Share

Part 3

Author: Arsyla Adiba
last update Last Updated: 2022-04-20 14:49:54

Kini Laura dan Gretha sudah berada di dalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing, padahal sudah waktunya jam pertama di mulai tapi entah kemana gurunya itu menghilang sampai sekarang tak nampak batang hidungnya.

Laura sudah bosan mendengar kegaduhan di dalam kelas akibat ulah anak-anak apalagi sang biang keroknya Rafa, di tambah sejak tadi Gretha terus merengek meminta maaf dan minta Laura untuk memeperkenalkan dia pada cowok yang telah mencium Laura padahal ciuman juga tidak.

"Gretta benar-benar goblok lah," monolog Laura kesal.

"Di bilang gue kagak ciuman," sengit Laura.

"Lagian lo tolol bodoh atau idiot Gretta mana ada cewek duluan minta di cium," greget Laura tak habis pikir pada sahabatnya satu ini.

"Tapi gue pengen di cium Laura," kekeh Gretta.

"Sini gue cium,"

"Ogah, lo bau iler," tolak Gretta sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

"Mana ada bau iler gue udah mandi yah," sewot Laura tak suka di sebut bau iler.

"Tapi tetap aja gue gak mau di cium sama lo,"

"Gue juga,"

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Endang sambil berjalan masuk ke dalam kelas.

Kelas yang tadi sangat gaduh pun tiba-tiba jadi hening seketika.

"Pagi Bu," jawab semua murid, kecuali Laura yang malah merebahkan kepalanya di atas tas dan menyembunyikan wajahnya dengan buku.

Untung saja tempat duduk Laura berada di barisan ke tiga dan paling pojok jadi tak akan ketahuan oleh guru.

"Maaf yah anak-anak Ibu agak telat," ucapnya sambil menyimpan beberapa buku di meja guru.

"Sekalian aja Bu, gak usah masuk biar gak belajar," celetuk Rafa yang langsung dapat pelototan dari bu endang.

"Mau Ibu hukum kamu," tawar Bu Endang galak.

"Yaelah Bu galak amat kaya macan yang baru datang pms aja,"

"Diem Rafa, Ibu pusing setiap ketemu kamu bawaannya darting terus," Bu Endang duduk dan memijat kepalanya yang agak pusing.

"Mau saya bantu pijitin gak bu," tawar Rafa sambil bangkit dari duduknya.

"Diem di situ kamu, gak usah sok baik sama saya," ketus Bu Endang.

"Yaelah Bu sebagai murid yang berbudi pekerti yang luhur, saya itu harus loh bu memeperlakukan guru saya tercinta ini dengan sebaik baiknya, jadi di sini saya menawarkan jasa pijat no plus plus kepada guru saya ini, asal ada bayaran," ucap Rafa dengan senyum jahilnya.

"Unfaedah banget ngadepin sikap kamu yang makin hari makin gak waras," sindirnya.

"Lah Rafa emang udah gak waras dari dulu Bu," celetuk Gretha.

"Pantes," ucap Bu Endang malas dan bangkit dari duduknya.

"Rafa kamu duduk ke kursi kamu kembali," perintah Bu Endang.

Rafa yang akan protes buru-buru duduk anteng ketika Bu Endang mengambil penggaris besi di atas meja guru dan mengarahkan kepadanya.

Melihat Rafa yang sudah duduk diem dan di pastikan tak akan bersuara kembalyu Bu Endang memyimpan kembali penggaris besi tersebut.

"Oh iya anak-anak di sini kita akan kedatangan murid baru," Bu enydang berjalan ke luar kelas, lalu memanggil seseorang.

"Ayo nak, perkenalkan diri kamu,"

"Kenalin namau gue Alex Xander Desmon, pindahan dari Sma Nusantara,"

Laura langsung mengangkat kepalanya dan benar -benar terkejut melihat Alex yang sudah berdiri di depan kelas dengan tampangnya yang sok ganteng.

"Hay mantan," sapa Alex pada Laura yang langsung mendapat perhatian seluruh murid yang ada di dalam kelas.

"Itu mantan lo Ra?" tanya Cindy tempan sekelas Laura yang agak centil.

"Iya gue mantan Laura," jawab Alex yang langsung dapat pelototan tajam dari Laura.

