Share

Bab 3 : Anak Pesugihan

Author: Bulan Purnama
last update Last Updated: 2023-07-07 15:00:15

Ressa memandang tajam tulisan di hadapannya, tiba tiba kertas itu bergulir dan menampilkan tulisan lain.

KELUARGA PEMBUNUH

Degup jantung Ressa semakin kuat, ada apa ini sebenarnya ?

Ressa memejamkan matanya, mencerna kata-kata yang tadi tertulis di kertas tersebut.

BRAK

Kedua mata Ressa terbuka seketika, pintu kamarnya kembali tertutup sekarang.

Dengan gerakan perlahan Ressa turun dari ranjangnya, dengan berbekal sebilah golok di tangannya Ressa keluar dari kamarnya.

Ressa celingukan waspada dengan keadaan yang begitu sunyi.

Tiba tiba Ressa melihat sekelebat bayangan hitam di bawah sana. Dengan cepat Ressa turun ke bawah, dan segera menuju pintu depan. Ressa sangat yakin kalau dia lewat pintu depan.

"Kemana dia?" gumam Ressa masih dengan waspada.

Treng

Sebuah kaleng menggelinding tepat di hadapannya. Sebelum Ressa mengambilnya, Ressa melihat-lihat dulu suasana disekitar rumahnya. aman, tidak ada siapapun. Ressa, mengambil kaleng berbentuk tabung itu lalu membukanya.

Lagi lagi sebuah kertas.

KEMBALIKAN APA YANG TELAH KELUARGAMU AMBIL

Deg

Jantungnya terasa berhenti berdetak untuk sementara waktu, lagi-lagi soal nyawa.

Dengan hati tidak tenang dan mata yang terus melirik kanan kiri, Ressa memutuskan untuk Kembali ke dalam rumah.

"Huaaaaahhhh," jerit Ressa saking kagetnya.

Nampak Andini sudah berkacak pinggang di depannya.

"Kamu kalau mau keluar bangunin aku dong Ress, gimana sih mana bawa golok lagi," ujar Andini menahan kesal.

Ressa mengusap dadanya mencoba menstabilkan jantungnya.

"Maaf Andini, aku lupa," jawab Ressa pelan.

"Masuk yuk, kamu tahu gak ini jam berapa? Jam 12 malam. Aku sampai kaget tahu gak kamu gak ada di sampingku," ucap Andini sambil melangkah diikuti Ressa.

"Biar aku yang tutup pintu," kata Ressa setelah mereka masuk ke dalam.

Saat mulai menutup pintu, Ressa kembali melihat seseorang di luaran sana yang memakai topeng tengah berdiri di benteng rumahnya yang cukup tinggi, tidak lupa kapaknya melambai-lambai ke arahnya.

JEBRED

Sekuat tenaga Ressa membanting pintu, Ressa langsung memeluk Andini erat.

"Aku takut Andini, aku takut ...."

Ressa menumpahkan air matanya dipelukan Andini.

"Aku akan selalu ada bersamamu Ressa," ucap Andini pelan menenangkan Ressa.

Rosmi datang terpogoh pogoh. Rosmi terbangun karena jebredan suara pintu yang begitu keras.

"Ada apa ini? Kenapa dengan Non Ressa?" tanya Rosmi terdengar khawatir.

Andini terdiam bingung harus menjawab apa.

"Non kenapa?" tanya Rosmi.

"Dia datang lagi Bi," jawab Ressa pelan.

"Siapa?" tanya Rosmi bingung.

Andini menggelengkan kepalanya, memberikan isyarat pada Rosmi agar tidak bertanya terlebih dahulu, Ressa butuh ketenangan.

Setelah cukup lama Ressa menangis, dia kembali ke kamarnya bersama Andini. Mereka membaringkan tubuhnya bersama.

"Ressa, udah tidur aja jangan takut ada aku disini," kata Andini yang melihat Ressa terbengong.

"Bagaimana kalau dia datang lagi?" tanya Ressa cemas.

"Ada aku disini, kamu jangan takut," ucap Andini menenangkan hati Ressa.

"Andini apa kamu percaya dengan apa yang aku lihat?" Ressa menatap kedua bola mata Andini, berharap jawaban Andini sama dengan isi hatinya.

"Aku tidak tahu Ressa, aku masih berpikir kalau kamu berhalusinasi, maaf," jawab Andini menundukkan kepalanya. Sejauh ini Andini memang belum percaya dengan apa yang Ressa ceritakan.

