Home / Fantasi / Terpaksa Jadi Karakter Utama / #6 Melakukan Persiapan

Share

#6 Melakukan Persiapan

Author: Herolich
last update Last Updated: 2021-10-06 10:51:05

[[ MISI UTAMA 1/4 ]]

 

[[ Perburuan Monster: Akan ada 5 gelombang Serangan Monster. Bunuh monster sebanyak mungkin, dan selamatkan sebanyak mungkin nyawa ]]

 

[[ Hadiah: Tergantung Performa ]]

 

[[ Gagal: Kepunahan Manusia ]]

 

[[ Kemajuan Misi Kecil: 1/5 ]]

 

[[ Status: Gelombang pertama akan muncul pada jam 12 malam ]]

 

Setelah memeriksa pesan yang diberikan oleh Sistem, Artin terdiam sejenak. Wajahnya yang awalnya tenang menegang lagi, dan kerutan muncul di dahi.

 

Artin membuka ponselnya dan mencari tanggapan dari masyarakat atau bahkan pemerintah terkait setuasi yang akan datang. Dan di media sosial, sebuah postingan yang sedang populer saat ini muncul sebagai pengumuman penting dari pemerintah dan militer.

 

[Militer, sebagai wakil dari Pemerintah, meminta siapa saja yang terpilih mendapatkan kekuasaan untuk mendaftarkan identitasnya. Dengan cara ini, kami berharap dapat bekerja sama untuk melewati kemungkinan yang akan terjadi lebih cepat.]

 

[Telah dibuat aplikasi sederhana untuk berbagi informasi tentang keberadaan Monster atau hal berbahaya lainnya. Silahkan unduh di sini.]

 

[Pemerintah juga menyiapkan tempat penampungan darurat untuk mencegah serangan terhadap warga sipil. Beberapa orang terpilih dari militer dan pihak lain yang telah bekerja sama juga akan berbagi tenaga untuk mengamankan tempat-tempat tersebut.]

 

Mengetahui sumber informasi berasal dari akun militer asli, Artin segera mengunduh aplikasi yang mereka sebarkan. Buka aplikasinya, dan muncul halaman registrasi. Kemudian mengisi semua data yang diperlukan.

 

[ Nama : Artin ]

 

[ Kekuatan: Sebuah Palu keren yang tidak berguna ]

 

Artin merasa saat ini pemerintah cukup tanggap dengan apa yang terjadi. Mereka bahkan telah menyiapkan penampungan dan aplikasi ponsel untuk berbagi informasi di antara orang-orang terpilih.

 

Kembali, melihat informasi tentang serangan pertama yang diberikan oleh Sistem, tidak lebih dari dua jam tersisa bagi Artin untuk terbiasa dengan kekuatan barunya. Tangannya gemetar sesaat, lalu mencoba menahannya dan menekan kepanikan dalam diri.

 

Palu besar muncul kembali di tangan kanannya, jatuh ke tanah, menyebabkan tubuh Artin sedikit membungkuk untuk tetap menjaga cengkeramannya.

 

‘Kesulitan untuk mengangkat senjataku sendiri. Aku benar-benar terlihat konyol!’

 

'Bagaimana aku bisa bertarung dengan cara ini?'

 

'Apakah akan lebih baik jika aku menggunakan senjata lain? Seperti sesuatu yang keras yang bisa kugunakan dengan lebih mudah?'

 

Artin memeriksa informasi pada senjata barunya dan melihat sebuah keahlian tertulis di sana.

 

[[ Lempar Palu Lvl 1: Lempar Palu Keadilan ke arah tertentu dan terapkan penambahan 120% pada kerusakan serangan ]]

 

Hanya untuk mengangkatnya saja, Artin merasa kesulitan, dan keahlian pertama yang diberikan Sistem padanya adalah untuk melempar palunya. Dia semakin merasa hidupnya benar-benar sial kali ini.

 

'Bagaimana bisa sesuatu seperti ini diberi label S?'

 

Artin mengecek status yang kini tampak transparan di hadapannya.

 

[[ Artin Lvl 1 ]]

 

[[ HP: 200/200 ]]

 

[[ MP: 30/30]]

 

[[ Energi: 20/20 ]]

 

[[ Tekad: 100/100 ]]

 

[[ Kapasitas Berat: 450/490 ]]

 

'Ok, mari kita cari tahu kekuatan senjata ini dan bagaimana menggunakan semua Status yang tersedia dengan lebih optimal.'

 

'MP seharusnya terkait dengan kekuatan sihir, dan aku tidak yakin jika menggunakan keahlian pada palu ini akan mengurangi nilai MP.'

 

'Mari mencoba.'

 

Artin berjalan, menyeret palu di tangannya, sesekali mengangkatnya untuk memudahkannya bergerak.

