Share

Bab 4 Rasa Tak Nyaman

Author: Noona Y
last update Last Updated: 2025-08-14 20:12:27

“Uuhgg… sakit,”

Pagi ini, Rayana masih meringkuk dalam selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Matanya sembab setelah menangis semalaman menahan nyeri di sekujur tubuhnya.

Di malam kedua ini, rasa sakit dan perih memang tidak terasa, namun durasinya jauh lebih panjang dibandingkan malam pertama. Malam kedua terasa seperti siksaan tak berkesudahan, setiap hentakan yang menghantam tubuh Rayana seperti gelombang ombak yang menghantam dadanya, membuat napasnya kian berat dan sulit bernapas.

Rayana tak lagi yakin apa yang sebenarnya terjadi semalam. Tubuhnya seperti bukan miliknya lagi, ada momen-momen di mana ia sadar dirinya ikut terseret oleh kenikmatan di tengah penyiksaan itu. Perasaan aneh itulah yang mengoyak hatinya, mencabik-cabik harga diri yang sedikit demi sedikit sedang terkuras habis.

“Hmm….”

Tiba-tiba terdengar gumaman Arya di sebelahnya. Rayana tersentak, sadar dirinya terlalu larut dalam pikiran sendiri. Cepat-cepat lah ia bangkit, sebelum Arya membuka matanya, lalu berlari menuju kamar mandi.

Begitu pintu tertutup, ia membuka keran shower. Air mengalir membasuh tubuhnya. Rayana menggosok kulitnya dengan kuat, seolah ingin menghapus setiap sisa dari Percintaan semalam.

Aroma sabun melati menusuk hidungnya, tapi sama sekali tidak memberi rasa segar—hanya mengingatkan bahwa tubuhnya masih menyimpan jejak yang ingin ia hapus dari ingatan.

Selesai membasuh diri, ia menatap cermin sejenak. Pandangannya membeku saat melihat ruam-ruam merah disekitaran leher dan payudaranya. Air matanya kembali pecah tanpa bisa dibendung.

"Mengapa hidupku terus menderita seperti ini..." bisikannya lirih, sementara air mata kembali mengalir membasahi pipinya. Ia genggam erat handuk yang membungkus tubuhnya, Rayana begitu benci pada dirinya sendiri. Dirinya lemah dan tak berdaya, tubuh dan jiwanya terasa hancur dan ternoda oleh keegoisan kakak tirinya.

******

“Hooaammm…”

Jam menunjukkan pukul delapan pagi ketika Ashley keluar dari kamarnya, menguap lebar. Tubuhnya masih terbalut kimono tidur, rambut acak-acakan, namun kecantikannya tetap terpancar meski tanpa riasan.

Pandangan matanya tertuju pada meja makan. Di sana, seperti biasa, Rayana sudah menyiapkan sarapan: dua gelas jus jeruk segar, roti panggang dengan olesan selai stroberi, keju, dan alpukat diatasnya. Semuanya tertata rapi, sesuai keinginan Ashley.

Bibir ranum Ashley perlahan melengkung, menyaksikan wajah muram dan mata sembab adik tirinya. Ia tidak perlu bertanya, sudah jelas Rayana habis melewati malam yang berat. Wajah Adik tirinya itu tampak lelah, dan mata sembabnya.

“Kenapa mukamu seperti wanita yang habis dianiaya? Kau ini lebay sekali, Rayana. Harusnya kau merasa beruntung bisa menjadi istri kedua Arya… Suamiku bukan pria sembarangan. Dia CEO Widyantara Group. Harusnya wanita rendahan sepertimu merasa bangga bisa punya kesempatan melahirkan anaknya.” Ledek Ashley sambil mengambil sepotong roti, lalu memakannya dengan cara yang Anggun.

Itu bukanlah ucapan pujian. Sejak dulu, Ashley selalu menemukan cara untuk menampar harga diri Rayana—mencabiknya, merendahkannya, hingga tak bersisa.

Rayana tahu, melawan Ashley sama saja dengan menggantung dirinya di pohon. Wanita cantik namun keji itu memiliki kendali kuat atas setiap hidup Rayana saat ini.

Kesunyian diantara mereka pecah, Arya keluar dari kamar, sudah berpakaian rapi, dasinya terikat sempurna, dan aroma parfum mahalnya langsung memenuhi ruangan makan. Tapi sorot matanya dingin, terlihat frustasi.

“Selamat pagi, Sayang,” ucap Ashley lembut. Jemari lentiknya menyusuri pipi Arya, lalu bibirnya mendarat manja di bibir sang suami.

Rayana menunduk. Setiap kali melihat mereka bermesraan, ada rasa mual yang menggelayuti dadanya, ia merasa jijik pada Ashley. Istri macam apa rela, menyuruh suaminya meniduri wanita lain?

Arya tak menunjukkan reaksi apa pun. Tatapannya kosong, Seolah pikirannya melayang entah ke mana. Ia hanya menarik kursi, duduk, lalu mulai menyantap sarapannya dalam diam—tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir.

