Share

Bercak Darah Masa Lalu

"Masukkan dia ke dalam tembok!" perintah pemimpin itu.

"Baik, Pak!" jawab beberapa tentara bayaran.

Empat orang tentara menbawa tubuh pria yang tak lagi utuh itu ke dalam adonan semen, mereka menyuruh salah seorang pekerja paksa untuk menimbun tubuh yang baru saja mereka bunuh itu ke dalam bangunan terowongan. Tanpa berlama-lama lagi, para pekerja dan tentara itu membenamkan tubuh pria tadi ke dalam adonan bangunan hingga tubuh rentanya tak terlihat lagi.

Cahaya putih menyilaukan kembali datang hingga membuat Arfan menutup matanya. Suasana kembali hening, tak ada terdengar suara besi yang berasal dari pembangunan terowongan itu. 

Pemuda itu pun membuka matanya secara perlahan saat ia yakin bahwa penglihatannya telah berakhir. Ia mengerjapkan mata seraya membiasakan retina mata dengan kegelapan yang ada di sekitar.

"Aw, apa karena mayat-mayat yang menjadikan pondasi terowongan ini sangat kuat hingga mempunyai kenangan sekelam ini?" tanya Arfan lirih seraya melihat dinding terowongan kusam yang menyimpan ribuan kenangan luka.

Kini, Arfan telah kembali ke dimensi asalnya. Peluh seketika mengucur deras, sedangkan deru napasnya terdengar memburu. Bayang-bayang mengerikan para tentara tadi berhasil membuat jantung pemuda berdegup dengan sangat kencang. 

"Rahasia apa saja di balik kokohnya terowongan ini? Aku yakin, tadi hanyalah sebagian kecil rahasia di dalam proses pembangunan terowongan ini," gumamnya.

Ia mengembuskan napas beberapa kali guna menstabilkan oksigen yang masuk ke dalam tubuhnya. Setelah cukup lama, ia merasa tenang dan memiliki tenaga lagi untuk melanjutkan pencarian ini.

"Tolong!" 

Suara teriakan permintaan tolong kembali terdengar hingga menggema di Seluruh penjuru terowongan.

Arfan melihat ke segala arah untuk mencari sumber suara. Akan tetapi, lagi dan lagi tak terlihat apa pun, hanya ada lorong terowongan yang suram dan penuh dengan misteri. Ia memutuskan untuk kembali mencari keberadaan Vino dan segera membawanya pulang.

Langkah pemuda itu kian tertatih, rasa letih kembali menghampiri. Ia terdiam sembari terus memikirkan cara untuk menemukan sahabatnya. 

Sebuah ide terlintas di benak. "Kenapa aku bodoh sekali? Mungkin, bisa saja aku memanfaatkan kemampuan ini tanpa harus terus menghindar," ujarnya mulai berpikir.

Arfan memejamkan mata dan mulai berkonsentrasi untuk mencari keberadaan Vino melalui kenangan di dinding terowongan. Arfan mengembuskan napas pelan sembari meletakkan telapak tangan ke dinding terowongan, ia bisa saja mendapatkan kenangan yang diinginkan dengan cara berkonsentrasi.

Kilatan-kilatan cahaya menyilaukan mulai terlintas, Arfan pun berusaha untuk terus mencari kenangan saat Vino berada di dalam terowongan.

"Vino, aku mencarimu," gumam Arfan.

Tak lama kemudian, pemuda itu merasakan sesuatu. Aura Vino terasa, itu artinya Vino ada di dalam terowongan ini. Arfan kembali berjalan mengikuti arah aura Vino. 

Pemuda itu terus berjalan tanpa arah dengan hanya mengandalkan aura Vino yang redup. Namun, tak berapa lama kemudian, terlihat seseorang berdiri di tengah lorong terowongan. Tanpa berpikir panjang, Arfan segera berlari mendekat ke arah seseorang yang berdiri membelakanginya.

"Vino," panggilnya pelan, "pulang, yuk, Vin." Arfan pun memegang pundak pemuda yang ia kira sebagai Vino.

Namun, Vino tak merespons. Arfan berusaha untuk mengguncang tubuh pemuda itu seraya tetap memanggil namanya, tetapi wajahnya datar tanpa ekspresi. “Vino, ini aku Arfan. Ayo, pulang.”