"Gue gak percaya, lo tampan, keren dan sepertinya lo dari orang berada sementara Laura hmm," ucap Cindy sambil melihat Laura rendah.

Laura sudah tak aneh dengan tabiat Cindy yang suka mamandang rendah orang lain bahkan anak di sekolah ini pun tau kelakuan Cindy.

"Pokonya gue gak percaya," kekeh Cindy.

"Eh belatung nangka, mau lo percaya atau kagak, gak akan ngaruh sama Alex, iyakan sob," bela Rafa.

"Yoi bro," jawab Alex akrab.

"Yaudah Alex, kamu duduk sama Rafa,"

Yang kebetulan teman sebangsku Rafa, Varel tak masuk karena demam.

Alex duduk di samping Rafa dan bertos ria ala anak cowok kebanyakan.

Laura mengerutkan keninganya melihat Alex dan Rafa yang seolah sudah berteman sejak lama, lalu menepuk keningnya sendiri saat sadar kelakuan Rafa dan Alex sama saja 11, 12.

"Makin kacau, kalau orang gak waras di satuin," ucap Laura sambil memikirkan bagaimana kedepannya.

"Lo kenapa?" tanya Gretta, yang di jawab gelengan cepat oleh Laura.

"Ayo anak-anak buka buku halaman 65," perintah Bu Endang.

******

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu tapi Laura seolah enggan beranjak dari tempat duduknya, apalagi sekarang ia sedang membaca cerita dari salah satu aplikasi w*****d lewat hp.

sementara Gretta sejak tadi pergi ke kantin bersama Rafa dan Alex, meskipun harus di paksa dan di ancam dulu oleh Gretha agar menemaninya makan di kantin, selain itu Gretta juga ingin mengetahui tentang Alex yang mengaku jadi mantan Laura.

Sedang asik-asik membaca, Laura merasa terganggu dengan seorang yang duduk di sampingnya.

Laura menolehkan kepalanya, "eh Ezra," Laura tersenyum manis dan menyimpan hpnya di atas meja.

"Maaf yah soal tadi pagi," ucap Laura dengan nada menyesal.

"Gak papa Ra, tapi nanti pulang sekolah bareng yah? aku mau ajakin kamu ke suatu tempat,"

"Boleh, kemana?" tanya Laura.

"Ada deh," ucap Ezra yang membuat Laura semakin penasaran.

"Ih kemana?" tanyanya penasaran.

"Nanti juga kamu tau, kamu gak makan?" tanya Ezra.

"Gak aku gak lapar,"

Ezra menggakukan kepalanya, "Aku harus kumpul anak basket dulu, aku tinggal yah," pamit Ezra.

"Iya gak papa kok,"

"Jangan lupa nanti pulang sekolah yah," ucap Ezra sambil mengelus lembut rambut Laura yang membuat pipi Laura memerah.

"Ekhmmm," dehem seseorang di pintu kelas.

Sontak Ezra menghetikan aktivitasnya dan melihat sang pelaku yang kini menatap Ezra tajam.

"Katanya kalau ada orang yang berduan yang ketiganya setan," sindir Alex.

"Yah lo setannya," ketus Laura.

Alex melangkah mendekati Laura dan Ezra, "makin hari makin lucu deh mantan," Alex terkekeh sambil mencubit pipi Laura gemas sampai meninggalkan bekas kemerahan.

"Lo gila, sakit bego," kesal Laura.

"Maksud lo apa, hah, " ucap Ezra ngegas.

"Gue gak ada maksud apa-apa," jawab Alex santai.

"Terus ngapain lo nyubit Laura sampai merah kaya gitu," marah Ezra sambil menunjuk pipi Laura yang masih memerah.

"Ya suka-suka gue lah," tengil Alex yang membuat Ezra semakin emosi terlihat dari mukanya yang sudah memerah menahan amarah.

"Lo berani sama Gue," ucap Ezra emosi.

"Udah-udah," ucap Laura melerai mereka.

"Lo pergi aja deh, lo kan harus kumpul anak basket dulu," usir Laura halus sebelum situasi benar-benar tak terkendali.

Ezra menatap Alex bak musuh dan berlalu pergi dari kelas Laura, setelah Ezra tak terlihat lagi.