“Semalam semuanya lancar, kan? Dia nggak melawan, kan?” tanya Ashley. Ia mengira sikap dingin Arya disebabkan oleh Rayana, padahal sejatinya bukan itu—Arya marah pada sikap egois Ashley, yang memaksanya tidur dengan Rayana seolah itu hal yang wajar.

Arya menatap istrinya itu sebentar, lalu menjawab dengan nada dingin, pelan namun tajam. “Tidak. Dia patuh… seperti yang kamu harapkan.”

“Bagus… aku suka kalau dia bersikap tahu diri dan tahu posisinya.” Seru Ashley melirik penuh hinaan, seolah Rayana Adalah orang rendahan.

Menyudahi percakapan, Arya dan Ashley lanjut sarapan seperti biasa, sementara Rayana berdiri di dekat meja makan. Saat melihat gelas Arya kosong, ia mendekat dan menuangkan jus dengan tangan gemetar. Tatapan dingin Arya selalu membuatnya gugup.

Ashley tersenyum smirk, lalu sengaja menyenggolnya tubuh Rayana. Teko jus pun miring, cairan kuning itu tumpah membasahi celana kerja Arya.

"Aduh!" pekik Arya kesal.

“Ya ampun, Sayang, celana mahalmu!” ucap Ashley pura-pura panik, tapi matanya melirik Rayana penuh ejekan.

Rayana ketakutan. “Maaf… Maafkan saya tidak sengaja,” ucapnya, sambil berlutut dan mengeluarkan serbet.

"Ckk!" Arya hanya menatapnya dingin, membuat Rayana semakin tercekik rasa bersalah.

“Dasar gak becus… ceroboh sekali, kamu tahu kan setelan celana suamiku harganya jutaan, mana mampu kamu ganti,” ujarnya sambil tertawa menghina.

Wajah Rayana memanas. Gugup sudah pasti, tangannya gemetaran saat mengusap celana Arya yang basah oleh jus.

Saat melihat posisi Rayana yang berlutut begitu dekat, jantung Arya tiba-tiba berdegup tak karuan, ada rasa tak nyaman—dan entah kenapa, memicu sesuatu yang tak ingin ia akui.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 35 Mengingat Kembali

    Rayana tersenyum miris, menunduk lagi. Jemarinya memainkan permukaan air, seakan mencoba mengusir rasa perih yang muncul.“Mereka... tidak seburuk Ashley, tapi juga tidak pernah benar-benar menganggapku bagian dari keluarga. Aku ada di rumah itu, tapi seperti orang asing. Mereka jarang menegurku, jarang mengajakku bicara.”Sambil bercerita, bayangan masa lalu membawa Rayana jauh mundur ke masa dua belas tahun lalu, hari ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di rumah keluarga Jansen.Pintu besar rumah itu terbuka dengan lebar, di ambang pintu berdiri Ruby Jansen, wanita elegan dengan senyum ramah yang memancar dari wajahnya yang cantik.Di sampingnya berdiri seorang pria yang tampaknya seumuran dengan ayahnya, Richard Jansen. Dia memiliki tinggi badan yang tak terlalu tinggi, dan perutnya agak buncit, namun garis wajahnya tegas dan cukup tampan.“Mulai sekarang, kamu tinggal bersama kami,” kata Ruby, nada suaranya hangat menenangkan.Rayana yang kala itu masih usia remaja, menunduk

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 34 Tempat Bercerita

    “Rayana, tunggu dulu.” Arya memanggil sambil mengejarnya.Rayana melangkah lebih cepat, menjauh dari Arya. Napasnya tersengal, bukan karena lelah, tapi karena emosi. Sungguh, Arya itu selalu membuatnya naik darah.“Mau apa lagi? Aku sudah muak denganmu!" pekik Rayana sambil berjalan cepat, menyusuri koridor hotel, matanya berkilat penuh amarah.“Ayolah, kamu tahu kan aku ini memang suka bercanda....”Rayana mendengus. “Aku muak bicaramu yang selalu menjurus ke arah itu.”“Hei... Kalau aku tak bisa bercanda denganmu, dengan siapa lagi aku harus jadi diri sendiri?” ucap Arya lirih.Kata-kata itu membuat Rayana kehilangan daya untuk membalas. Ia berhenti berjalan maju, jantungnya berdegup kacau.Tanpa memberi kesempatan Rayana menghindar, Arya melingkarkan kedua lengannya ke tubuh Rayana, memeluknya erat dari belakang.“Lepaskan aku!” suara Rayana bergetar, tubuhnya meronta-ronta minta dilepaskan.Namun Arya mempererat pelukannya, Arya menunduk, bibirnya hampir menyentuh helai rambut Ray

