Share

Memoar Silam

"Apa? Yang bener?" tanya Rendi yang melotot tak percaya.

"Mana pernah aku mbijuk? Aku tenanan, lah. Nggak apa tinggal di sini sementara. Paling juga dua tiga bulan kelarnya," jawab Ari menggampangkan.

"Masalahnya, mbangun rumah 6x10 meter itu nggak cuma sekamar, Kak! Mana bisa lu lakuin sendiri?"

Kali ini Rendi bangkit dari ranjang dan meraih rokok elektriknya. Ia mengambil duduk tepat di depan sang kakak.

"Kalo buat ngecor ya pasti butuh bantuan, Ren, lebih dari itu ya kemungkinan tak lakuin sendiri. Lumayan sambil ngumpulin duit lagi."

"Elu gila? Pagi kerja, malem juga mau kerja? Jan kemaruk kalo kata ayah."

"Bukan kemaruk, Ren," bela Ari. Lantas ia menyesap rokoknya dalam-dalam. "Ini namanya lagi mode rajin. Anggep ajalah aku istirahat di kamar kalo malem."

"Gue bantuin."

"Nggak perlu."

"Gue ma

Ira Yusran

Jeng jeng jeng. Yang mikir si Rendi ini anak dari istri sah, ngacuuung!

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status