Share

BAB 3 Malam Penuh Frustasi

Author: Noona Y
last update Last Updated: 2025-08-14 20:11:57

“Apa maksudmu, Ash? Aku nggak mau dia. Aku mau kamu malam ini!” Arya kesal, menatap istrinya dengan geram.

Ashley mengerutkan keningnya, “Aku lelah Arya! Setiap minggu mereka meneleponku, menanyakan kapan aku akan memberikan mereka cucu. Kamu tahu kan aku tidak mau mengandung, aku tidak mau bentuk tubuhku berubah. Dan sekarang solusinya ada di depan mata, jadi jangan menolaknya!”

Arya menggeleng, satu malam bersama Rayana sudah cukup menjijikan baginya.

Ashley menatap tajam, suaranya kembali meninggi. "Aku tidak peduli bagaimana caranya, yang penting besok kita sudah punya alasan untuk mengatakan kepada semua orang… kalau kita akan segera punya anak.”

Arya mengerang kesal, tangannya menghantam meja makan hingga gelas bergetar. Rayana tersentak kaget. Dalam benaknya ia ingin kabur sejauh mungkin dari pasangan gila ini.

“Sudah kubilang, Ash! Lebih baik kita mengadopsi bayi daripada kamu terus menyiksa aku seperti ini!” pekik Arya, wajahnya tampak sangat tertekan.

Melihat suaminya marah, Ashley malah ikut meledak. “Adopsi?! Aku gak sudi! Kau pikir aku mau menanggung malu karena dianggap tak bisa memberikanmu keturunan? Tidak, Arya! Aku ingin bayi dari benihmu, dan aku harus mendapatkannya—dengan cara apa pun!”

Arya menatapnya tajam, rahangnya mengeras. “Apa salahnya juga jika aku menginginkan bayi yang berasal dari rahimmu? Bukan dari saudara tirimu yang bahkan tidak jelas asal-usulnya.”

Tatapan jijik Arya beralih pada Rayana. Sontak, Rayana memeluk dirinya sendiri, berusaha menutupi bagian dadanya yang terbuka karena lingerie tipis yang dipaksakan Ashley.

Ashley menghela nafas panjang, mendekati suaminya dengan langkah anggun. Ujung jarinya menyusuri perlahan jemari Arya yang tampak mengepal, sentuhan itu seperti jebakan yang dibalut kelembutan. Tapi berhasil meluluhkan kemarahan suaminya.

“Sayang…” suaranya lirih, terdengar manis tapi beracun. “Kamu tahu kan, karier modelingku sedang berada di puncaknya. Ini cita-citaku sejak kecil Mas. It’s my dream. Jadi… tolong terima Rayana. Gunakan dia sesukamu. Perlakukan dia layaknya seorang budak…”

Nada manisnya terdengar seperti bisikan di telinga Arya, tapi bagi Rayana, itu seperti pisau yang dengan sengaja mengiris sisa harga dirinya.

Rayana menunduk, menahan napas. Kata ‘budak’ itu menggema di kepalanya, membuatnya ingin lari. Tapi kakinya berat, seakan rantai tak kasatmata menahannya di tempat.

Arya memandang Rayana dengan sorot mata tajam, rahangnya mengeras. Tatapan itu penuh kebencian, seolah semua masalah ini adalah ulah Rayana. Ia benci merasa terjepit di antara dua wanita, benci dipermainkan seperti ini, namun tatapan Ashley yang penuh permohonan itu perlahan meruntuhkan amarahnya.

“Tolong, Sayang…” suara Ashley lembut. “Demi aku… dan demi masa depan keluarga kita.”

Dengan helaan nafas berat, Arya akhirnya setuju—lebih tepatnya menyerah demi kebahagiaan istri. Ia bangkit dari kursinya, melangkah melewati Ashley yang tersenyum puas, lalu menuju Rayana.

Tanpa sepatah kata pun, Arya meraih pergelangan tangan Rayana dan menyeretnya masuk kedalam kamar. Pintu dibanting keras.

Blam!

Sekejap kemudian, tubuh Rayana didorong hingga jatuh ke ranjang ukuran king size. Arya menatapnya sinis, “Perempuan murahan penuh muslihat, kau pikir aku nggak tahu? Semua ini rencanamu untuk menjebakku!”

Rayana ketakutan, hanya bisa diam—kalaupun ia membalas, pasti tak akan mengubah nasibnya malam ini.

Arya meraih pergelangan tangan Rayana dengan kasar, jemarinya mencengkeram seperti ingin menembus kulit. Satu tarikan keras membuat tubuh Rayana terhuyung, jarak mereka kini hanya sejengkal. “Jangan pura-pura suci,” desisnya, napasnya panas membakar wajah Rayana. “Kau tidak pernah—tidak akan pernah—sebanding dengan Ashley.”

