Share

Situasi Membingungkan

Dada pemuda itu terasa sedikit sesak melihat keadaan Vino yang masih terbaring lemah di atas brankar dengan wajah penuh luka goresan. Sedikit memberanikan diri, Arfan mencoba melangkah ke arah kerumunan di ruangan bernuansa putih itu untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sini.

"Ke-kenapa Vino ada di sini? Bukankah ia memasuki terowongan bersama dengan diriku? Tapi ... sosok yang aku temukan di terowongan itu adalah arwah tentara. Apa mungkin itu hanya imajinasi saja?" tanya pemuda itu bingung.

Sejujurnya, saat ini Arfan sangat kebingungan dengan apa yang telah terjadi padanya dan juga Vino. Semua berawal dari Vino yang nekat memasuki terowongan hingga akhirnya Arfan pun ikut terseret masuk dan akhirnya berkali-kali melihat kelamnya masa lalu dari perbuatan terowongan yang membutuhkan banyak darah dan nyawa. Rasanya, rintihan tangis korban terowongan masih terngiang jelas di telinga Arfan beberapa detik lalu. Namun, kini semua berubah, ia berada di ruangan yang sama dengan Vino.

Akan tetapi, di sisi lain ia merasa lega karena bisa melihat Vino lagi, walaupun dirinya masih belum tau apa yang telah terjadi.

"Syukurlah, semua baik-baik saja. Mungkin saja yang aku lihat tadi hanya sebagian kecil dari kemampuanku," ucapnya lirih dengan senyum tipis. Kemampuannya dalam melihat kembali ke masa lalu memang meningkat dalam beberapa waktu lalu.

"Aku harus menemui Vino. Entah apa yang terjadi padanya hingga terluka seperti ini. Semoga, dia baik-baik saja."

Dengan langkah pelan, Arfan mulai mendekat tanpa menarik perhatian orang-orang di sekitar. Terlihat kedua orang tua Vino berada di sisi pemuda itu dengan raut wajah cemas.

Sejenak, Arfan menatap wajah Vino yang terbalut perban di beberapa sisi. 'Apa dia terluka parah? Apa yang terjadi padanya?' batin pemuda itu.

Saat ini, Vino masih tak sadarkan diri dengan alat-alat kesehatan yang menempel di tubuhnya sebagai penopang kehidupan.

"Om Wildan, Tante Nia. Apa yang terjadi dengan Vino? Kenapa dia bisa terluka?" tanya Arfan pada orang tua Vino.

Detik demi detik pun berlalu. Akan tetapi, Wildan dan Nia masih terdiam membisu tanpa menjawab pertanyaan Arfan.

"Om, Tante, Vino baik-baik saja, kan?" tanya Arfan lagi ketika pertanyaannya tak dijawab.

Namun, masih sama seperti tadi. Pertanyaannya pun tak kunjung dijawab.

"Ada apa? Kenapa semua diam dan tidak ada yang mau menjawab pertanyaanku?" Arfan berucap lirih.

Arfan tahu, jika semua orang mengkhawatirkan Vino, tetapi kenapa mereka sampai tak menghiraukan keberadaannya?

Perlahan, kelopak mata Vino mulai mengerjap. Tatapannya mengarah ke sekitar bersamaan dengan senyuman di wajah kedua orang tuanya.

"Mama ... Papa ...," lirihnya pelan.

“Mama di sini, Sayang. Kamu enggak apa-apa?” tanya Nia sembari membelai pelan rambut putra semata wayangnya.

Sejenak, Vino terdiam seperti mengingat sesuatu. Tiba-tiba saja, ia bangkit dari brankar dengan wajah ketakutan.

"Apa ada, Vino?" tanya Wildan yang menyadari tingkah aneh putranya.

Arfan tersenyum senang, ia segera mendekat ke arah Vino. "Vino, kamu baik-baik saja, kan? Aku khawatir banget sama kamu," ucapnya.

Namun, ucapan pemuda itu seakan diabaikan. Vino bahkan tak melihat ke arah dirinya.

“Arfan di mana, Ma, Pa?” tanya Vino dengan suara panik.

Sontak, pertanyaan Vino membuat Arfan terkejut. "Aku di sini, Vino," ujar Arfan. Namun, pemuda itu masih tak merespon ucapannya. Di tengah kebingungan, Arfan mencoba memegang bahu pemuda itu, tetapi tangan Arfan seolah menembus baju Vino.

Sejenak, pemuda itu terdiam, ia berusaha untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa dirinya tak bisa menyentuh tubuh Vino?

“Arfan di mana, Ma?” tanya Vino lagi ketika semua terdiam.

Nia tertunduk, wajahnya menunjukkan kesedihan, tetapi tak lama kemudian ia menjawab dengan suara lirih, "Arfan masih belum ditemukan."

Putri Pluviophile

Happy reading. Mulai sekarang, author akan berusaha tetap update cerita ini. Terimakasih buat yang sudah baca.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status