"Dia beneran ada Andini, aku melihatnya sendiri." Ressa menggoyangkan bahu Andini, meyakinkanya kalau apa yang dia ucapkan adalah kenyataan.

"Iya baiklah aku percaya. Sekarang kita tidur, jangan berpikir hal yang tidak-tidak, besok kita sekolah," kata Andini merebahkan kembali badannya.

Andini mulai memejamkan matanya, berbeda dengan Ressa yang terus berpikir. Ada yang ganjal di hatinya. Semua pintu sudah terkunci rapat, namun Ressa melihat dia keluar lewat pintu depan. Bagaimana ini bisa terjadi?

'Apa mungkin ada kaitannya dengan Pak Tio ataupun Bi Rosmi?' batin Ressa mulai curiga, secara hanya mereka yang memegang kunci rumah ini, tidak ada yang lain.

***

Ressa terbengong di meja makan, dengan mata sayu karena semalaman kurang tidur.

Pikirannya begitu rumit, memikirkan teror yang belum terpecahkan. Ressa meyakinkan diri kalau si pemegang kapak adalah manusia bukan hantu. Hanya tinggal mencari tahu apa motifnya dia melakukan itu padanya.

Tap

Tap

Tap

Langkah kaki membuyarkan lamunannya, Ressa menoleh ke belakang. Tampak di sana Zaki memandang Ressa dengan senyumanya. Namun, Zaki tidak datang sendiri, seorang wanita berdiri di sampingnya mengamit lengan Zaki.

"Selamat pagi Ressa," sapa Zaki sumringah.

"Ayah? selamat pagi," balas Ressa sedikit tersenyum. Hatinya mendadak sakit saat Zaki membawa perempuan asing ke rumah ini. Sedangkan ibunya saja baru meninggalkan mereka masih belum lama.

Ressa memperhatikan wanita itu dari atas sampai bawah, sangat modis sekali. Jika wanita ini calon pengganti ibunya, Ressa tidak bisa menerimanya. Hatinya menolak, satu masalah saja belum kelar, sekarang ayahnya pulang malah membawa beban bagi Ressa.

"Ibu baru." Andini menyenggol lengan Ressa.

"Gak setuju," kata Ressa datar.

Ressa menyalami Zaki, tapi tidak dengan wanita itu.

"Ressa kenalin ini Tante Dea, dia sekertaris Ayah sekaligus ...."

"Ressa Tante, dan ini temanku, Andini." Ressa memotong cepat ucapan Zaki.

"Iya salam kenal," ucap Dea berusaha terseyum.

Zaki tidak banyak bicara, memberikan waktu untuk Ressa bisa menerimanya.

Zaki dan Dea ikut sarapan pagi terlebih dahulu sebelum berbicara hal lain.

"Mas, aku mau ke kamar mandi," ucap Dea pelan.

"Kamu bisa ke kamar mandi tamu, sebelah sana." Zaki menunjuk kamar tamu yang tak jauh dari ruang makan.

Tanpa rasa canggung, Dea langsung menuju kamar yang Zaki tunjukan.

Dea memasuki kamar mandi, memutar kran bersiap untuk membasuh tangannya sebelum melakukan hal lain.

"Aaaaaaaaaaaa ...." Dea menjerit sekuat tenaga.

Zaki yang mendengar itu langsung berlari ke kamar mandi diikuti Ressa dan Andini.

"Dea ada apa?" Zaki berteriak dengan wajah cemas. Membuka pintu kamar mandi dengan kasar.

"Darah Mas darah, kran airnya mengeluarkan darah," ucay Dea dengan nafas tak beraturan. Tangannya terus menunjuk pada wastafel.

"Jangan ngada ngada kamu!" bentak Zaki tidak percaya sama sekali.

"Enggak aku beneran Mas, beneran." Dea memelas, meyakinkan Zaki.

Zaki menuju kran dan memutarnya, air pun keluar.

"Air nya bersih bening-bening aja gak ada darah

Makanya kamu jangan kebanyakan nonton film horor jadi terbawa suasana kan," kata Zaki kesal.

"Enggak Mas beneran, kalau gak percaya coba kamu cium tanganku ini, bau anyir darah, aku belum sempat mengeringkannya." Dea mengulurkan tangannya. Tapi Zaki diam saja, Zaki hanya menatap Dea tajam.

Ressa mendekati tangan Dea, bau amis menyeruak ke hidungnya, Dea tidak berbohong.

"Kenapa Ress?" tanya Zaki.

"Tangannya beneran bau anyir darah," jawab Ressa pelan.