Tatapan Arya menusuk, bola matanya yang gelap memantulkan ketakutan diwajah Rayana. Rayana memalingkan wajah, tapi genggaman Arya memaksa dagunya kembali menghadapnya. Tatapan pria itu—penuh jijik.

Rayana menggeleng cepat, “Aku nggak—”

Kalimatnya terputus, matanya membelalak, melihat Arya mulai melepas pakaiannya satu per satu. Dia langsung menindih tubuh Rayana tanpa memberi ruang sedikit pun, berat badannya menekan tubuh Rayana hingga hampir tak bergerak.

Jemari Arya meraba dengan kasar, mencengkeram bahu dan lengan Rayana seolah ingin menandai dan menguasainya sepenuhnya.

Tak lama, deruan napas mereka memenuhi ruangan, bersahutan dengan desahan kasar yang keluar dari tenggorokan Arya. Gerakannya kasar seperti dimalam pertama, tapi kali ini penuh gairah. Tubuh mereka saling beradu, antara nafsu dan amarah bercampur menjadi satu.

Beberapa saat kemudian.

Arya terbaring di sisi ranjang, napasnya masih memburu, dadanya naik-turun cepat. Ia menatap langit-langit, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi.

Tak percaya… ia kelepasan dua kali.

Bahkan dengan Ashley, istri yang sudah dinikahinya selama setahun, Arya jarang sekali merasakan kepuasan seperti ini. Biasanya, satu kali saja sudah cukup—atau lebih tepatnya, sudah dianggap cukup oleh Ashley.

Begitulah Ashley jika sudah merasa puas, permainan langsung ia hentikan, tak peduli apakah Arya masih menginginkannya atau tidak. Kadang, ketika ia belum puas, Ashley malah memaksanya walau tau Arya sedang kelelahan. Di lain waktu, saat Ashley tidak mau, Arya terpaksa harus mengurus hasratnya sendiri di kamar mandi.

Tapi Rayana… Berbeda, ia tidak egois seperti Ashley.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 9 Malu-malu Tapi Mau

    “Aku bisa menyembuhkan kakimu dengan cepat, asalkan kamu, biarkan aku melakukannya.”Arya tak mau menghentikan gerakannya sebaliknya, ia merapatkan tubuhnya. Lututnya menekan ranjang, mengikis habis jarak di antara mereka. Rayana makin terdesak, dadanya naik-turun dalam kepanikan.“Me… melakukan apa? Maksudnya itu!” seru Rayana panik. Tak disangka Arya minta jatah, tanpa disuruh Ashley. Tak disangka, Arya sendiri meminta jatah, bahkan tanpa perintah dari Ashley.Arya mengangguk. “Sudah jadi tugasmu, mengandung benihku. Kamu harus cepat mengandung supaya urusan diantara kita cepat selesai."“Tidak!” Jawab Rayana, nada suaranya lantang.“Kau bilang apa!?” Arya mendengus, wajahnya terlihat kesal, seakan tak percaya dengan keberanian yang Rayana tunjukkan.“Aku bilang tidak!” Rayana menegakkan tubuhnya. “Seperti kata Ashley tadi pagi, kau harus minta izin padanya dulu kalau ingin menyentuhku.”Kata-kata itu meluncur tajam, menusuk harga diri Arya. Ruangan seketika diliputi ketegangan—anta

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 8 Sudah Tidak Tahan

    “Jangan sampai dia ganggu aku lagi…” gumam Rayana, sambil berjalan menahan perih di pergelangan kakinya.Langkahnya tertatih-tatih, tapi ia tetap memaksa masuk ke kamarnya, sebelum Arya selesai makan malam.Rayana merasa jijik karena tubuhnya terus saja di sentuh sana sini oleh Arya. Tanpa membuang waktu lagi, ia seret kakinya menuju kamar mandi. Ngiikk…Keran Shower diputar.Air hangat pun keluar, mengalir begitu deras, membasahi wajah hingga seluruh tubuh Rayana. “Ahh segarnya…." Gumam Rayana sambil bersenandung, ia memejamkan kedua mata, tapi tiba-tiba pikirannya kembali tenggelam dalam kegelisahan yang mengganggu.“Apa-apaan! Tadi itu… kenapa dia selalu saja melecehkankan aku, kenapa juga jantungku ikut berdebar?” ucapnya dengan nada kesal, sembari menggosok tubuhnya dengan busa sabun.Rayana meraba dadanya, tangannya gemetar, seolah masih merasakan sentuhan jemai Arya. Ia menggeleng cepat, menolak bayangan wajah taman Arya dengan tatapan intens."Iiihhss! Lama-kelamaan aku bisa

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 7 Kesempatan Dalam Kesempitan

