Share

11. Lebih Baik Berpisah

Diam-diam ikhlas, bukan diam-diam sesak.

Diam-diam berkorban, bukan diam-diam terluka.

Begitulah caraku mencintainya.

Tapi itu dulu, kini aku harus membuka kedua tangan dan mempersiapkan diri untuk menjadi janda. Ya, janda tak tersentuh.

'Hurun Aini.'

***

Rasanya aku ingin berlari sejauh-jauhnya. Kok bisa Bang Sattar membuka belanjaanku? Mana tadi itu belanja khusus dalaman. Huh, bisa-bisanya Bang Sattar memegang baju yang, oh ... pasti dia berpikir yang nggak-nggak.

Hiks ... Hiks ...

Kurebut bajuku dari tangannya. Ia gelagapan.

"Maaf, Abang salah buka plastik. Tadi Abang cuma mau lihat baju yang kamu beli untuk Fikri."

Benarkah katanya?

Tapi aku terlanjur kesal juga malu. Nggak tahu harus kubawa kemana wajah ini. Jika baju ini itu sudah ada di tangan Bang Sattar, apalagi yang seperti kaca mata itu. Pasti dia sudah melihat benda terlarang milikku!

Padahal itu hanya untuk koleksi, mana mungkin aku tega memakai yang begitu modelnya.

Kugagalkan niat memasuki mobil. Dengan cekatan aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status