Share

Kecelakaan Fatal

Penulis: writaitax
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-19 05:55:06

Beberapa waktu kemudian, orang yang berada di bangku kemudi langsung dikeluarkan dari mobil setelah melewati proses evakuasi yang cukup sulit.

Dan orang itu bernama Arvy Ergon Wilson. Vanilla mengetahuinya setelah petugas medis melihat tanda pengenalnya. Tubuhnya di angkat ke ambulans dan Vanilla ikut menemani di sebelahnya sampai tiba di rumah sakit.

Takdir mempertemukan Vanilla dengan kejadian yang tak terduga ini, membuatnya menyadari bahwa malam itu membawa dua peristiwa pahit yang mendalam ke dalam hidupnya.

Dalam tangisannya, dia memahami betapa rapuhnya kehidupan, di mana sebuah malam bisa merubah segalanya.

*

*

Seorang wanita muda tampak mengangkat telepon dari sang ibu di saat dirinya masih berada di villa untuk berbulan madu.

Ya, wanita itu tak lain adalah adik dari Arvy yang berprofesi sebagai seorang dokter di Spanyol, dan kebetulan kini dia sedang menjalani momen bulan madunya di kota asalnya.

Glow dan Blaze, suaminya, sudah seminggu berada di vila dan masih belum berniat kembali ke Spanyol.

Rencananya mereka akan kembali sebulan kemudian karena Blaze akan mengajak Glow berkeliling ke beberapa negara sebelum mereka kembali ke Spanyol.

“Halo, Mom,” sahut Glow sembari meminum airnya karena ia baru saja melakukan olahraga di ruangan gym bersama Blaze.

“Kakakmu kecelakaan. Bisakah kau pulang ke sini sebentar? Lukanya sangat parah." Suara Izzy—ibu Arvy, yang terdengar bergetar karena panik dan takut.

“Apa? Bagaimana bisa?” Glow terkejut dan kakinya langsung lemas mendengar berita buruk itu.

“Cepatlah kemari. Mommy butuh dirimu." Izzy berusaha menahan tangisnya.

“Oke, Mom. Aku akan segera ke sana,” jawab Glow dan panggilan telepon mereka pun berakhir.

Glow segera memberitahu sang suami tentang keadaan Arvy yang kini terbaring kritis di rumah sakit akibat kecelakaan.

Mereka berdua pun bergegas pergi ke rumah sakit di mana Arvy kini sedang dirawat.

*

*

Vanilla melangkah mondar mandir dengan gelisah di depan pintu ruang operasi, rambutnya yang kusut dan penampilannya yang terabaikan menjadi sekadar detail tak berarti.

Semua perhatiannya tercurah pada keadaan Arvy yang kini tengah berjuang di ruangan tersebut.

Ketegangan terbaca di wajah Vanilla, yang tak lagi memedulikan dirinya. Pikirannya hanya terisi oleh rasa khawatir akan keadaan Arvy saat ini.

Ia merenung, teringat betul bagaimana dia menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Tangisnya, meski tak terucap, menjadi bahasa rasa bersalah yang terus menghantuinya.

Mata Vanilla masih penuh dengan gambaran luka parah yang dialami Arvy tadi. Setiap detik terasa seperti sebuah detik yang tak pasti, di mana hidup Arvy bergantung pada para dokter di dalam ruangan operasi tersebut.

Vanilla hanya bisa berharap, berdoa, dan merenung tentang kesalahan yang membawa mereka pada momen pahit ini.

Di depan pintu ruang operasi, kehidupan dan kesalahan berdansa berbarengan di dalam benak Vanilla, menciptakan kerumunan pikiran yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Lalu Vanilla melihat sepasang suami istri yang tampak baru datang dengan wajah paniknya. Mereka menanyakan keadaan Arvy kepada salah satu perawat yang ada di sekitar sana, dan Vanilla mendengar percakapan mereka.

Vanilla berpikir, itu pasti orang tua Arvy dan dia sangat merasa bersalah dengan hal ini. Dengan beran, dia pun mendatangi kedua orang tua Arvy dan meminta maaf pada mereka.

“A-aku minta maaf atas apa yang terjadi pada putra kalian. Aku benar-benar minta maaf karena aku lah yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi." Vanilla kemudian berlutut di depan Izzy—ibu Arvy.

Sebagai manusia biasa, Izzy tentu saja memiliki rasa marah pada orang yang menjadi penyebab sang putra mengalami kecelakaan.

Tapi apa mau dikata jika ini sudah menjadi takdir buruk Arvy. Izzy tak mengatakan apa pun dan Aiden lah yang bereaksi dengan apa yang dilakukan oleh Vanilla kini.