Alex maju mendekati Laura yang menatapnya tak suka dan mengelus lembut pipi Laura yang masih memerah karena ulah Alex sendiri.

"Maaf," ucap Alex menyesal.

"Tapi gue gak suka liat pipi lo memerah karena busling denger ucapan si bangsat, gue lebih rela pipi lo kesakitan karena cubitan gue," ucap Alex menekankan menyebut bangsat.

"Di sini sakit Ra," ucap Alex sambil menujuk dadanya.

"Ngeliat lo berduan sama cowo lain, tersipu malu di depan cowok lain, tersenyum ke cowok lain, gue benar-benar gak suka," ucap Alex pelan tapi tersirat kesakitan.

"Lo itu bukan siapa-siapa gua lagi Alex, jadi lo gak berhak atas gue," sewot Laura sambil pergi meninggalkan Alex ke luar kelas.

"Sebenarnya apa kesalahan gue sampai lo ninggalin gue Ra," teriak Alex frustasi yang masih bisa di dengar oleh Laura di luar kelas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Teror Mantan   Kenangan di Atas Roda Dua

    Esok paginya, Laura melangkah ke ruang makan dengan langkah santai, meski wajahnya masih menunjukkan sisa kelelahan. Di meja makan, Rio sudah duduk sambil memangku Kenzo, yang terlihat segar setelah dimandikan. Bayi itu tertawa kecil, tangannya menggapai-gapai wajah Rio, membuat suasana terasa lebih hidup.Di dapur, Sinta sedang membuatkan kopi sambil tersenyum melihat pemandangan itu. Ketika Laura mendekat, Sinta menyapanya. "Pagi, Laura. Mau sarapan apa?" tanyanya ramah.Laura hanya mengangguk kecil dan duduk di kursinya, menghindari kontak mata dengan Kenzo. Ia mengambil roti yang sudah tersedia di meja dan mulai memakannya dalam diam.Rio, yang melihat sikap Laura, tersenyum kecil. "Ra, kamu nggak mau gendong Kenzo? Dia lagi ceria banget pagi ini," ucapnya sambil menggerakkan Kenzo sedikit ke arah Laura.Laura menghentikan kunyahannya sejenak, lalu menjawab tanpa menatap ayahnya. "Ayah tahu jawabannya," ujarnya datar.Rio menghela napas pelan, menatap putrinya dengan penuh kesabar

  • Teror Mantan   Bayi Kenzo

    Laura melangkah masuk ke dalam kamarnya di rumah dengan langkah lelah. Setelah percakapannya dengan Alex di pantai, tubuh dan pikirannya terasa begitu berat. Ia menjatuhkan dirinya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar yang dihiasi oleh balok kayu khas Bali.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Kata-kata Alex masih terngiang jelas di benaknya. "Mau seribu kali pun lo nolak gue, gue gak akan pernah menyerah, Ra."Laura menutup matanya, mencoba meredakan kekacauan di dalam dirinya. "Kenapa semua ini harus sekompleks ini?" gumamnya pelan. Di satu sisi, ia merasa bersalah telah membuat Alex terus berharap, tapi di sisi lain, ia tahu bahwa perasaannya sendiri belum benar-benar sembuh dari luka di masa lalu.Ia bangkit perlahan, berjalan menuju balkon kamarnya. Udara malam Bali yang sejuk menyapa wajahnya. Suara debur ombak dari kejauhan terdengar menenangkan, meski hatinya tetap terasa berat."Pernah nggak sih gue benar-benar tahu apa yang g

  • Teror Mantan   Luka dan suka Tasya

    Pov GrettaGretta dan Rafa berjalan santai di tepi pantai, pasir lembut menyentuh kaki mereka. Mereka baru saja membeli beberapa makanan ringan dari penjual yang ada di sepanjang pantai—kacang rebus, jagung bakar, dan es kelapa muda. Gretta memegang gelas es kelapa dengan satu tangan, sementara tangan satunya sibuk menepis Rafa yang terus menggoda."Lo tahu nggak, Gretta, gue beli jagung bakar ini khusus buat lo. Supaya lo bisa ngunyah sambil diem, nggak terus-terusan ngetawain gue," ucap Rafa sambil menyeringai.Gretta tertawa keras, hampir menjatuhkan gelasnya. "Hah! Emang lucu banget lo, ya. Humor lo tuh receh banget, Raf. Tapi gue akui, kadang itu yang bikin gue betah sama lo.""Kadang? Jadi gue cuma lucu 'kadang-kadang'?" Rafa pura-pura cemberut, membuat Gretta tertawa lebih keras.Mereka berhenti sejenak, duduk di atas pasir sambil menikmati angin malam. Gretta menyandarkan kepalanya ke bahu Rafa, sementara Rafa dengan santai melingkarkan lengannya di bahunya."Raf, lo sadar ngg

