeramkan. Hal itu dikarenakan mereka masih berkumpul bersama. Dengan begitu, ketakutan pun tak mudah muncul di hati mereka. Demikian pula dengan hantu yang mungkin juga tak berani muncul di hadapan banyak orang. Jadi, sebuah keberanian pun masih bisa melekat kuat di dalam diri lima remaja itu.

Namun, sebuah ide buruk terlintas di pikiran Sendy. Lelaki berbadan kekar itu dengan bodohnya mengajak teman-temannya untuk membahas hal-hal yang berbau mistis. Padahal kata orang-orang, jika mereka dibicarakan, maka itu sama saja dengan mengundang mereka. Bahkan membaca sebuah cerita tentang mereka saja pun juga termasuk mengundang kehadiran mereka.

"Aku rasa malam ini akan ada lagi yang ngelihat hantu itu," kata Sendy.

"Woi, jangan dibahas! Nanti kalau dia nongol baru tahu rasa kau," kata Rio.

"Tidak, dengarkan ceritaku dulu! Dulu juga pernah ada kejadian seperti ini di kampung nenekku. Tiap malam ada aja orang yang mengaku melihat hantu. Kejadiannya terjadi secara terus-menerus dan berakhir ketika mayat hantu itu ditemukan," ucap Sendy.

"Jadi maksudmu hantu yang meneror desa kita itu aslinya adalah orang mati yang mayatnya belum dikubur secara layak?" tanya Rio.

Sambil mengelus-elus janggutnya, Sendy membenarkan apa yang Rio katakan. Sekarang ia bagai seorang paranormal yang tahu segalanya tentang hal supranatural. Itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuknya.

"Tante Marni," ucap Thomas.

"Apa maksudnya dengan Tante Marni?" tanya Nana.

"Apa jangan-jangan Tante Marni yang jadi hantu itu?" tebak Thomas.

"Maksudmu Tante Marni sudah meninggal? Kalau menurutku tidak mungkin. Karena kata orang-orang, dia pergi ke tempat saudaranya yang berada di luar kota. Tapi gak ada yang tahu apa nama kotanya dan siapa saudaranya itu," kata Sendy.

"Dari mana kau tahu?" tanya Thomas.

"Waktu bapak dan beberapa warga lainnya menggeledah rumahnya, mereka menemukan tulisan di sebuah kertas. Di situ tertulis bahwa Tante Marni berpamitan ke seluruh warga desa bahwa dia ingin tinggal di rumah saudaranya yang terletak di luar kota," kata Sendy.

Tak bisa dipercayai. Jika itu memang benar adanya, kenapa  ia tidak mendengar berita tentang hal tersebut? Itulah yang dipikirkan Thomas saat ini. Namun apapun alasannya, tidak ada pilihan lain selain hanya percaya. Lagipula, jika tebakannya itu benar bahwa Tante Marni telah menjadi hantu gentayangan, bukankah seharusnya hantu itu sudah ada sejak tiga hari yang lalu? Tapi desa itu baru dihebohkan oleh teror hantu tadi malam.

"Sepertinya apa yang dikatakan Sendy memang benar. Baru tadi malam kejadiannya. Aku mendengar suara tangisan perempuan waktu aku akan tidur. Besar kemungkinan kalau tangisan itu berasal dari hantu yang meneror desa kita. Tentang kenapa dia menangis, mungkin saja ia butuh pertolongan agar jasadnya ditemukan," ucap Thomas.

"Tunggu! Tangisan? Dari mana asal tangisan itu?" tanya Miya.

"Nggak tahu juga. Suaranya pelan. Mungkin dari luar rumah," jawab Thomas.

"Hahaha ... Kau salah. Jika suaranya pelan, berarti hantu itu sedang ada di tempat yang sangat dekat denganmu. Mungkin dia juga ada di kamarmu. Di kolong tempat tidurmu, di lemari mu ataupun di atasnya, atau juga bisa di pojokan kamarmu. Begitu juga sebaliknya. Kalau suaranya keras, justru dia sedang berada di tempat yang jauh dari kamu. Berarti tadi malam itu kamu mungkin tidur dengan ditemani sama dia," kata Sendy.

Lalu, bagaimana ekspresi Thomas ketika dia mendengar ucapan Sendy? Tentu saja dia terkejut setengah mati. Walau bagaimanapun juga dia itu bukan tipe orang yang pemberani. Apalagi kalau sudah berurusan dengan makhluk tak kasat mata.

Saking takutnya ia sudah tak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya hanya tertuju pada kejadian semalam. Kalau saja ia tahu tentang itu dari awal, mungkin tadi malam ia sudah berlari dari kamarnya. Manusia mana yang mau satu kamar dengan hantu?

"Aku kebelet kencing. Numpang ke toilet dulu, Sen," ucap Thomas.

