Akhirnya setelah dibujuk oleh Rehan dan Hartono. Indri memutuskan untuk tetap tinggal di rumah bersama Hartono."Apa kamu sungguh yakin ingin mendonorkan darahmu untuk Gendis?" tanya Karta sebelum melakukan tes darah.Keduanya berjalan di lorong rumah sakit menuju ke sebuah ruangan tes darah.Dengan wajah penuh keyakinan Rehan pun menjawab. "Iya saya yakin, pak," jawab Rehan tegas.Tanpa ragu, akhirnya mereka pun masuk ke dalam ruangan tes. Namun, tak lama Karta kembali keluar dan menghampiri Ayu yang tengah menunggu di depan ruangan Gendis."Yu, apa Gendis masih belum sadar?" tanya Karta."Belum, Mas," jawab Ayu."Tadi kenapa kamu bilang keadaan Gendis baik-baik saja padahal jelas-jelas sekarang keadaannya sedang buruk sampai-sampai dia buyuh donor darah," ucap Karta."Ya kita nggak mungkin jujur pada mereka tentang semuanya ini, Mas. Sebab Gendis sampai terbaring di rumah sakit." Ayu menatap lekat Karta."Memangnya kamu mau kalau sampai kamu dituntut oleh keluarga Gendis karena suda
"Alhamdulillah keadaan ibu Gendis sudah membaik setelah menerima donor darah."Mendengar ucapan sang dokter membuat Karta dan Ayu akhirnya bisa bernaoas lega. Meskipun di dalam hati Ayu merasa tak suka jika Gendis bisa sehat seperti semula lagi."Terima kasih, ya, dok. Terima kasih karena sudah menolong istri saya," ucap Karta dengan perasaan bungah."Bapak tidak perlu berterima kasih pada saya. Ini semua kan berkat usaha bapak dan keluarga yang sudah berhasil mendapatkan darah yang cocok untuk ibu Gendis." Dokter itu tersenyum tipis pada Karta."Hanya saja saya minta agar lain kali bapak lebih menahan nafsu bapak. Setidaknya tunggu sampai ibu Gendis selesai masa nifas. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi," terang sang dokter mengingatkan.Sontak saja Rehan yang mendengar ucapan sang dokter pun terbelalak. Tak terkecuali Karta dan Ayu yang terkejut mendengar ucapan sang dokter."Akh sial! Kenapa dokter harus bilang seperti itu segala sih," batin Ayu kesal."T-tunggu, dok.
"Loh kok mbak Indah yang jagain Yasmine?" tanya Ayu yang tiba-tiba saja menerobos masuk ke dalam kamar Gendis.Indah dan Raya pun lantas menoleh ke arah datangnya Ayu. Indah sedikit gugup melihat Ayu masuk ke dalam kamar Gendis."Duh, kok Ayu ke sini, sih. Kira-kira dia lihat Gendis pergi nggak, ya," batin Indah yang gelisah jika Ayu sampai melihat Gendis pergi."Mbak! Ditanya kok malah diam saja, sih! Gendis kemana kok malah mbak Indah dan Raya yang di sini jagain Yasmine?" tanya Ayu sekali lagi.Ayu yang belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, masih belum merasa puas."Oh emmm i-itu, Gendis sedang ke kamar mandi," jawab Indah yang mengira bahwa Ayu tak melihat kepergian Gendis.Indah mencoba membohongi Ayu agar dia tak membuat ulah dengan melaporkan kepergian Gendis yang tanpa izin. Indah tahu benar bahwa Ayu tak menyukai Gendis sehingga kemungkinan seperti itu bukannya tidak mungkin."Halah nggak usah bohong deh, Mbak. Mana ada Gendis ke kamar mandi. Jelas-jelas tadi aku liha
Gendis menghembuskan napas lega saat melihat parkiran mobil yang masih kosong."Huh, syukurlah mas Karta belum pulang," ucap Gendis lirih.Ia pun segera masuk sembati menoleh ke kanan dan ke kiri mengamati situasi saat itu. Setelah melihat keadaan rumah aman dan sepi, Gendis pun langsung masuk ke dalam kamarnya."Loh mbak Indah dimana ya. Apa ada di kamarnya," batin Gendis saat melihat kamarnya yang kosong dan tak ada siapapun.Gendis pun segera mengganti pakaiannya dengan daster biasa lalu menuju ke kamar Indah.Namun, belum sempat Gendis membuka pintu kamar Indah, Karta sudah lebih dulu pulang bersama dengan Anjarwati."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Gendis sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman."Mana Indah dan juga Ayu?" tanya Karta."Aku di sini, Mas," ucap Ayu tiba-tiba dengan senyum misterius di bibirnya.Tak lama Indah pun kekuar sembari menggendong Yasmine. Tak lupa Indah pun ikut bersalaman seperti istri Karta yang lainnya."Makan malamnya sudah siap, kan?" tanya Kar