“Bangunlah, karena ini tak mengubah apa pun dan setidaknya kau sudah bertanggung jawab untuk menemaninya sampai ke rumah sakit." Aiden menarik pelan lengan Vanilla agar wanita itu berdiri.

Vanilla kemudian kembali berdiri dan menunduk minta maaf berkali-kali.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Izzy akhirnya.

“Dia masih dioperasi. Aku yang menandatangani berkasnya tadi. Maaf, jika ini begitu lancang bagi kalian, tapi aku tak punya pilihan karena dokter mengatakan dia harus cepat dioperasi. Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang terjadi putra kalian." Mata Vanilla terlihat penuh tekad untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya.

“Kami tak akan meminta ganti rugi apa pun,” sahut Aiden, ayah Arvy.

Vanilla cukup terkejut dengan reaksi orang tua Arvy yang sama sekali tak menuntutnya apa pun dan menganggap ini semua adalah takdir serta sebuah musibah yang bisa terjadi kapan saja dan menimpa siapa saja.

“Apa yang harus kulakukan untuk mempertangung jawabkan semua ini? Aku tetap tak akan tenang jika kalian melepaskanku begitu saja." Raut wajah wanita itu sangat menyiratkan rasa bersalahnya yang mendalam.

“Rawatlah dia jika dia sudah sadar karena sepertinya dia harus mendapatkan perawatan ekstra meskipun sebenarnya kami bisa menyiapkan tenaga perawat untuk putra kami. Namun, kami tak memaksa jika kau tak mau,” jawab Aiden memutuskan.

“Baiklah, itu lebih baik dari pada aku harus lari dari tanggung jawab ini. Terima kasih banyak dan sekali lagi maafkan aku." Vanilla menjawab dengan yakin dan kembali menunduk.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Lima Tahun Kemudian

    Lima tahun berlalu ... "Honey, apakah tak ada negara lain yang lebih dekat?" tanya Arvy ketika Vanilla bersikeras ingin melahirkan di Sidney--hanya karena ingin anaknya yang kedua dinamai dengan nama Sidney.Dan kali ini anak mereka kembali berjenis kelamin perempuan."Kau keberatan menemaniku? Aku tak butuh ditemani jika kau tak mau, Sayang," jawab Vanilla dengan santai."Oh my God ... Tentu saja aku tak bisa meninggalkanmu sendirian di saat kau sedang hamil," sahut Arvy."Kandunganku sudah delapan bulan dan sebentar lagi aku tak bisa ke mana pun lagi naik pesawat jika tak sekarang. Jadi aku akan berangkat dulu ke Australia agar tak mengganggu pekerjaanmu. London akan bersamaku," kata Vanilla sembari memakai serealnya."Kau membuatku berada di posisi yang sulit, Honey," jawab Arvy.Vanilla melihat ke arah Arvy."Apakah aku hamil setiap tahun? Aku tak ingin merepotkanmu sama sekali, Sayang. Aku bisa pergi sendiri dan dulu aku juga sendirian ketika hamil London. Kau bahkan tak meneman

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Saling Terbuka dan Penuh Cinta

    Vanilla menghela panjang napasnya dan merasakan ketulusan dari ucapan Arvy.“Tidak, ini semua karena salahku.”“Jangan membahas hal itu lagi, oke?” kata Arvy dan Vanilla mengangguk.Arvy tak ingin melihat ke belakang dan hanya ingin menjalani masa depan yang indah bersama Vanilla dan juga London.Baru saja Arvy ingin kembali memagut bibir Vanilla, namun suara tangis London terdengar dari sebelah kamar.“Ups sorry,” kata Vanilla dan berbalik pergi mendatangi sang buah hati.Arvy menghela nafasnya dan menuju ke kamar London. Arvy melihat mata London kini sudah terbuka lebar.Arvy mengambil alih gendongan Vanilla dan menggendong London.“Hei, kau ingin tidur bersama Daddy?” Arvy menciumi wajah lucu London dan membawa putrinya itu ke kamarnya.Vanilla mengikuti langkah Arvy di belakangnya.“Aku akan mandi dulu,” kata Vanilla.“Hmm, aku akan menjaga London,” sahut Arvy yang tampaknya kegiatan ranjangnya terjeda iklan karena London.**Setengah jam kemudian, Vanilla keluar dari kamar man