"Iya, silahkan. Gratis, gak dipungut biaya," kata Sendy. Yang lain pun tertawa pelan.

Tak ingin menanggapi ucapan dari sang tuan rumah, Thomas bergegas untuk menuju ke toilet. Namun ketika dirinya baru sampai di dapur, lampu rumah tiba-tiba mati. Ia agak terkejut sebenarnya, tapi setelahnya ia berpikir bahwa itu semua ulah dari teman-temannya.

"Sialan mereka. Kurang kerjaan," ucapnya dan memutuskan untuk kembali.

Tapi, ada satu hal yang menarik perhatiannya. Samar-samar ia melihat ada seseorang selain dia yang berada di dapur. Dari pandangan matanya, itu adalah seorang perempuan. Ia cuma melihatnya sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk bertanya.

"Tante Intan," panggilnya. Itu adalah nama dari ibunya Sendy.

Yang ia panggil tidak menjawab. Bahkan menoleh pun tidak. Wanita itu terus saja membelakangi dia seakan-akan sedang sibuk dengan sesuatu yang berada di meja dapur. Thomas kembali berusaha untuk memanggil orang itu.

"Tante Intan, saya mau numpang ke toilet, tapi tiba-tiba lampunya mati. Tante Intan sendiri lagi apa?" tanyanya.

Tapi, hal yang sama pun terjadi lagi. Tidak ada jawaban yang ia terima atas pertanyaannya. Mulai timbul pertanyaan di hatinya. Tentang siapa, mengapa dan ada apa. Tapi, ia memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu sambil setengah berlari. Di dalam larinya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara yang begitu menggema di telinganya. Ia pun sampai melompat kaget dibuatnya. Suara apakah itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teror Hantu Janda Muda   Keanehan Ayahnya Thomas

    Sendi berusaha untuk mengatur napasnya yang tak beraturan. Bayang-bayang tentang wajah mengerikan dari sang hantu masih terus singgah di kepalanya. Sangat menyeramkan memang.“Dia di sini,” ucap Sendi pelan.Thomas langsung paham dengan apa yang Sendi katakan. Ia tentunya terkejut sekaligus takut. Ia arahkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar, tapi tak ada apapun di sana. Ia tahu, hantu itu pasti hanya akan memunculkan diri di depan satu orang. Mungkin setelah ini, giliran dia yang akan didatangi.“Gak ada apa-apa, Sen. Udah, tenanglah!” pinta Thomas.“Dia di sini, Thomas.”Thomas bingung harus berbuat apa. Di satu sisi, ia memang takut. Tapi di sisi lain, ia juga ingin permasalahan ini cepat-cepat selesai. Ia tak mau ini jadi teror yang berkelanjutan tanpa ada ujungnya. Rasanya sudah lelah kalau tiap hari harus dihantui oleh hantu Marni. Ia ingin hidup dengan tenang seperti sedia kala.“Hufff ....” Thomas mengembuskan napas pelan.“Kalau kamu beneran Tante Marni, keluarlah! Kami i

  • Teror Hantu Janda Muda   Dihantui Lagi

    "Udah, jangan banyak nanya. Lupakan saja! Intinya fokus nyetir supaya bisa cepat-cepat sampai," kata Rio."Oke, oke."Entah makhluk yang dimaksud Rio masih mengejar atau tidak, Thomas pun tak tahu. Rio pun mungkin juga sama tidak tahu. Akan tetapi hal itu sudah tak perlu dikhawatirkan lagi kala mereka sudah sampai di rumah Thomas."Cepetan Thom, buka garasimu. Biar aku yang masukin motornya.""Tam Tom. Aku bukan kucing.""Sudahlah, jangan protes! Cepat!" perintah Rio lagi."Iya, tunggu!"Thomas langsung berlari masuk ke dalam rumah dan segera membuka pintu garasi. Selepas itu ia pun langsung menyuruh kedua temannya itu untuk memasukkan motor ke garasi.***"Hufff. Emang kamu lihat apa tadi?" tanya Sendi sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur kamar Thomas."Biasalah. Ya tahu sendiri, lah," jawab Rio."Kurasa kita memang harus cepat-cepat memecahkan misteri ini, deh. Kita gak bisa membiarkan hantu itu meneror kampung kita lebih lama lagi," ucap Thomas."Iya, emang. Makanya itu kita h