"Ressa kita berangkat, sudah siang," ucap Andini dari belakang yang sejak tadi memperhatikan mereka.

"Oh iya, aku pamit sekolah dulu, Assalamualaikum,"

Ressa dan Andini mencium tangan Zaki bergantian.

"Wa'alaikumsalam."

***

"Andini kamu lihat sendirikan di rumahku itu aneh," tutur Ressa saat jam istirahat.

"Aku gak tau Ress, soalnya aku belum melihatnya sendiri," sahut Andini ternyata masih tetap dengan pendiriannya.

"Dengan cara apa aku harus meyakinkan kamu Andini?" tanya Resa sudah mulai geram. Andini benar-benar membuatnya kesal.

"Mungkin ada waktunya jika aku melihatnya sendiri Ressa," jawab Andini pelan.

"Hay Ressa si anak pesugihan, gimana sudah punya tumbal hari ini? Hahaha ...."

Tiba tiba Sekar datang bersama kedua temannya, dan langsung mengatakan hal yang tidak senonoh itu.

"Berhenti menyebutku anak pesugihan Sekar! Mereka pergi bukan karena jadi tumbal tapi ini sudah takdir!" Ressa berdiri sudah tidak tahan rasanya, sejak kepergian kakak dan ibunya yang hanya berjarak beberapa minggu itu, Sekar selalu memanggilnya dengan sebutan anak pesugihan.

Hati Ressa kembali sakit saat teringat kematian ibu dan kakaknya kembali di ungkit.

Memang secara logika tidak ada salah apa yang di katakan Sekar. Sejak kepergian Wulan dan Ibunya, harta kekayaan Zaki Herlambang semakin melesat, perusahan yang di kelolanya semaki maju hingga mengalahkan perusahaan yang di kelola ayahnya Sekar.

Tunggu, ayahnya sekar?

Tiba tiba prasangka buruk Kembali mempengaruhi pikiran Ressa.

"Lantas jika bukan anak pesugihan, lalu apa? Anak dukun?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 20 : Pak Alvin

    "Paman." Ressa terkejut saat Sam berada di dekatnya, entah kapan dia datang."Ada apa dengan kalian?" Sam kembali bertanya."Tidak ada paman, ini hanya sebatas masalah sekolah saja. Kami beda pemahaman, kami sedang membahas soal pelajaran yang tadi Bu Wanda terangkan," ucap Andini berbohong."I-iya itu benar," timpal Ressa membenarkan."Apa itu benar?" Sam kembali memastikan, dia menatap Andini dan Ressa secara bergantian.Ressa menganggukkan kepalanya, dia terpaksa harus berbohong. Tidak baik juga melibatkan orang lain dalam permasalahan pribadinya."Baiklah, paman kembali bekerja. Teruskan belajar kalian."Ressa bernafas lega begitupun dengan Andini saat Sam tidak banyak bertanya."Maafkan aku Andini, maaf karena perkataanku yang mungkin saja sudah melukai hatimu," ucap Ressa tulus.Andini tersenyum, dia tidak mempermasalahkannya."Jika aku di posisimu, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama," ucap Andini, "tapi, akan lebih baik jika kamu tidak langsung menuduh juga, walaupun

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 19 : Mencari Tahu

    Ressa menarik tas besar yang berada di kolong ranjang Rosmi. Setelah tas itu berhasil dikeluarkan, Ressa berusaha membukanya. Namun sayangnya begitu sulit sekali, ternyata terdapat gembok kecil di sana."Tas apa ini, Non?" tanya Tio."Pak Tio keluar saja, sebelum kamera pengintai itu curiga, karena Pak Tio tak kunjung kembali," kata Ressa pelan, dia tidak mau rencananya gagal."Pak Tio pura-pura apa saja di dapur, sementara itu aku akan menyelesaikan tugasku disini," lanjut Ressa, dia benar-benar cemas sekali takut terjadi apa-apa.Tio tidak menolaknya, dia pun kembali ke dapur setelah memastikan Ressa baik-baik saja. Tio berpura-pura menyeduh kopi sambil mencari sesuatu di lemari dapurnya, mencari alat untuk membenarkan lampu itu salah satunya. Tio naik kembali ke atas tangga setelah selesai menyeduh kopi. Tio berpura-pura mengotak-atik lampu yang ada di atasnya. Tio melepasnya lampu itu dan membawanya ke bawah. Untuk sekilas lampu itu terlihat seperti lampu biasa pada umumnya, namun

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 18 : Andini?