 

Ketika dia mencapai tepi hutan yang dibatasi dengan barikade pohon yang menjulang tinggi, Artin bersiap untuk menguji kekuatan barunya.

 

'Bagaimana cara menggunakan Keahlian? Apakah cukup dengan meneriakkan namanya?'

 

“Lempar Palu?"

 

Begitu Artin mengucapkan kata-kata itu, energi memberontak masuk melalui pori-pori tangan kanannya. Setelahnya desakan energi bersarang di lengan, dan membuat bobot senjatan menjadi ringan.

 

Artin belum pernah belajar cara menggunakan senjata sebelumnya, tetapi informasi tentang cara menggunakan senjatanya tiba-tiba masuk dan disimpan dalam memori otot tangannya. Artin mengangkat tangan yang memegang palu dan melemparkannya ke arah pepohonan.

 

Palu Keadilan terlepas dan terbang dengan gerakan memuter ke arah pepohonan yang dituju oleh tangannya. Sepersekian detik kemudian, tabrakan terjadi, dan palu itu memantul dari benturan dan jatuh ke tanah.

 

Artin berjalan mendekat dan melihat efek serangan yang membuat permukaan pohon sebagian rusak dan hampir roboh.

 

‘Hmm, tidak buruk juga.’

 

Artin kembali memeriksa Status di hadapannya. Sekarang nilai Energi dan Tekad telah jelas berubah.

 

[[ Energi: 15/20 ]]

 

[[ Tekad: 97/100 ]]

 

'Apa??? Menggunakan keahlian sekali, menghabiskan seperempat dari total Energi yang kumiliki?’

 

‘Bagaimana aku bisa melawan monster dengan cara ini? Bahkan bertemu binatang buas saja mungkin aku tidak akan menang’

 

Artin menyeka keringat di dahinya dan sekali lagi mencoba melemparkan Palu Keadilan beberapa kali sampai Energi-nya habis.

 

Lalu duduk bersandar di pohon. Artin cukup yakin tentang cara menggunakan senjata barunya, setidaknya dia tahu cara melempar senjatanya, meskipun sementara target yang dihadapi Artin adalah benda yang tidak bergerak.

 

Setelah beberapa pengamatan, Artin akhirnya mengerti bahwa Energi akan diisi ulang setiap saat, tetapi tidak dengan Tekad. Tekad hanya akan terisi kembali ketika dia benar-benar beristirahat, duduk, atau tertidur.

 

Dilihat dari kata-kata yang digunakan, ada kemungkinan seseorang tidak akan dapat menggunakan kekuatannya lagi jika nilai Tekad jatuh hingga nol.

 

Artin kembali berdiri setelah cukup istirahat dan Energi-nya sudah terisi penuh.

 

Mencoba sekuat tenaga untuk mengangkat Palu Keadilan dan melakukan gerakan memukul. Dengan cara ini, Artin dapat menghemat lebih banyak Energi yang dimilikinya, meskipun Tekad akan terus berkurang selama dia mencoba untuk bertarung.

 

Dia berhasil merobohkan beberapa pohon menggunakan Palu Keadilan. Kemudian mencoba berlari dengan sekuat tenaga, dan kali ini memastikan kecepatannya masih tidak lebih dari kecepatan yang bisa dicapai manusia normal.

 

'Mungkin nilai Kelincahan-ku masih terlalu rendah?'

 

Setelah beberapa menit berlatih, Artin merasa setidaknya dia sudah terbiasa dengan tubuh dan senjata barunya. Kemudian memutuskan untuk kembali ke kerumunan, berharap untuk bisa menyelamatkan lebih banyak orang. Meskipun Artin tidak begitu yakin dia bisa berbuat banyak dengan kekuatan yang dia miliki saat ini.

 

20 menit sebelum serangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #80 Kondisi Darurat

    Setelah mengetahui bahwa orang yang mencari Artin adalah Teddy, Laila memutuskan untuk menunggu di luar sementara Artin mengikuti kemana pria militer itu membawanya. Di lantai tertinggi, sebuah ruangan dengan dua pintu kayu terbuka ketika Artin berada tepat di depannya. Pria militer yang menemaninya mempersilahkan Artin untuk masuk. Sebuah ruangan dengan sofa dan meja kaca di tengah, juga beberapa meja dengan kursi serta seperangkat komputer di sisi lain. “Halo, Artin. Mari, silakan duduk.” Artin berjalan mendekat dan duduk berseberangan dengan Teddy. Dalam kondisi selarut ini, dia masih menggunakan seragam militer yang biasa dia kenakan. Apakah semua orang dari militer bekerja 24 jam? Atau hanya karena keadaan darurat yan

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #79 Ada Yang Mencariku?