    “Ash, kau di mana? Kenapa belum pulang?” tanya Arya ditelepon, sambil melirik jarum jam di tangan, Rolex-nya menunjukkan pukul tujuh malam.“Maaf, Sayang. Sehabis pemotretan, tiba-tiba Fransisca aja aku makan malam. Besok dia mau berangkat ke Milan selama sebulan, jadi aku tidak bisa menolak ajakan yang penting ini,” ucap Ashley di Seberang sana.Arya mengerutkan dahi. Selalu saja begitu. Ashley lebih memprioritaskan teman-temannya, daripada melayani suaminya sendiri. Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, langsung saja ia menutup telepon, tak peduli jika bahkan Ashley akan pulang dan mengomel nanti.Sambil masih berdiri di ruang tamu, Arya menghela nafas Panjang, menatap datar ke sekeliling ruangan apartemen kondominium yang kososng. Baru saja ia pulang bekerja, berharap bisa menghabiskan malam indah bersama istrinya, namun lagi-lagi rencana itu buyar.Bruk!Klontang! Klontang!Tiba-tiba, Arya mendengar suara gedebuk disertai suara kaleng jatuh dari arah dapur. Suara itu terdengar c

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 6 Mengarang Cerita

    “Selamat Pagi, Boss,”Suara seorang pria menyambut Arya begitu ia baru masuk ke ruangan kerjanya di lantai 21 gedung perusahaan Widyantara Corp.Arya mengerutkan kening."Justin," ucapnya, menyebut nama pria yang sedang santai duduk di kursi kebesarannya."Bagaimana kabarmu, my friend? Kenapa pagi ini wajahmu terlihat kusut sekali?" Justin terkekeh, nada suaranya penuh ejekan.Arya tak menggubris, ia hanya berjalan menuju meja bar di sudut ruangan, membuka lemari minuman, lalu mengeluarkan sebuah botol kristal yang berisi cairan keemasan, ia tuangkan ke dua gelas kristal yang berkilau tertimpa cahaya lampu bar."Kita ngobrol sambil minum," ajaknya."What! Masih pagi begini ajak minum whisky? Jangan bilang, kalau semalam habis bertengkar hebat sama istri tercinta?" Justin mengangkat kedua bahunya, merasa heran. Sebagai sahabat lama, yang megenal Arya sejak bangku kuliah, Justin tahu betul—minuman keras selalu jadi pilihan Arya saat pikirannya sedang kusut.Arya duduk di sofa, wajahnya

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 5 Harus Ijin Dulu

    “Hentikan!” Pekik Arya, Rayana langsung terdiam, tangannya membeku di udara.Arya beranjak dari kursinya, matanya menatap Rayana, sambil menunjuk dengan jari, lalu berkata dengan nada sinis, “Kamu! Ikut saya ke kamar.”Ashley terkekeh, senang melihat Rayana ketakutan, seakan rencananya telah berjalan tepat seperti yang ia mau. Tentunya ia berharap suaminya Arya akan menghukum Rayana pagi ini, membuat adik tirinya itu makin menderita dan tertekan.Blam!Pintu kamar ditutup rapat, suasana kamar berubah mencekam. Arya menarik tangan Rayana kasar, dan menjatuhkannya ke sisi ranjang.Entah apa yang sedang merasuki pikiran Arya sekarang, deru nafasnya kian memburu, sorot matanya tajam, seperti binatang buas yang mau menerkan mangsanya, Rayana merinding ketakutan.“Maafkan saya… saya—” ucapnya terbata-bata, namun kata-katanya terputus ketika jemari Arya menyentuh dagunya, mengangkat wajahnya.“Kau kira aku tidak mengerti permainanmu? Perempuan licik, seperti ular—bersikap seolah polos, padah

  • Terpaksa Dimadu: Mengandung Benih Kakak Ipar   Bab 4 Rasa Tak Nyaman

    “Uuhgg… sakit,”Pagi ini, Rayana masih meringkuk dalam selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Matanya sembab setelah menangis semalaman menahan nyeri di sekujur tubuhnya.Di malam kedua ini, rasa sakit dan perih memang tidak terasa, namun durasinya jauh lebih panjang dibandingkan malam pertama. Malam kedua terasa seperti siksaan tak berkesudahan, setiap hentakan yang menghantam tubuh Rayana seperti gelombang ombak yang menghantam dadanya, membuat napasnya kian berat dan sulit bernapas.Rayana tak lagi yakin apa yang sebenarnya terjadi semalam. Tubuhnya seperti bukan miliknya lagi, ada momen-momen di mana ia sadar dirinya ikut terseret oleh kenikmatan di tengah penyiksaan itu. Perasaan aneh itulah yang mengoyak hatinya, mencabik-cabik harga diri yang sedikit demi sedikit sedang terkuras habis.“Hmm….”Tiba-tiba terdengar gumaman Arya di sebelahnya. Rayana tersentak, sadar dirinya terlalu larut dalam pikiran sendiri. Cepat-cepat lah ia bangkit, sebelum Arya membuka matanya, lalu berlar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status