Hari ini di rumah kediaman orang tuanya, Indah akan melangsungkan pernikahan dengan kakak iparnya, Rudi. Dia akhirnya menyetujui pernikahan ini karena tak mau ibu berlutut dan memohon padanya.
Sudah dua hari Indah mematikan ponselnya. Dia tak siap menerima chat atau telepon dari kekasihnya Dicky. Gadis itu merasa sangat bersalah pada pria yang telah lima tahun ini menjalin hubungan dengannya.Air mata tak bisa Indah tahan. Impian untuk membina rumah tangga dengan kekasih hati harus kandas.Ibu Rahma masuk ke kamar. Melihat sang putri menangis, dia lalu menghampiri. Sebenarnya tak tega melihatnya. Namun, ini harus dia lakukan agar Rudi tak jatuh ke pelukan wanita lain. Ibu Rahma merasa sayang jika menantunya itu memilih orang lain, takut hartanya yang melimpah tak turun ke sang cucu."Hapus air matamu, indah! Apa kau ingin seluruh dunia tahu jika kamu terpaksa menikah dengan Rudi? Seharusnya kamu bersyukur Rudi memilihmu sebagai pendamping. Di luar sana banyak wanita yang menginginkan posisi kamu ini!" ucap ibu dengan penuh penekanan.Tanpa kata, Indah menghapus air matanya. Tak ada guna menjawab ucapan sang ibu, justru akan membuat ibunya makin meradang.Setelah selesai berhias, Indah di bantu sang perias keluar kamar menuju ruang tamu. Di mana telah berkumpul tamu undangan yang terdiri dari keluarga dan tetangga terdekat saja.Indah memang meminta tak ada pesta besar-besaran. Dia tak mau Dikcy tahu tentang pernikahannya. Gadis itu belum siap bertemu sang kekasih, karena tak tahu alasan dia menikah dengan pria lain dan mengubur mimpi mereka."Maafkan aku, Dicky. Aku telah mengingkari janji kita. Aku terpaksa menerima pernikahan ini. Aku tak memiliki pilihan lain. Maafkan aku, Sayang, ku harus pamit pergi. Sampai di sini kisah kita jalani. Aku berharap dirimu bisa mengerti. Selamat tinggal kekasih hati. Maaf jika aku mengecewakan kamu. Membuat kamu kesal. Tapi percayalah, aku sangat mencintaimu. Dan sesungguhnya aku takut kehilanganmu. Tapi aku tak punya pilihan. Aku harus menerima pernikahan ini. Aku harap kamu bisa mengerti, Sayang."Indah duduk berdampingan dengan Rudi. Di depan pria itu ada wali hakim yang akan menikahi mereka. Ijab kabul pun segera di mulai. Dengan satu kali ucapan dan satu kali tarikan napas Rudi mengucapkannya. Saksi mengatakan pernikahan sah.Saat ini Indah dan Rudi telah resmi menjadi suami istri. Air mata tak bisa gadis itu tahan. Semua orang mungkin mengira dia menangis karena terharu dan bahagia. Seperti kata ibunya, banyak wanita yang ingin menjadi istri seorang Rudi, pria tampan dan mapan. Namun, pesonanya tak membuat Indah jatuh cinta karena dia hanya menganggap pria itu sebagai kakak iparnya.Setelah ijab kabul berlangsung, para tamu undangan menyantap hidangan yang di sediakan. Indah duduk sendirian bersanding di pelaminan. Sedangkan Rudi duduk bersama rekan kerjanya. Gadis itu mencoba menahan sebak di dadanya."Jangan menangis. Tidak ada yang peduli. Tersenyumlah, tidak ada yang peduli bagaimana perasaanmu. Saat canggung adalah ketika kamu berbicara dan kamu menyadari tidak ada yang peduli dengan apa yang kamu katakan. Tidak ada yang peduli, mereka hanya berpura-pura. Pikiranku membunuhku, tapi tidak ada yang