  • Teror Mantan   Keyakinan Alex

    ...Setelah suasana menjadi lebih cair, mereka semua mulai berbincang lebih santai bersama orang tua Laura. Sinta dan suaminya, Rio, ikut duduk di meja mereka, membuat obrolan semakin hidup.Namun, meski suasana terlihat akrab, Alex sesekali mencuri pandang ke arah Laura. Perasaan yang ia pendam selama bertahun-tahun sejak kepergian Laura tampak jelas di matanya. Gretta, yang duduk di samping Laura, menyadari hal itu tapi memilih untuk tidak berkomentar.Tasya, di sisi lain, merasa tidak nyaman dengan cara Alex memandang Laura. Ia mencoba mengalihkan perhatian Alex dengan memulai obrolan. "Alex, gue denger katanya li mau kuliah di luar negeri?" tanyanya dengan nada ceria.Alex tersenyum kecil, meski jelas terganggu oleh interupsi Tasya. "Iya, tha tapi gue juga gak.tahu, mungkin oindah rencana kuliah di tempat lain," ucapnya sambil melirik ke arah Laura.Tasya tersenyum kaku, menyadari bahwa Alex tidak sepenuhnya memperhatikannya. Ia menggenggam gelasnya lebih erat, mencoba menahan ras

  • Teror Mantan   Pertemuan 2

    Laura muncul dengan langkah tenang, tapi tatapan matanya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dress putih sederhana yang dikenakannya berkibar pelan tertiup angin dari luar, membuatnya terlihat seperti bayangan dari masa lalu yang tiba-tiba hadir.Alex menatapnya dengan campuran emosi yang sulit diuraikan. “Laura...” panggilnya pelan, seolah takut suara lebih keras akan membuat momen ini menghilang.Laura menghentikan langkahnya, matanya terarah pada Alex. "Kamu... Alex?" gumamnya, suaranya bergetar.Semua orang terdiam. Gretta menatap Laura dengan raut wajah tak percaya, sementara Tasya mencuri pandang ke arah Alex, mencari reaksi dari pria itu."Kenapa kalian semua di sini?" tanya Laura sambil mendekat, suaranya tenang, meskipun sorot matanya penuh kebingungan.Alex, yang sedari tadi duduk, berdiri begitu Laura tiba di hadapannya. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung menarik Laura ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat, seolah

  • Teror Mantan   Pertemuan

    “Kita nginep di Wavecrest Hotel. Gue udah booking dua kamar di sana,” ucap Alex sambil melirik ke arah spion belakang, memastikan semuanya baik-baik saja di kursi penumpang.“Wavecrest Hotel?” tanya Gretta sambil menatap Tasya.“Iya, tempatnya persis di samping kafe Laura,” lanjut Alex dengan nada santai.“Wah, pas banget dong. Jadi nggak perlu ribet kalau mau ketemu Laura,” komentar Rafa sambil melihat peta di layar ponsel.Gretta tersenyum tipis. “Bagus sih, biar kita juga punya waktu buat istirahat sebelum ketemu dia.”Mobil pun terus melaju menuju Canggu, mengikuti suara navigasi yang membimbing mereka."Gue denger, bukannya Laura pergi tanpa pamitan? Kok kalian masih mau jauh-jauh ke sini buat nemuin dia?" tanya Tasya tiba-tiba, suaranya terdengar tajam.Mendengar itu, Gretta langsung menoleh dengan tatapan tak suka. "Maksud lo apa, Tasya?" tanyanya, nadanya jelas menunjukkan ketidaksenangan.Rafa mencoba menenangkan suasana, tapi Gretta sudah melanjutkan, "Gue kenal Laura udah l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status