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Semakin Mesra

    ArvanArvy membuka matanya ketika dia mendengar suara tangis London dari kamar sebelah. Pria itu kemudian membuka matanya dan tak melihat Vanilla di sampingnya. Arvy berpikir mungkin Vanilla sudah berada di kamar putri mereka.Lalu Arvy beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar London sembari mengusap wajahnya yang masih tampak mengantuk dan matanya berat untuk terbuka. Namun, Arvy tak melihat Vanilla di sana. Pria itu kemudian mengambil London dari box bayinya dan menggendongnya.Seperti biasa, London akan langsung tenang jika Arvy menggendong dan mengayunnya pelan. London tampak menutup matanya lagi dan sepertinya tadi Vanilla sudah menyusui London karena bibir bayi kecil itu tampak basah.Setelah London tertidur kembali, Arvy kembali meletakkan putrinya ke dalam box bayinya dan menyelimutinya lalu menciumnya.Arvy kemudian keluar dari kamar dan mencari keberadaan Vanilla. Pria itu berjalan ke arah dapur dan melihat Vanilla sedang meminum obat karena di meja yang ada depannya

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Reaksi Obat

    TOKTOKTOKPintu kamar mandi terketuk dari luar dan bisa dipastikan itu adalah Arvy.Vanilla menggigit gigit bibirnya sendiri dan masih mondar mandir di dalam kamar mandi dengan menggunakan pakaian dalamnya saja."Vanilla? Kau di dalam?" tanya Arvy dari luar pintu."Ya," jawab Vanilla dan tubuhnya semakin gelisah."Oke," sahut Arvy dan tak mengetuk pintunya lagi.Beberapa detik kemudian, Vanilla memutuskan untuk keluar karena dia sudah tak tahan lagi. Dia memilih untuk menuntaskannya bersama Arvy daripada berendam di dalam bathtub yang terisi air dingin.CEKLEKVanilla keluar dengan menggunakan handuk saja yang terlilit di dadanya. Vanilla melihat Arvy tampak sudah membuka bajunya dan membuat gairah Vanilla semakin tinggi dan tak tertahankan lagi. Ya, mungkin hanya dengan cara ini semuanya bisa dimulai tanpa ragu oleh Vanilla daripada memulainya dengan cara normal karena dia pasti akan sangat malu jika harus memulainya terlebih dulu.Vanilla menghampiri Arvy dan memegang tangannya.

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Usaha Izzy

    Keesokan harinya, Izzy datang ke mansion Vanilla setelah sebelumnya dia menemui Arvy di perusahaannya. Izzy mulai mengetahui dan mencerna masalah yang sebenarnya terjadi di antara Arvy dan Vanilla setelah Arvy menjelaskan hubungannya dengan Vanilla yang semakin membaik namun hanya seperti teman atau sahabat saja--tidak lebih.Dan kali ini Izzy akan campur tangan. Sebelum menuju ke mansion, tadi Izzy menyempatkan pergi ke sebuah rumah sakit di mana teman Glow memberikan obat pada Izzy atas perintah Glow tadi sore.Setelah itu, Izzy pun pergi ke mansion Arvy untuk bertemu Vanilla dan cucu tunggalnya--London.Setibanya di sana, Izzy langsung menemui Vanilla yang ternyata sedang makan malam sendirian."Mom?" ucap Vanilla ketika melihat Izzy tiba di mansionnya secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan."Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu?" tanya Izzy dan mencium pipi sang menantu."Aku sangat baik. Mommy tak bilang akan kemari," jawab Vanilla yang kemudian berdiri."Duduklah, ayo kita makan bersa

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Hubungan Yang Berjalan Apa adanya

    Dengan langkah pelan setelah seharian bekerja, Arvy memasuki mansion megah yang selalu menunggu kedatangannya. Bangunan tersebut seolah menyambutnya dengan hangat, tetapi hatinya hanya memiliki ruang untuk dua wanita yang berarti segalanya baginya yaitu putrinya, London, dan istrinya, Vanilla.Tanpa ragu, Arvy mengarahkan langkahnya menuju kamar kecil yang didekorasi dengan beragam warna pastel. Di dalamnya, bayi kecil London tengah tertidur dengan wajah yang tak terbantahkan cantiknya. Wajah lucunya yang menawan dan bibirnya yang lembut mencairkan hati Arvy setiap kali dia melihatnya."Selalu membuatku merindukanmu, Honey," gumam Arvy berbisik dan kemudian menciumnya perlahan. Setiap hari dia meluangkan waktu setiap hari untuk bersama London, meyakinkan dirinya bahwa dia adalah ayah yang baik bagi sang putri.Kehidupan Arvy selalu berputar dalam lingkaran dua wanita ini, meskipun hubungannya dengan Vanilla belum seperti pasangan suami-istri biasa. Meskipun sudah dua bulan sejak pern

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status