Share

Part 4

"Gue tau Ra," pekik Gretta tiba-tiba, yang kini sedang berjalan ke arah parkiran karena jam pulang telah tiba.

"Tau apaan?" jawab Laura malas sambil duduk dan menyenderkan punggungnya di kursi panjang sementara Gretta malah jongkong di bawah, random banget tingakah ni bocah.

"Yang nyium lo tadi pagi Alexkan," heboh Gretta.

"Kata siapa?" heran Laura.

"Kata alex, dia yang bilang sendiri sama gue pas di kantin tadi," jelas Gretta.

Laura memutar kedua matanya malas, mendengar penjelas Gretta dari Alex yang tak ada benarnya.

"Setelah gue tau yang nyium lo itu Alex, lo tau Ra apa yang gue lakuin?" tanya Gretta pada Laura.

"Lo pukul, tendang atau lo bunuh orangnya," tebak Laura antusias merasa Gretta sedang melindunginya.

Gretta menggelengkan kepalanya cepat mendengar jawaban Laura.

"Terus lo apain?" tanya laura dengan kening berkerut.

"Gue minta di cium sama Alex, eh malah di toyor kepala gue sama si curut Rafa," emosi Gretta sambil mengingat kejadian tadi di kantin.

Pupus sudah harapan Laura mengira sahabatnya ini akan melindunginya, Laura pikir ucapan Gretta tadi pagi hanya suatu bualan ternyata ia sunguh-sunguh ingin di cium.

"Yailah gue toyor tuh kepala, minta di cium sama sembarangan orang aja, jangan kaya cewek murahan deh lo," Omel Rafa yang tiba-tiba muncul bersama Alex di belakang Rafa.

"Gue bukan cewek muarahan Rafa," bantah Gretta tak terima sambil berdiri dengan mata yang berlinang.

"Kalau lo bukan cewek murahan, stop minta di cium sama cowok" bentak Rafa.

"Gue bukan cewek murahan," ucap Gretta sambil terisak.

"Terus apa, lonte, bict atau wanita malam," ucap Rafa pedas.

mendengar ucapan Rafa tangis Gretta makin kencang, Laura berdiri dan menarik Gretta ke dalam pelukanya mencoba menenangkannya.

"Lo apaan sih," marah Laura sambil melotot.

"Kenapa? Ada yang salah dari ucapan gue," nyolot Rafa.

"Udalah Fa, kasian anak orang nangis gitu," ucap Alex yang sejak tadi diem.

Rafa berjalan menuju pohon yang agak jauh dari mereka dan duduk di bawahnya sambil memeperhatikan Gretta yang masih saja menangis di pelukan Laura.

Sementara Laura terus membujuk Gretta agar berhenti menangis, dan melepaskan pelukanya yang semakin kencang memeluk Laura, hingga Laura kesulitan bernafas.

"Ta lepasin gue susah nafas," Laura mencoba mendorong Gretta tapi percuma dia malah makin kencang meluknya, salah Laura sendiri malah menarik Gretta ke dalam pelukannya.

"Gak mau! gue nyaman di peluk, apalagi dada lo empuk, kayanya kenyal, gue pegang boleh?" tanya Gretta sambil menekankan kepalanya ke dada Laura.

Laura refleks mendorong Gretta sekuat tenaga, al hasil Gretta malah terdorong hingga jatuh ke tanah.

"Laura lo jahat," teriak Gretta.

Gretta berdiri sambil mengambil tisu yang berada di saku roknya, lalu mengelap hidungnya yang penuh dengan ingus sampe meler gara-gara menangis tadi.

"Ih jorok amat," pekik Laura, lalu melihat baju seragamnya yang ternyata ada bekas ingus Gretta juga.

"Ih Gretta ingus lo kena baju gue," teriak Laura bergidik jijik.

"Sini gak lo," Laura menarik paksa tangan Gretta dan mengambil tisu yang berada di sakunya lalu membersikan ingus Gretta yang berada di baju seragamnya itu.

"Lo bener-bener jorok," marah Laura yang telah selesai membersihkan ingus tersebut, lalu membuang tisu di tempah sampah yang berada di dekat Laura.

"Bodo," ucap Gretta tak peduli.

Sementara Alex sejak tadi duduk anteng di atas motornya, sambil melihat kegaduhan yang Laura dan Gretta perbuat sambil sesekali memainkan hpnya, dan ikut terkekeh melihat kekonyolan yang mereka perbuat.

"Laura," panggil ezra yang berjalan mendekati Laura.

"Ayo, jadikan? " tanya Ezra yang telah berdiri di depan Laura.

"Iya ayo," jawab Laura

Laura mengelurkan sweater berwarna marun yang berada di dalam tasnya lalu memakainya, tak mungkin Laura jalan bersama Ezra dengan kondisi baju seragamnya yang kotor bekas ingus Gretta meskipun telah di bersihkan tetap saja mengganggu.

"Mau kemana?" tanya Gretta.

"Kepo lo," ucap Laura sambil menjulurkam lidahnya.

Ezra menggenggam tangan Laura yang langsung membuat Laura menoleh sambil tersenyum malu yang ternyata Ezra juga tengah tersenyum manis ke arahnya.

"Aww," ringis Laura saat tiba-tiba tanganya yang di genggam oleh Ezra di tarik paksa oleh Alex yang kini sedang menatap nyalang Ezra.

"Lo ada masalah sama gue," emosi Ezra karena sejak tadi Alex terus saja menggangunya ketika berduan dengan Laura.

"Iya," ucap Alex santai.

"Apaan sih lo," ucap Laura tak suka dan menepis kasar cekalan Alex dari tangannya.

"Stop Alex, lo tuh harusnya sadar diri, lo bukan siapa-siapa gue lagi, jadi cukup ganggu gue ketika sama cowok lain," marah Laura.

"Gak, gue gak akan pernah berheti Laura, gue masih sayang sama lo," ucap Alex sendu.

"Omong kosong,"

"Ra aku mohon," pinta Alex.

"Berhenti ganggu gue PENGHIANAT," teriak Laura menekankan kata penghianat.

Tubuh Alex kaku saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir ranum Laura, "Penghianat," gumam Alex heran.

"Apa gue pernah ngehianatin lo Ra?" monolog Alex sambil melihat kepergian Laura yang kini tengah di bonceng oleh Ezra keluar dari gerbang Sma Harapan.

"Apa ini alasan lo mutusin gue dulu," lirih Alex.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status