Share

#7 Serangan Pertama

Artin berjalan di tepian jalan raya, di mana terjadi kemacetan lalu lintas. Semua orang terlihat panik, saling berebut menggunakan akses jalan, yang justru membuat jalanan padat dan tak terkendali.

 

Beberapa berlarian dengan tas dan barang-barang lain yang mungkin mereka butuhkan. Berlari ke arahnya, sekelompok keluarga dengan wajah panik dan tegang, menabrak tubuh Artin dan membuatnya terpental jatuh ke tanah.

 

"Maaf maaf"

 

Seorang ayah yang menggendong putrinya yang masih kecil meminta maaf dan membantu Artin bangun, lalu berlari menjauh.

 

Kepercayaan diri yang Artin miliki sebelumnya telah menyusut, dan kali ini makin kecil hingga nyaris hilang sepenuhnya. Jika ditabrak oleh manusia biasa saja terjatuh, bagaimana dia bisa melawan monster?

 

"Aku merindukan hidupku yang membosankan."

 

Artin kembali merenungkan situasi tersebut dan berharap dapat bertemu dengan orang lain yang juga memiliki tanggung jawab yang sama dengannya untuk kemungkinan bergabung dan bekerja sama.

 

15 menit sebelum serangan.

 

Artin berjalan tanpa tujuan. Dia hanya punya beberapa menit sebelum hidupnya akan benar-benar berubah.

 

Menjadi manusia pilihan dan bertanggung jawab atas keselamatan manusia lain tidak sekeren yang ia kira sebelumnya.

 

Dalam keadaan seperti ini, Artin merasa bahwa orang-orang yang menghabiskan waktunya berlatih pertempuran, atau bahkan orang-orang dari militer, masih lebih berguna daripada dia, yang dipilih langsung oleh Sistem.

 

Artin berharap ada cukup banyak orang yang mengerjakan tugas ini sehingga dia tidak perlu bekerja terlalu keras untuk mengerjakannya sendiri.

 

Masih berkeliaran, dan melewati setiap pejalan kaki yang bergerak berlawanan arah dengannya.

 

Sembilan menit sebelum serangan.

 

Artin belum bisa menghubungi ibu dan adiknya. Kondisi ini membuat dia semakin merasa tidak nyaman, terbebani dengan pemikiran tentang apa yang mungkin terjadi pada mereka.

 

Artin berjalan, dan di ujung penglihatannya, beberapa orang berdiri dengan senjata di tangan mereka, tongkat golf, balok kayu, atau benda lain yang dapat digunakan untuk bertarung.

 

Sekitar selusin orang berkumpul dan berdiri berkelompok, tampak sedang berdiskusi. Artin mencoba mendekat. Ia berpikir mungkin mereka adalah salah satu orang terpilih yang juga mendapat tugas yang sama dengannya.

 

Artin mendekat, tetapi tidak berusaha menegur. Hanya berdiri di dekat kerumunan. Dan seorang pria dewasa, terlihat berusia 40-an tahun berjalan mendekatinya.

 

"Hei, kenapa kamu tidak pergi menyelamatkan diri?"

 

Artin masih terdiam, memperhatikan pria di depannya. Dia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan bahwa dia juga salah satu dari mereka.

 

“Aku juga seorang pemain, atau apa pun sebutannya. Beberapa dari mereka juga.”

 

Pria itu berbalik dan menunjuk beberapa orang yang berdiri di belakangnya. Sebagian melambai, dan salah satu dari mereka berjalan mendekati Artin. Dia adalah seorang pemuda yang terlihat seumuran dengan Artin, tersenyum, dan menawarkan jabat tangan.

 

“Aku bukan yang terpilih atau apalah itu. Tapi aku percaya, ini adalah tugas kita semua untuk melawan apa pun yang akan datang! Namaku Jon."

 

Pemuda di depannya memperkenalkan diri, Artin menerima jabat tangannya. “Artin”

 

“Ok Artin. Persetan monster atau apalah! Mari kita bertarung dengan bangga malam ini!"

 

Jon tersenyum lebar dengan matanya yang bersinar menggenggam tangan Artin dengan erat.

 

Artin, yang merasakan sentuhan penyemangat Jon, kemudian juga tersenyum dan membalas.

 

'Kurasa tidak ada cara lain selain bertarung.’

 

“Semoga aku tidak menjadi beban untuk kalian.”

 

Dua menit sebelum serangan.

 

"Ada yang tahu kira-kira dari mana serangan itu akan datang?"

 

“Tidak, tentu saja. Atau akan lebih baik jika kita menyebar?”