    Ressa dan Andini menyelesaikan makanannya dengan cepat karena waktu istirahat sebentar lagi habis."Kamu udah tahu siapa namanya?" tanya Andini memicingkan matanya."Pak Alvin, tadi aku tidak sengaja melihat papan namanya," jawab Ressa tersenyum. Kalau dipikir-pikir memang wajahnya begitu tampan sekali. Pak Alvin masih terlalu muda untuk menjadi seorang guru, dan sepertinya dia belum menikah."Ressa!" Andini mengibaskan tangan di depan Ressa yang tersenyum lebar sendirian."Aku tidak papa," jawab Ressa cepat setelah kesadarannya kembali. Pak Alvin tiba-tiba saja mengganggu pikirannya."Ayo cepat, bel sudah berbunyi kita harus segera masuk kelas." Andini beranjak dari kursi makannya, dia menatap Ressa yang masih duduk santai. Ressa tersenyum menggoda Andini kemudian ikut berdiri dan beranjak dari kantin.***"Ressa, aku pulang duluan, ya? Aku ada kepentingan hari ini," ucap Andini saat bel pulang sudah berbunyi. Andini langsung meninggalkan Ressa setelah Ressa menganggukan kepalanya. H

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 17 : Kecemasan Ressa

    Ressa menganggukan kepalanya, kemudian berjalan untuk menemui Zaki. Ponsel Wulan sudah Ressa amankan di saku celananya. Terlihat Tomo dan Rosmi sedang berada di sana, mereka melihat keadaan Zaki."Ayah, apa Ayah baik-baik saja?" tanya Ressa mendekati Zaki."Ayah baik hanya badan saja terasa linu sekali," jawab Zaki sambi mengerjakan kedua bahunya. Badannya terasa sakit semua mungkin karena Zaki jatuh yang mendadak saat sebuah pukulan mendarat di tengkuknya."Syukurlah, apa yang terjadi dengan Ayah?"Zaki tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Zaki tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Zaki tahu, Ressa sedang berusaha mencari informasi tapi Zaki juga sedang berusaha menutupinya."Istirahatlah, biar Ayah ditemani Pak Tio dan Pak Tomo saja," ucap Zaki yang merasa cemas melihat keadaaan Ressa."Aku gak papa, Ayah.""Pergi Ressa, dan jangan berpikir macam-macam. Ayah aman bersama mereka, Bi Rosmi juga bisa beristirahat.""Cepat sembuh, Ayah."Ressa keluar bersama Rosmi, Ressa menuju

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 16 : Sebuah Rencana

    Zaki tidak bisa berkata apa-apa, dia terdiam dengan hati sudah pasrah jika hantunya Sarah menginginkan nyawanya. Lama Zaki terpejam, namun tanda-tanda Sarah menyerang belum Zaki rasakan. Zaki membukanya matanya perlahan, ternyata hantu Sarah sudah menghilang. Zaki celingukan mencari keberadaan hantu tersebut tapi, hantu tidak ada.Buk!***Ressa yang sejak tadi berdiam diri di belakang rumahnya, kini dia mulai masuk. Lama sekali Ressa mencari sesuatu yang tak kunjung dia temukan. Ressa hanya menemukan foto ibunya, Wulan, dan Sarah."Apa ini sejenis tumbal?" gumam Sarah.Zaki pernah mengatakan kalau Sarah adalah sahabatnya. Tapi hati Ressa berkata lain. Apa iya, jika memang Sarah adalah sahabat Ayahnya, apa perlu Zaki melakukan hal seperti itu? Ressa naik ke lantai atas, namun tiba-tiba pandangannya terhenti saat Ressa melihat Zaki terbaring di lantai dengan keadaan tengkurap."Apa yang terjadi?" tanya Ressa pada dirinya sendiri.Ressa berusaha membangunkan Zaki, namun Zaki tidak sad

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 15 : Kepala Sarah

    Ressa melihat seseorang yang berjalan mengendap-endap di bawah sana. Dia memakai pakaian serba hitam. Sayangnya, wajahnya tidak begitu jelas hingga Ressa sulit mengenali orang itu. Kebetulan sekali di sampingnya ada sebuah gagang pel yang rusak. Tanpa pikir panjang lagi Ressa melayangkan gagal perlu tersebut kepada orang di bawah sana yang jaraknya lumayan jauh.Tepat sasaran, gagal pel yang di lemparnya tepat mengenai punggung orang tersebut. Ressa tersenyum manis saat orang itu menengadahkan wajahnya. Belum sempat Ressa melihatnya dengan jelas tiba-tiba saja kabut tebal menyelimutinya hingga penglihatannya terhalang."Sial," umpat Ressa memukul pagar di depannya. "Darimana datangnya kabut ini?" tanya Ressa heran. Suasana di luar begitu terang benderang hanya kebun pisangnya saja yang dipenuhi kabut. Ada yang aneh, jika Ressa perhatikan, kabut itu berasal dari tanah. Bukannya kabut itu berasal dari atas?"Maaf Non, Tuan pulang."Ressa terhenyak, Tio membuyarkan pikirannya yang seda