Auranya semakin suram terasa. Terdengar geraman dari arah ujung terowongan. Arfan memutuskan untuk pergi dari sini dengan menggandeng tangan Vino yang terasa sangat dingin. Bahkan, sampai saat ini Vino belum mengeluarkan ekspresi apa pun.

Kelam. Hanya itu yang ia rasakan saat ini. Berjalan menyusuri terowongan gelap yang dipenuhi oleh kenangan masa lalu yang sangat menyakitkan. Puluhan, bahkan ratusan jiwa tak tenang bersarang di dalam terowongan tua ini.

Bayangan hitam terus saja bermunculan dari berbagai arah. Wujud para arwah itu benar-benar mengerikan. Sesosok hantu tanpa kepala yang terus mencipratkan darah dari lehernya ke dinding terowongan ini membuat Arfan merasa mual. 

Srak!

Terdengar suara dari arah samping. Perlahan, pemuda itu pun menoleh ke arah dinding terowongan yang ada di sebelahnya. Terlihat, sosok hantu dengan kaki hancur dan tulang yang mencuat dari sisa-sisa daging hancurnya. Arfan dapat melihat dengan jelas air mata mengalir dari wajah hancurnya, hampir semua arwah di sini mati dengan cara yang kejam dan tidak manusiawi.

Perlahan, pemuda itu pun melangkah mundur, sedangkan para arwah semakin banyak berkumpul di sekitar sini, hingga membuat napas Arfan menjadi semakin sesak. Aroma yang dikeluarkan oleh arwah-arwah itu sungguh tak sedap hingga membuatnya tak bisa bernapas lagi.

Tubuhnya terasa lemas, tak lama pemuda itu pun kembali tersungkur di atas kerikil terowongan. 'Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?' Batinnya terus bertanya, tetapi ia seperti tak memiliki tenaga lagi.

Keanehan kembali terjadi, Vino jelas-jelas melihat keadaan sahabatnya yang telah kehabisan tenaga itu, hanya diam tanpa ekspresi. Ekspresinya pun masih sama ketika melihat banyaknya arwah yang ada di sekitar dirinya. 

'Sebenarnya apa yang terjadi dengan Vino?' Arfan membatin, ia merasa kebingungan karena melihat sahabatnya yang tak bergerak.

“Vino ... bantu aku ...,” pinta Arfan pada Vino, tetapi nihil. Tak ada respons dari arwah itu.

'Bagaimana caranya keluar dari sini?'

Dengan sisa tenaga yang ada, Arfan mencoba untuk menyeret tubuhnya seraya terus berdoa dengan harapan bisa keluar dari terowongan setan seram ini, tanpa melalui kesulitan lagi.

Namun, semakin lama napas kian tersengal. Tubuh lelahnya terasa tak sanggup lagi untuk terus bergerak, darah segar mengucur dari telapak tangan yang ia gunakan untuk meraih kerikil, sedangkan Vino masih berdiri di sana, seperti tak mempunyai jiwa. 

"Vin, kamu kenapa? Cepetan sadar!" seru  Arfan berusaha untuk kembali merangkak. "Ayo, Vin. kita pulang," pinta Arfan di saat pandangannya mulai memburam.

Pemuda itu mengembuskan napas pelan. “Aku harus keluar dari sini. Ayo semangat Arfan,” ucapnya menyemangati diri sendiri.

Ia memejamkan mata, mencoba untuk membaca beberapa doa yang ia hafal sebelumnya sembari meminta bantuan dari Yang Kuasa. “Tuhan, tolong kami ... keluarkan aku, dan Vino dari terowongan terkutuk ini,” pintanya pada Tuhan Yang Maha Esa.

Bau busuk itu berangsur-angsur menghilang, begitu juga dengan sosok-sosok mengerikan di hadapan pemuda itu tadi. Ia berulang kali mengucapakan beribu syukur dan mencoba kembali berdiri.

“Vin, ini aku. Kamu kenapa? Ayo, kita pergi,” ucap Arfan setelah mendekat ke arahnya. Ia meraih tangan Vino yang masih terasa dingin dan mengajaknya kembali berjalan menyusuri terowongan.

“Grmmm ....” Suara geraman terdengar dari arah belakang. Sontak membuat pemuda itu terkejut, tiba-tiba saja tengkuknya terasa sangat dingin, seperti ada sesuatu tepat di belakang mereka.

“Vino, lari!” seru Arfan seraya berlari dengan menggandeng tangan Vino.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status