 

“Dan meningkatkan peluang kita untuk mati? Tentu saja tidak. Lebih baik kita bergerak bersama dan memantau informasi dari militer. Banyak warga yang telah bergabung dan siap memberikan informasi tentang lokasi serangan."

 

"Oke, aku setuju. Lebih baik jika kita tetap bersama dan meminimalkan risiko sebanyak mungkin."

 

“Satu menit lagi guys, bersiaplah!"

 

“Yuhuuuu, tentu saja, aku siap. Bunuh monster sebanyak mungkin dan naik level.”

 

Mereka berdiskusi satu sama lain dan berteriak. Pria yang pertama kali menyapa menepuk pundak Artin dan tersenyum. Artin menoleh sejenak dan melihat kembali sekelompok orang di depannya.

 

30 detik.

 

Mereka berdiri di tengah jalan raya, yang sekarang tampak lebih sepi. Beberapa kendaraan masih melintas, tetapi orang-orang di depan Artin tidak peduli dan masih saling berteriak.

 

“Yuhuuuuu 20 detik lagi.”

 

“Ayooo, datanglah Monster bangsat!”

 

"Kita mati bersama malam ini kawan!”

 

“Kau saja yang mati. Aku akan tetap hidup sampai game ini tamat.”

 

Sepuluh detik.

 

Artin menguatkan dirinya. Dia akan melakukan yang terbaik untuk bertahan melewati setidaknya serangan pertama ini. Artin sudah membulatkan tekadnya, dia harus bertahan sampai dia benar-benar memastikan keselamatan ibu dan adik perempuannya.

 

Artin membawa kembali Palu Keadilan ke tangannya. Dia berusaha untuk tidak menjatuhkan senjata itu, merasa sedikit malu jika orang-orang di sekitarnya memperhatikan bahwa dia masih kesulitan mengangkat senjatanya sendiri.

 

Beberapa dari mereka meliriknya dan tercengang. Yang lain bersiul dan menjawab.

 

“Yuuhu, pemain lain, ada di sini.”

 

Tiga detik.

 

Dua detik.

 

Satu detik.

 

[[ Gelombang Pertama Dimulai ]]

 

[[ Monster datang untuk menyerang. Pertahankan ras kalian! ]]

 

ARH-WOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO

 

ARH-WOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO

 

Suara serigala melolong terdengar di kejauhan.

 

"Ok guys, sepertinya musuh pertama kita adalah sekumpulan anjing lucu."

 

Mendengar jeritan serigala tiba-tiba membuat mereka berlari ke arah suara tersebut. Artin mencoba mengikuti di barisan belakang.

 

Beberapa dari mereka berlari sangat cepat, kemudian berhenti sejenak karena merasa telah meninggalkan yang lain dan mulai berlari lagi dengan kecepatan yang sama.

 

"Namaku Leo."

 

Pria yang pertama kali menegur Artin berlari di sampingnya, memperkenalkan diri sambil tersenyum.

 

"Mari kita melewati malam ini dan kembali menikmati udara pagi, Artin."

 

Artin mengangguk dan masih berlari mengejar yang lain. Kali ini suara lolongan tampak semakin dekat, ditandai dengan orang-orang berlarian dari arah berlawanan.

 

“Tolongggggg.”

 

Seekor serigala dengan tinggi lebih dari 1 meter dengan bulu berwarna biru tua berdiri dan bersiap untuk menyerang dari gedung perbelanjaan di pinggir jalan.

 

Beberapa detik kemudian, ia melompat ke arah sekelompok orang yang melarikan diri. Melempar cakar dan beberapa kali menggunakan rahangnya yang besar untuk menggigit. Puluhan orang tergeletak di jalan dengan bagian tubuh terpisah satu sama lain.

 

Serigala itu kemudian berjalan menuju Artin dan kelompoknya. Sebuah geraman memperlihatkan giginya yang berlumuran darah dengan sikap mengancam. Sebagian besar orang di depan Artin berlari menyambut serigala yang datang dengan senjatanya masing-masing.

 

“SERANGGGGG!!!!!”

 

"Hanya anjing guys. Jangan menghukumnya terlalu keras."

 

“HAJAR!!!”

 

[[ Serigala Mutan Lvl 5 ]]

 

[[ HP: 1000/1000 ]]

 

Sebuah tulisan hijau muncul di hadapan Artin ketika wujud Mutant Serigala tersebut mulai terlihat jelas.

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mato Marton
terlalu banyak poin yg digunakan untuk membuka bab selanjutnya, 12 poin terlalu tinggi biasax yg populer hanya 5 poin sekali buka bab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status