  • Teror Hantu Janda Muda   Pulang Tanpa Hasil

    Sendy yang mendengar ucapan Thomas pun langsung terkejut dan melihat ke arah yang ditunjuk. Ternyata di sana tidak ada apa-apa."Mana?""Hahaha. Nggak, nggak. Aku cuma bercanda.""Sialan! Jangan kayak gitu!""Kenapa mendadak jadi penakut? Padahal tadi siang berani banget nyelidiki sampe toilet," ucap Thomas."Masalahnya ini baru aja habis ngelihat hantu. Ya kesan takutnya masih kerasa, lah. Entah kalau nanti. Mungkin akan hilang. Ya biasanya kayak gitu," ucap Sendy."Berarti berani pulang sendiri, entar?" Kali ini Rio yang bertanya."Mungkin.""Yeee. Ya jangan mungkin. Yang yakin, dong.""Hmm. Ya, ya. Aku berani. Aku laki-laki. Ngapain juga harus takut," ucap Sendi."Baguslah. Kita emang gak boleh takut," ucap Thomas.Setelah itu, ketiganya pun diam. Musik mulai menyala, dan sang penyanyi di cafe itupun mulai menyanyikan sebuah lagi. Thomas, Rio dan Sendi dapat melihat dengan jelas tentang bagaimana penyanyi cantik itu bernyanyi serta berjoget di sana. Namun itu bukan tujuan utama mer

  • Teror Hantu Janda Muda   Gangguan Perjalanan

    "Gak, gak. Aku berani," ucap Sendy."Oh. Syukur deh. Kalau begitu tunggu di rumah dulu. Jangan berangkat dulu.""Kenapa?""Aku belum izin orang tua. Hahaha. Kalau gak diizinin ya gak jadi.""Lah. Parah banget.""Lha iya. Tapi akan tetap aku usahakan. Ya udah. Udah dulu. Aku mau bilang ke mereka.""Siap, deh."Thomas mematikan panggilan teleponnya. Ia pun kemudian berniat untuk menemui orang tuanya yang kini sedang menonton televisi. Entah diberi izin atau tidak, ia tetap harus mencoba untuk meminta izin."Eee ... Aku mau keluar, boleh nggak?" tanya Thomas ke keduanya."Keluar ke mana, sih? Harusnya kalau malam-malam di rumah aja," kata ibunya."Harusnya sih gitu, Bu. Tapi ini penting banget," kata Thomas."Penting apa?" Kali ini ayahnya yang bertanya."Ada tugas. Lagian entar aku juga sama Rio. Sama si Sendy juga. Aku gak sendiri, kok."Ada keraguan di hati kedua orang tuanya untuk memberikan izin kepada sang anak. Tentu itu disebabkan oleh teror hantu yang akhir-akhir ini ada di kamp

  • Teror Hantu Janda Muda   Dugaan Pemerkosaan dan Pembunuhan

    "Rumit, sih. Kalau aku hubungkan dengan yang difilm-film, kayaknya Tante Marni ini diperkosa seseorang. Mungkin sampai hamil. Lalu setelah mengetahui bahwa dirinya hamil, dia jadi malu dan memutuskan untuk pergi dari kampung sini," ucap Thomas."Terus soal teror hantu itu?""Kurasa itu emang hantunya Tante Marni. Ini mungkin, ya. Mungkin ketika perjalanan pergi, si pelaku itu membunuh Tante Marni dan membuangnya di suatu tempat yang kita tidak tahu di mana. Makanya itu arwahnya jadi tidak tenang dan menghantui kampung ini.""Nah, sekarang yang jadi pertanyaan, kenapa yang dihantui kampung ini. Maksudku, kenapa dia gak menghantui orang yang udah memerkosa dia?" tanya Nana.Thomas tersenyum meremehkan. Ia sudah menebak dari awal kalau bakalan ada yang bertanya seperti itu, dan ternyata benar, Nana bertanya seperti yang ia pikirkan."Itulah alasan kenapa aku tidak ingin siapapun tahu tentang penemuan test pack itu, tak terkecuali juga Pak RT. Hantu Tante Marni meneror kampung ini, kemung

  • Teror Hantu Janda Muda   Test Pack

    Wajah makhluk itu tak nampak karena tertutup oleh rambut panjangnya. Namun tetap saja terlihat sangat menyeramkan.Thomas mengembalikan pensil alis itu ke tempat semula. Setelah itu ia memutuskan untuk mencari sesuatu yang lain. Di saat yang bersamaan, sosok hantu menyeramkan itu juga sudah menghilang dari sana."Ah, apa Tante Marni tidak meninggalkan sesuatu yang lain soal kepergiannya?" tanya Thomas pada dirinya sendiri.Ia mengembuskan napas pelan. Entah kenapa ia merasa bahwa penyelidikan ini pasti akan berakhir dengan sebuah kegagalan. Itu yang ada di pikiran Thomas saat ini.Thomas terus mencari sesuatu yang berada di kamar itu. Ia benar-benar mengesampingkan rasa takutnya, atau bahkan bisa dibilang menghilangkan rasa takutnya itu. Berada di dalam kamar yang gelap dan sepi tanpa ditemani oleh siapapun. Jelas itu terasa seperti uji nyali baginya. Namun ia seolah tak peduli dengan itu semua. Misinya jauh lebih penting daripada rasa takutnya."Seandainya aku punya indera ke-enam. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status