peduli."Pesta berlangsung hingga sore saja karena tamu memang tidak banyak. Rudi dan Indah masuk ke kamar pengantin. Kamar tamu yang biasa Mita dan Abang iparnya itu tempati jika berkunjung ke sini.Nia tidur dengan ibu. Tadi Indah ingin mengajak ponakannya tidur bersama mereka, tapi ibu melarang.Rudi masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi dan memakai piyamanya, pria itu langsung naik ke ranjang membaringkan tubuhnya.Indah lalu masuk ke kamar mandi dan juga membersihkan dirinya. Setelah mandi dan memakai baju tidurnya gadis itu keluar dari kamar. Dia berdiri terpaku memandangi Rudi yang terbaring di atas ranjang. Dia tak tahu harus bagaimana. Apakah tidur di samping pria kutup utara itu?"Kenapa kau memandangi aku seperti itu?" tanya Rudi dengan wajah datar."Aku ngantuk, mau tidur," jawab Indah dengan lugunya."Tidur di sofa. Jangan di ranjang ini. Aku tak mau tempat Grace di isi wanita lain. Kau harus ingat, aku menikahimu hanya untuk Nia, bukan menggantikan posisi Mita di hati ini," ucap Rudi dengan penuh penekanan.Indah merasakan hatinya bagai tertusuk belati mendengar ucapan pria itu. Apakah dia pikir, aku bahagia dengan pernikahan ini? Aku juga menikah karena terpaksa. Itu yang gadis itu ucapkan dalam hatinya.Dia berjalan menuju sofa yang ada di dekat jendela. Membaringkan tubuhnya di sana. Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipinya yang putih mulus.Aku seorang anak perempuan yang sedang menyembunyikan rasa sakit yang sedang dirasakan dalam dirinya. Aku yang setiap malam menangis tanpa suara. Seorang anak yang berusaha menguatkan diri sendiri tanpa ada yang tahu keadaannya. Anak perempuan yang berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja, padahal dia sendiri ingin melarikan diri dari hidupnya sendiri. Dia yang berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang padahal dia dalam keadaan down. Begitu kerasnya hantaman yang menabrak pikiran dan hatinya sehingga dia sendiri kehilangan arah. Kemana dia harus berlindung? Siapa yang dapat memberikan rasa aman? Anak perempuan yang selalu memeluk lukanya sendiri. Anak perempuan yang selalu menopang dirinya sendiri. Dia yang selalu berusaha untuk kuat sendiri.Pagi hari seperti biasa, Indah bangun dan membantu ibu memasak buat sarapan. Setelah mandi gadis itu langsung menuju dapur.Ibu dan bibi telah mulai memasak. Sepertinya ibu memasak cukup banyak. Mungkin karena ada menantu tersayangnya."Ada yang bisa Indah bantu, Bu?" tanya Indah mendekati sang ibu."Kamu duduk saja. Pengantin baru pasti capek," ucap Ibu Rahma dengan tersenyum.Ibu mendorong pelan tubuh putrinya, dia meminta Indah untuk duduk manis saja. Gadis itu tampak sedikit heran. Tidak biasanya ibu melarang dia membantu memasak. Bukankah selama ini, walau harus bekerja, dia tetap memasak untuk sarapan.Dari ruang keluarga terdengar langkah kaki menuju dapur. Tenyata si bocah cantik Nia. Indah tersenyum dan langsung berdiri, menyusul ponakannya. Gadis itu langsung menggendong dan menghujani dengan ciuman. Di balas dengan hujanan ciuman juga dari bocah itu ke wajah mulus sang tante. Tanpa keduanya sadari, Rudi melihat tanpa kedip dan diam-diam tersenyum.Inilah salah satu alasan kenapa