    “Aku bisa mengontrol kecepatan tumbuh tanaman rambat.” Dan coba jelaskan jenis kekuatan yang dia miliki.Artin menganggukkan kepalanya pada jawaban dari anak laki-laki itu. Seperti yang dia duga, Dan adalah orang yang sama yang datang untuk menyerangnya saat itu.'Jika memang orang yang sama, apakah dia hanya berpura-pura tidak ingat apa yang terjadi?'Artin berusaha menyembunyikan rasa penasarannya. Dia akan mencoba mencari cara lain untuk mengorek informasi dari bocah itu. Salah satu dari lima, seorang gadis berambut perak seusia Dan, tampaknya memiliki kemampuan telepati dan cukup tahu tentang apa yang terjadi. Mungkin Artin bisa mengetahui siapa lawannya jika berhasil menemukan gadis itu.“Kekuatan yang cukup menarik, Dan. Bisakah kamu menggunakan kekuatanmu untuk mengunci pergerakan lawan?"

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #78 Suatu Kebetulan Lainnya

    Tempat yang sedang Artin datangi adalah sebuah kubah besar dengan beberapa lantai, kamar dan ruangan besar di tengahnya. Tempat itu menjadi salah satu pusat penampungan bagi korban serangan monster. Ada beberapa Player dari militer yang juga menjaga area tersebut. Salah satu dari mereka berjalan memberi salam saat Artin dan Laila mendekati gerbang masuk. Seorang pria dengan pakaian militer mengangkat dan melambaikan tangannya. "Hai, Artin. Aku bersamamu dalam serangan terakhir beberapa hari yang lalu." Artin menundukkan kepalanya. "Aku mendapat izin dari Teddy untuk masuk ke dalam." Pria di hadapan mereka menoleh ke Laila yang berdiri di samping Artin, menggandeng tangannya.

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #77 Kembali Tersenyum

    Beberapa hari setelah pertarungan dengan Beastmaster berlalu dengan cukup damai. Tidak ada serangan apapun yang datang pada malam hari atau siang hari. Meski begitu, Artin dan Laila tetap rutin bersiaga, terutama di malam hari. Tentu saja, tugas mereka kali ini menjadi lebih mudah karena dukungan Fang, yang juga tanpa lelah berkeliling di sekitar rumah Laila. Sebuah portal berbentuk lingkaran kembali muncul mengambang di langit. Namun bedanya, kali ini tidak hanya ada satu, melainkan puluhan. Itu sebabnya militer dan beberapa Guild besar juga telah membagi kekuatan mereka secara merata untuk menangkal kemungkinan yang akan terjadi. Artin menyandarkan tubuhnya ke sofa besar di ruang utama rumah Laila. Malam itu, dia kembali bersiap untuk melakukan jadwal jaga seperti malam-malam sebelumnya. Awalnya, sulit untuk mengubah jam tidur dari malam ke siang, namun perlahan akhirn

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #76 Kehilangan Nyawa Atau Sebaliknya

    Artin membaringkan tubuhnya di atas batu besar, yang setengahnya terendam di tepian danau. Suara serangga terdengar saling bersahutan. Dan angin yang bertiup dari permukaan danau berulang kali menghembuskan aroma kesegaran, membuat ketenangan yang coba Artin cari dengan segera terwujud di dalam dirinya.Suara percikan air, terdengar. Setelah beberapa saat Laila membenamkan dirinya, di badan besar danau yang memantulkan cahaya bulan dengan sempurna malam itu.Artin masih memastikan mereka aman dengan meminta Fang untuk terus berkeliling dan menyisir area di sekitar mereka.“Kakak…”Beberapa percikan air mengenai wajah Artin. Tetesan air yang segera berlomba antara membeku atau mengering diterpa angin. Artin terbangun dari lamunannya, menyadari bahwa akhirnya, Laila mencoba berinteraksi kembali deng

  • Terpaksa Jadi Karakter Utama   #75 Sedang Kehilangan Cahayanya

    Mereka, anggota Beastmaster, tampak bersikeras dengan niat mereka. Mereka tidak akan mundur sedikit pun sampai mencapai apa yang mereka inginkan. Membawa orang sebanyak ini padahal targetnya hanya dua orang. Laila sudah mencapai batasnya. Pertarungan lain yang dia lakukan akan benar-benar membahayakan nyawanya. Sedangkan, Artin yakin bahwa mereka tidak akan mundur sedikit pun setelah mengetahui, dua dari rekan mereka juga telah kehilangan nyawanya di tangan Laila. "Laila, bisakah kamu pergi menyelamatkan diri?” Artin mencoba berbisik pada Laila yang berlutut di belakangnya. Laila telah melakukan pertarungan dengan tiga orang sekaligus. Ia mampu bertahan hingga saat ini saja sudah merupakan prestasi yang cukup membanggakan. Artin bukan tidak memercayai Laila, tapi tentu saja, ada batas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status