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 14 : Kamera Pengintai

    "Sekar, kamu kenapa?" tanya Melly cemas, tiba-tiba saja Sekar terduduk di tanah."Kakiku sakit, siapa yang bikin jebakan di sini?" teriak Sekar, sebelah kakinya terperosok ke dalam lubang yang tidak begitu dalam, tapi mampu membuat jantung bekerja lebih cepat dari biasanya."Sini aku bantu." Melly mengulurkan tangannya ke hadapan Sekar. Tidak ada penolakan, Sekar langsung menggenggam tangan Melly dengan erat."Awww .... Kakiku .... " Sekar meringis kesakitan saat Melly mencoba menarik tangannya."Kenapa?" tanya Andini mendekat."Kamu gak lihat, kakiku terperosok ke dalam lubang sempit yang di dalamnya terdapat duri!? Apa jangan-jangan kamu yang sudah siapin ini untukku, ya?!" hardik Sekar sambil menahan sakit di kakinya."Jangan bicara seenaknya, aku aja baru kesini," kata Andini tidak terima. Mana dia tahu soal jebakan, Andini saja baru pertama kali menginjakkan kakinya di sini. Karena Sekar terlalu cengeng, dengan sekuat tenaga Andini menariknya, dan terlepaskan kaki Sekar dari luban

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 13 : Penemuan Sesajen

    Ressa melihat dengan jelas sekali, lampu yang berada di atas pecah. Tanpa berkata apa-apa Ressa berlari memastikan hal lainnya. Tio termenung menatap tali yang baru saja di potong oleh majikannya. Semakin hari semakin terlihat, ketidakberesan di rumah keluarga Herlambang. Tio bekerja di sana baru beberapa tahun saja, setelah Zaki dan Ajeng menikah. Ajeng, ibunya Ressa. Tio belum mengetahui sepenuhnya tentang rumah tersebut."Kenapa jadi merinding disko gini, ya?" gumam Tio pada dirinya sendiri. Tio meninggalkan taman yang sedang di bersihkannya dengan perasaan tidak enak. Tio pergi ke belakang menemui Rosmi."Ros .... Selama kamu kerja di sini, kamu pernah ngalami hal aneh gak?" tanya Tio, melepas rasa penasarannya."Aneh gimana, Pak? Perasan gak ada deh aman-aman saja," jawab Rosmi."Barusan aku nemuin tali di taman kemudian dipotong sama Non Ressa, eehh lampu atas pecah sepertinya itu lampu memang sengaja terhubung sama itu lampu," cerita Tio pada Rosmi."Kebetulan aja kali Pak, mun

  • Teror Kapak Keluarga Tuan Tanah   Bab 12 : Tali Jebakan

    "Saya kurang tahu, Non," jawab Tio.Perlahan Ressa bangkit sambil menahan nyeri di bagian lehernya. Orang rumah tidak ada yang bangun, selain Tio. Aneh, padahal keributan terjadi cukup lama dan menimbulkan suara keras."Biar saya bantu, Non," kata Pak Tio menawarkan bantuan."Tidak usah Pak, terimakasih. Bapak istrirahat saja sepertinya Pak Tio kelelahan," ucap Ressa menolak secara halus. Ressa berjalan ke atas kamarnya kembali. Namun tiba-tiba saja ...."Aaaaaaaaa .... "Ressa terpleset tepat saat dia akan menginjak tangga terakhir. Tubuhnya menggelinding ke bawah, kepalanya juga beberapa kali terbentur. Rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya, tulang-tulangnya terasa linu akibat benturan pada tangga. "Pak Tio .... " panggil Ressa dengan suara lemah. Dia tidak bisa berdiri walaupun sudah beberapa kali mencobanya, kakinya keseleo. Tio pun tidak nampak batang hidungnya saat dia memanggilnya, mungkin Tio sudah kembali beristirahat di kamarnya. Ressa beringsut mendekati anak tangga, ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status