Share

Terpaksa Jadi Karakter Utama
Terpaksa Jadi Karakter Utama
Author: Herolich

#1 Serangan

Author: Herolich
last update Last Updated: 2021-10-06 10:48:59

Dari TV di sudut kamar apartemen, terdengar seseorang membaca berita dengan nada panik sepertinya sedang terburu-buru.

 

[Keadaan darurat. Organisasi Internasional telah melaporkan tentang benda asing besar yang bergerak mendekati Bumi]

 

Artin berbaring malas di tempat tidurnya. Energi yang dia habiskan sepanjang hari bekerja keras di kantor membuatnya menghiraukan banyak hal yang sedang terjadi di sekitarnya.

 

'Hidupku membosankan.'

 

Artin mengingat semua yang dia lakukan dalam hidupnya. Dia bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan teknologi dan menghabiskan sebagian besar malamnya bermain game. Hal sama yang telah dia lakukan selama dua tahun terakhir tinggal di ibukota.

 

[Kejadian aneh menyusul, semua media komunikasi dari dalam negeri ke luar negeri terputus. Internet, telepon, dan media komunikasi lainnya hanya dapat dilakukan secara lokal]

 

Berita itu masih berlangsung, tetapi Artin tetap tidak menyadarinya.

 

Dia perlahan menutup matanya. Tubuhnya tersedot ke permukaan kasur, membuat rasa lelah yang menyelimuti tubuh dan hatinya perlahan memudar.

 

Artin mencoba mengingat beberapa keinginan yang belum sempat ia penuhi.

 

'Game terbaru, aku belum memainkannya. Kehidupan percintaan? Ah, untuk yang satu ini, tidak ada harapan untukku. Meskipun terkadang aku sangat membutuhkan kehadiran seorang wanita dalam hidupku!’

 

Artin berteriak dalam pikirannya, membuka matanya, dan bangkit dari tempat dia berbaring. Dia berjalan dengan langkah berat menuju kulkas, mengambil beberapa makanan ringan dan sekaleng soda.

 

Artin berjalan, menyeret kakinya, lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa kecil di tengah ruangan. Dia meraih remote TV yang tergeletak di lantai, mengganti saluran, berpikir sejenak, dan melemparkan remote ke mana pun tangannya tertuju.

 

‘Bosan.’

 

Artin membuka bungkus makanan ringan di tangannya dan mengunyah beberapa potong keripik kentang.

 

‘Bosan.’

 

Artin membuka kaleng minuman di tangannya, meneguk beberapa teguk isinya dengan mata menghadap ke dinding kosong.

 

‘Bosan, bosan, bosan’

 

Artin meletakkan kaleng minuman di meja kecil di samping sofa, memiringkan kepalanya menghadap cermin berdiri di sudut ruangan.

 

Artin meletakkan kaleng minuman di meja kecil di samping sofa, memiringkan kepalanya menghadap cermin yang berdiri di sudut ruangan. Dia menyentuh wajah dan dagunya, menggosoknya dan senyum muncul di wajahnya.

 

‘Wajahku tampan ya? ha ha’

 

Di cermin, ada sosok pemuda berusia 22 tahun. Dia memiliki rambut hitam pendek dan beberapa lapis janggut tipis menghiasi dagunya. Artin memiliki kulit yang mulus untuk standar pria, tetapi pakaian yang berantakan membuatnya terlihat lebih seperti orang yang tidak terawat.

 

Ponsel di saku Artin tiba-tiba bergetar. Dia segera meraihnya dan menemukan jika adiknya Siera menelepon.

 

[Kakak? Berita di TV? Kakak, apa ini? Apakah kamu baik-baik saja?]

 

Terdengar suara Siera menyerangnya dengan beberapa pertanyaan histeris saat dia mengangkat telepon.

 

Perhatian Artin teralihkan untuk sesaat, otot-otot di wajahnya menegang, dan matanya yang awalnya suram tiba-tiba fokus mencoba menangkap setiap informasi yang disampaikan pembaca berita.

 

"Ya Kakak baik-baik saja. Kamu juga, oke? Kita akan pantau dulu berita dari pemerintah. Tolong jaga dirimu dan Ibu baik-baik. Aku akan melakukan hal yang sama di sini.”

 

[Kakak. Aku takut. Ini bukan akhir dunia, kan?]

 

"Tidak apa-apa, tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan meneleponmu lagi nanti."

 

[Iya Kak, jaga dirimu baik-baik.]

 

Artin segera mematikan panggilan telepon dan memantau berita di TV. Kali ini seseorang yang mengaku ahli sedang mempresentasikan sebuah foto yang sebelumnya disebarluaskan oleh organisasi Internasional tersebut.

 

Dalam foto tersebut, puluhan, bahkan ratusan benda besar seperti meteor bergerak menuju Bumi.

 

‘Astaga! Kiamat?’

 

[Ratusan Meteor bergerak menuju Bumi! Kita hanya punya beberapa menit! Tabrakan pasti terjadi. Tidak ada tempat untuk lari. Hidup kita akan segera berakhir!!!]