Melihat keadaan Gendis yang tidak baik-baik saja karena ulah Ayu membuat Indah merasa sangat kesal.Saat Ayu hendak masuk ke dalam kamarnya tiba-tiba tangan Indah menahan pintu kamar membuat Ayu seketika itu juga menoleh."Mbak Indah," ucap Ayu bingung.Tanpa basa-basi Indah langsung menarik Ayu masuk ke dalam kamar dan mendorong tubuhnya hingga mentok ke dinding.Jari-jemari Indah yang lentik mencoba mencengkram leher Ayu hingga membuatnya sesak napas."Kurang ajar kamu ya, Yu! Bisa-bisanya kamu mengkhianati aku. Bukannya tadi kamu bilang tidak akan mengadukan kepergian Gendis pada mas Karta jika aku memberimu 15 juta. Tapi ternyata apa? Dasar pembohong!" umpat Indah kesal.Ayu yang kesulitan bernapas mencoba melepaskan tangan Indah tapi terasa begitu sulit."T-tolong l-lepaskan aku d-dulu Mbak," pinta Ayu terbata-bata.Napas Ayu mulai melemah dan tenaganya yang sempat memberontak pun mulai tak bergerak lagi.Dengan cepat Indah melepaskan cengkraman tangannya di leher Ayu dan membiar
Hingga menjelang pagi, Gendis tak bisa memejamkan kedua matanya untuk tidur. Ia terus saja kepikiran tentang ucapan Indri."Ya Allah bagaimana ini. Indri sedang butuh uang untuk membayar sekolah tapi aku sama sekali nggak pegang uang. Rekening ku juga kosong." Gendis mengecek isi rekeningnya dari telepon genggam miliknya."Aku benar-benar seorang kakak yang tidak berguna. Indri benar bahwa nggak ada gunanya aku menikah dengan pria kaya. Aku tetap saja tidak bisa diandalkan," tambahnya lagi.Waktu terus berjalan dan Gendis merasa semakin bingung tapi Ia tak berani bicara pada Indah.Gendis tak mau mengatakan kesusahannya pada Indah dan membuatnya merepotkan Indah lagi."Ya Allah, aku harus bagaimana sekarang?" tanya Gendis pada dirinya sendiri.Lama, Gendis menahan kedua matanya untuk berkedip hingga pikirannya jauh berkelana entah kemana.Gendis mencoba meminta tolong pada Ayu, Anjarwati dan Karta dengan catatan hutang tapi mereka tak memberikannya sepeserpun.Gendis merasa semakin se
Tanpa belas kasian, Ayu mengambil semua uang milik Gendis dan membawanya pergi.Dengan raut wajah yang masih kesal, Ayu masuk ke dalam kamarnya.Pintu kamarnya di tutup dengan rapat dan Ayu pun menghitung uang yang ia ambil dari Gendis."Hah cuma 15 juta? Ini mah masih kurang banyak. Aku beli baju itu kan 30 juta," sungut Ayu sedikit kesal.Tapi tak lama senyum di wajahnya kembali mengembang dengan semringah."Tapi nggak apa-apa, deh. Daripada nggak sama sekali," lanjut Ayu.Tak lama Ayu pun kemudian bersiap untuk pergi ke ATM dan mentransfer semua uang yang ia ambil secara paksa dari Gendis.Ayu tak menghiraukan tangisan Gendis yang terdengar hingga keluar kamar. Dengan begitu santai dan tanpa beban, Ayu melangkahkan kakinya melewati kamar Gendis.Namun, saat Ayu baru saja keluar dari rumah tiba-tiba ia bertemu dengan Indri.Indri tamoak berjalan dengan sedikit tergesa-gesa. Dengan cepat Ayu pun menghadang dengan tangannya."Eh tunggu! Kamu mau kemana?" tanya Ayu.Indri yang langkah
Setelah Karta dan Anjarwati pulang, mereka pun akhirnya makan malam bersama. Namun, kali ini Gendis tak diizinkan ikut makan malam sebagai hukuman atas kesalahannya kemarin."Yu, bisa nggak sih kalau lagi makan tuh jangan sambil main HP? Nggak sopan banget," tegur Anjarwati yang merasa kesal karena Ayu yang masih sibuk main HP di sela-sela makannya."Oh emmm i-iya, Bu," jawab Ayu sembari meletakkan HP-nya ke atas meja makan."Emang kamu belum puas apa, Yu, daritadi main HP terus? Kamu bahkan sampai nggak bantu nyiapin makan malam ini loh," ucap Indah yang dengan sengaja memojokkan Ayu yang sudah kepalang ditergur oleh Anjarwati."Apa benar apa kata Indah, Yu?" tanya Karta melirik ke arah Ayu."Ih apaan sih mbak Indah, lemes banget mulutnya," batuk Ayu kesal."Emmm i-itu tadi sebenarnya nggak sengaja, Mas. Tadi Raya ngajakin main jadi aku nggak bisa bantuin mbak Indah dan Gendis masak," jawab Ayu berkilah."Halah, bohong aja kamu," ucap Indah yang tak percaya dengan ucapan Ayu.Namun,