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 33 Hari Pertama Dibali

    "Ini bulan madu kita. Simpan saja cerita sedihmu itu, dan jangan pasang wajah suram di hadapanku lagi!" bentak Arya, lalu bergegas masuk ke dalam villa.Rayana hanya bisa diam, menelan ludah pahit. Rasa kecewa menyelinap di hatinya—ternyata suaminya sama sekali tak peduli pada luka kelam yang masih membekas dalam hidupnya.“Hmmp… di kepalanya hanya soal buat keturunan. Benar-benar lelaki yang tak punya hati,” gumam Rayana lirih, sambil menyeret koper masuk ke villa.Beberapa saat, setelah Rayana baru saja selesai menata pakaian di lemari. Ia keluar kamar, lalu mendapati Arya sedang duduk di ruang santai, sibuk menatap layar laptopnya. Jemarinya menari cepat di atas keyboard, seakan dunia di sekeliling tak lagi penting.“Tu–tuan…” suara Rayana pelan, nyaris ragu. "Hmmm," Arya berdehem. Tanpa melihat ke arah Rayana.“Ka–kalau boleh tahu… berapa lama kita akan menetap di Bali?” tanyanya terbata-bata.“Yah... Mungkin seminggu, atau dua minggu,” sahut Arya tanpa menoleh, matanya tetap ter

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 32 Lagi-lagi Gagal Kabur

    "Hmm..."Rayana coba membuka kedua mata perlahan, terasa berat karena habis menangis. Sinar mentari pagi menyelinap dari celah jendela membuatnya mengerjap pelan. Begitu sadar, ia sontak bangun kaget—menoleh ke kiri dan kanan. Kosong.“Eh, kemana dia?” gumamnya pelan. Ia bahkan sempat menepuk-nepuk kasur, memastikan tidak ada seseorang yang bersembunyi di balik selimut.Dengan hati yang masih berdegup kencang, Rayana memeriksa sekeliling kamar, memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa di sana. Setelah puas dengan penemuan bahwa dirinya benar-benar sendirian, ia menurunkan tatapan ke pakaiannya."Syukurlah, aku masih pakai baju." Ia bernapas lega. Mengingat kejadian yang memalukan di hotel dulu tak ingin terulang lagi.Rayana membuka pintu kamar perlahan, mengintip ke luar. Koridor tampak lengang, tak seorang pun terlihat. Dengan hati-hati ia melangkah keluar, telapak kakinya yang telanjang tak menimbulkan suara di lantai dingin itu.Hening.Hanya kicau burung dan gemericik air mancur da

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 31 Minta Dipijat

    “Maaf aku tidak bisa, Anda… masih sakit. Jadi lebih baik aku di kamar sebelah saja, toh aku tetap bisa mendengarmu kalau butuh sesuatu.”Arya menghela napas panjang, sambil memegangi keningnya. “Kamu lupa, kata dokter tadi… kalau aku sampai demam lagi, sakitku bisa tambah parah.”Rayana mendengus, berusaha menutupi rasa cemas yang muncul. “Jangan sok dramatis. Barusan kamu masih bisa bercanda dan habiskan sepiring buah. Lebih baik anda istirahat saja, biar besok cepat pulih dan kembali bekerja.”Arya menutup mata rapat-rapat, suaranya dibuat serak dan lemah, seolah kehilangan tenaga. “Aku tidak bercanda, Rayana… tubuhku benar-benar berat. Tolong, jangan biarkan aku sendirian malam ini.”Rayana terdiam. Batinnya berperang hebat—akalnya ingin menolak, tapi tatapan Arya yang lemah meluluhkan niatnya untuk melarikan diri.“Baiklah… tapi jangan berbuat macam-macam,” ucapnya dengan berat hati.Arya tersenyum puas, mengangkat tangan seolah bersumpah. “Aku janji. Hanya tidur, tidak lebih.”Ma

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 30 Merawat Bayi Besar

    "Tuan Arya mengalami demam tinggi akibat radang. Saya sudah memberikan obat penurun panas, tetapi Anda harus terus memantau kondisinya. Pastikan ia cukup istirahat dan diberi cairan yang cukup. Kalau demamnya tinggi lagi, segera hubungi saya lagi," ucap sang Dokter."Terima kasih banyak, Dokter. Saya akan merawatnya dengan baik." seru Rayana, kedua tangannya terus mengepal kaos yang ia pakai.Lagi-lagi tak bisa kabur, tak ada pilihan bagi Rayana, seharian penuh akhirnya ia merawat Arya sesuai instruksi dari sang Dokter. Setiap beberapa jam, ia memberikan obat yang diberikan dokter dan mengompres tubuh Arya dengan air hangat.Kesal teramat kesal, tentu saja hal itu yang sedang Rayana rasakan sekarang. Dirinya harus terpaksa merawat suaminya lebih dari 24 jam, lantaran tak ingin nama kedua mendiang orangtuanya buruk, kalau Arya sampai meninggal karena ia abaikan."Bangunlah Tuan, Anda harus makan bubur, walaupun hanya sedikit, tapi bisa menambah tenaga."Perlahan Arya membuka matanya, i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status