 

Seorang Pakar di TV berteriak histeris, tangannya gemetar, dan tubuhnya jatuh ke lantai.

 

"Bodoh! Apakah tidak ada orang yang lebih kompeten dalam menyampaikan informasi?"

 

Jeritan dan sirene mobil terdengar dari luar ruangan. Artin berlari ke jendela, membuka tirai, dan mengintip dari mana suara itu berasal. Dari lantai delapan tempat tinggalnya, terlihat puluhan orang berhamburan keluar, beberapa di antaranya panik, dan kendaraan yang mereka gunakan bertabrakan.

 

“Sial! Hanya dari berita saja sudah membuat mereka panik!"

 

Artin tidak bisa tidak memikirkan Ibu dan adik perempuannya, butiran keringat dingin muncul di wajahnya. Artin melemparkan kaleng soda yang masih dipegangnya ke lantai, melihat kembali ke TV.

 

[Berikut, kami menampilkan tayangan video yang mungkin merekam kedatangan benda langit tersebut.]

 

Tampak di TV, langit gelap karena cahaya bulan tertutup awan. Sinar cahaya yang ditembakkan ke langit memberikan sedikit informasi tentang apa yang terjadi di sana.

 

Beberapa saat kemudian, terdengar suara petir dari luar kamar, embusan angin kencang masuk dari jendela yang telah dibukanya. Artin dengan cepat menutup jendela dan kembali menonton TV dengan wajah yang semakin pucat.

 

[Langit, langit mulai terbelah. Tuhan… Ampunilah dosa kami.]

 

Barisan awan gelap yang menutupi langit terbelah, dan sebuah benda besar seukuran bangunan enam lantai muncul, jatuh dengan kecepatan sangat tinggi menuju gedung-gedung di kota. Beberapa detik kemudian, terjadi tabrakan, dan gelombang besar yang terbuat dari puing-puing bangunan dan tanah berguling tinggi dan bergerak sangat cepat ke arah kamera. Layar TV tiba-tiba menjadi hitam. Terdengar ledakan yang memekakkan telinga di kejauhan.

 

Artin jatuh ke lantai, menundukkan kepalanya. Ruang apartemen bergetar, beberapa benda jatuh ke lantai, lampu di ruangan itu berkedip, padam selama beberapa detik, dan kemudian hidup kembali.

 

Artin buru-buru berlari ke sofa, meraih remote TV di lantai, dan berulang kali mengganti saluran mencoba mencari siaran lain yang mungkin menyiarkan hal yang sama.

 

Setelah beberapa kali mencoba, Artin akhirnya menemukan siaran yang diambil dari helikopter. Dari gambar yang ditampilkan, kondisi kota rata dengan tanah. Di tengah tengah benturan berdiri sebuah batu hitam besar, masih meninggalkan lapisan asap tipis bekas terbakar.

 

[Kami melaporkan langsung dari tempat kejadian. Asal tabrakan, batu meteor besar terlihat di kamera. Bahkan dari kejauhan, terlihat jelas bahwa batu itu bergetar sangat keras.]

 

Artin berdiri kaku di depan TV, matanya melotot dan keringat mengucur di sekujur tubuhnya.

 

"Mengapa batu meteor itu terlihat seperti hidup?"

 

Artin menelan ludahnya beberapa kali, menyaksikan batu meteor besar di TV bergetar seperti makhluk hidup.

 

Permukaan batu retak beberapa detik kemudian, tetapi pecahannya tidak jatuh ke tanah melainkan melayang di udara, yang perlahan menumpuk tinggi, sekilas menyerupai bentuk.

 

“Manusia?”

 

Terlihat tubuh besar berwarna hitam dengan sepasang kaki dan tangan. Dari kejauhan, terlihat seperti manusia dengan tubuh batu atau batu besar dengan wujud manusia?

 

“Golem?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
Menarik sekali untuk membaca cerita ini
goodnovel comment avatar
Candra Nistari
imajinasinya good ni
goodnovel comment avatar
Indy Shinta
Waaah langsung dibikin tegang di bab pertama!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #80 Kondisi Darurat

    Setelah mengetahui bahwa orang yang mencari Artin adalah Teddy, Laila memutuskan untuk menunggu di luar sementara Artin mengikuti kemana pria militer itu membawanya. Di lantai tertinggi, sebuah ruangan dengan dua pintu kayu terbuka ketika Artin berada tepat di depannya. Pria militer yang menemaninya mempersilahkan Artin untuk masuk. Sebuah ruangan dengan sofa dan meja kaca di tengah, juga beberapa meja dengan kursi serta seperangkat komputer di sisi lain. “Halo, Artin. Mari, silakan duduk.” Artin berjalan mendekat dan duduk berseberangan dengan Teddy. Dalam kondisi selarut ini, dia masih menggunakan seragam militer yang biasa dia kenakan. Apakah semua orang dari militer bekerja 24 jam? Atau hanya karena keadaan darurat yan

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #79 Ada Yang Mencariku?

    “Aku bisa mengontrol kecepatan tumbuh tanaman rambat.” Dan coba jelaskan jenis kekuatan yang dia miliki.Artin menganggukkan kepalanya pada jawaban dari anak laki-laki itu. Seperti yang dia duga, Dan adalah orang yang sama yang datang untuk menyerangnya saat itu.'Jika memang orang yang sama, apakah dia hanya berpura-pura tidak ingat apa yang terjadi?'Artin berusaha menyembunyikan rasa penasarannya. Dia akan mencoba mencari cara lain untuk mengorek informasi dari bocah itu. Salah satu dari lima, seorang gadis berambut perak seusia Dan, tampaknya memiliki kemampuan telepati dan cukup tahu tentang apa yang terjadi. Mungkin Artin bisa mengetahui siapa lawannya jika berhasil menemukan gadis itu.“Kekuatan yang cukup menarik, Dan. Bisakah kamu menggunakan kekuatanmu untuk mengunci pergerakan lawan?"

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #78 Suatu Kebetulan Lainnya

    Tempat yang sedang Artin datangi adalah sebuah kubah besar dengan beberapa lantai, kamar dan ruangan besar di tengahnya. Tempat itu menjadi salah satu pusat penampungan bagi korban serangan monster. Ada beberapa Player dari militer yang juga menjaga area tersebut. Salah satu dari mereka berjalan memberi salam saat Artin dan Laila mendekati gerbang masuk. Seorang pria dengan pakaian militer mengangkat dan melambaikan tangannya. "Hai, Artin. Aku bersamamu dalam serangan terakhir beberapa hari yang lalu." Artin menundukkan kepalanya. "Aku mendapat izin dari Teddy untuk masuk ke dalam." Pria di hadapan mereka menoleh ke Laila yang berdiri di samping Artin, menggandeng tangannya.

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #77 Kembali Tersenyum

    Beberapa hari setelah pertarungan dengan Beastmaster berlalu dengan cukup damai. Tidak ada serangan apapun yang datang pada malam hari atau siang hari. Meski begitu, Artin dan Laila tetap rutin bersiaga, terutama di malam hari. Tentu saja, tugas mereka kali ini menjadi lebih mudah karena dukungan Fang, yang juga tanpa lelah berkeliling di sekitar rumah Laila. Sebuah portal berbentuk lingkaran kembali muncul mengambang di langit. Namun bedanya, kali ini tidak hanya ada satu, melainkan puluhan. Itu sebabnya militer dan beberapa Guild besar juga telah membagi kekuatan mereka secara merata untuk menangkal kemungkinan yang akan terjadi. Artin menyandarkan tubuhnya ke sofa besar di ruang utama rumah Laila. Malam itu, dia kembali bersiap untuk melakukan jadwal jaga seperti malam-malam sebelumnya. Awalnya, sulit untuk mengubah jam tidur dari malam ke siang, namun perlahan akhirn

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #76 Kehilangan Nyawa Atau Sebaliknya

    Artin membaringkan tubuhnya di atas batu besar, yang setengahnya terendam di tepian danau. Suara serangga terdengar saling bersahutan. Dan angin yang bertiup dari permukaan danau berulang kali menghembuskan aroma kesegaran, membuat ketenangan yang coba Artin cari dengan segera terwujud di dalam dirinya.Suara percikan air, terdengar. Setelah beberapa saat Laila membenamkan dirinya, di badan besar danau yang memantulkan cahaya bulan dengan sempurna malam itu.Artin masih memastikan mereka aman dengan meminta Fang untuk terus berkeliling dan menyisir area di sekitar mereka.“Kakak…”Beberapa percikan air mengenai wajah Artin. Tetesan air yang segera berlomba antara membeku atau mengering diterpa angin. Artin terbangun dari lamunannya, menyadari bahwa akhirnya, Laila mencoba berinteraksi kembali deng

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #75 Sedang Kehilangan Cahayanya

    Mereka, anggota Beastmaster, tampak bersikeras dengan niat mereka. Mereka tidak akan mundur sedikit pun sampai mencapai apa yang mereka inginkan. Membawa orang sebanyak ini padahal targetnya hanya dua orang. Laila sudah mencapai batasnya. Pertarungan lain yang dia lakukan akan benar-benar membahayakan nyawanya. Sedangkan, Artin yakin bahwa mereka tidak akan mundur sedikit pun setelah mengetahui, dua dari rekan mereka juga telah kehilangan nyawanya di tangan Laila. "Laila, bisakah kamu pergi menyelamatkan diri?” Artin mencoba berbisik pada Laila yang berlutut di belakangnya. Laila telah melakukan pertarungan dengan tiga orang sekaligus. Ia mampu bertahan hingga saat ini saja sudah merupakan prestasi yang cukup membanggakan. Artin bukan tidak memercayai Laila, tapi tentu saja, ada batas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status