dia memilih Indah sebagai pengganti Mita. Walau banyak wanita yang mendekati dirinya, pilihan terbaik jatuh pada adik iparnya itu."Papi...," panggil Nia dengan suara khas anak-anaknya.Rudi tersenyum dan mendekati putrinya. Mengambil dari Indah dan menggendongnya. Dia tersenyum manis dengan Nia. Tak akan ada yang mengira jika pria itu sangat kaku dan sombong jika melihat dia tersenyum saat ini.Indah dan Mama Reni keluar dari kamar. Mereka langsung menuju ke meja makan. Dia menyediakan makanan yang tadi di pesan sama Rudi.Ibu Rahma memandangi keduanya dari tempat dia duduk. Setelah semua hidangan tersaji, Indah berjalan ke ruang keluarga untuk memanggil ibunya."Bu, kita makan sekarang. Ibu udah laparkan dari tadi belum makan?" tanya Indah dengan suara lembut.Suara lembut Indah tak membuat ibu jadi terenyuh. Dia tetap marah pada putrinya itu. Tak terima karena tadi Jack memalukan dirinya di hadapan Mama Reni dan Rudi."Jangan pura-pura baik! Aku tahu maksud dan tujuanmu. Kau sengaja berperan seperti wanita berhati peri agar Reni dan Rudi bisa kau jerat. Aku jadi berpikir kau akan membuang Nia setelah nanti memiliki anak. Semua untuk menguasai harta Rudi. Dasar anak pelakor! Pikiranmu hanya uang dan harta saja!" ucap Ibu Rahma dengan penuh penekanan. "Bu, kenapa ibu berpikir begitu. Tak pernah ada niatku untuk menguasai harta Mas Rudi. Aku benar-benar tulus ingin mengarung
Rudi yang mendengar Ibu Rahma membentak Indah tentu saja tidak terima dengan ucapan sang mertua. Dia lalu mendekati istrinya dan memeluk bahunya."Jangan membentak istriku, Bu! Apa yang dia katakan benar. Apa Ibu ingin menjadi pusat perhatian karena suara Ibu yang besar dan tinggi itu?" tanya Rudi dengan suara yang penuh penekanan.Jack tersenyum melihat kedua orang itu bertengkar. Dia memang menginginkan satu keluarga itu menjadi pecah belah.Ibu Rahma terdiam saat mendengar suara Rudi yang memarahinya. Dia tampak sangat kesal."Sebaiknya kita pulang, di sini hanya buat keributan," ujar Rudi lagi."Nenek jahat. Marahi Mimi," ucap Nia.Ibu Rahma yang mendengar itu jadi berubah wajahnya. Dia selalu saja dikatakan jahat oleh Nia jika marah dengan Indah. Padahal siapa pun ayah biologisnya, bocah itu keturunannya. Anak kandung Mita.Dari kecil dia lebih nurut dan manut apa yang Indah katakan. Dengan Ibu Rahma dia sedikit takut. Kalo Nia sampai membencinya. Ibu Rahma tidak mau kalo cucunya
"Apa kabar Ibu Rahma, sudah cukup lama kita tak bertemu. Ibu masih sama seperti saat terakhir kita jumpa. Masih tetap cantik," ucap Jack.Ibu Rahma hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Jack. Wajahnya terlihat tak suka atas sapaan pria itu. Dia juga terlihat gelisah.Hal itu tak luput dari perhatian Rudi. Dia jadi tersenyum miris dengan mertuanya itu. Tadi di rumah seolah dia tak mengenalnya, tapi kenyataannya mereka sudah akrab."Sepertinya kamu sangat mengenal mertuaku?" tanya Rudi. Pertanyaan pria itu membuat Ibu Rahma sedikit kikuk. Dia seperti tak nyaman. Jack tersenyum menanggapi pertanyaan Rudi. Dia makin mendekati Ibu Rahma. Dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.Tapi tangannya tidak disambut wanita itu, sehingga pria itu menarik kembali tangannya."Aku lebih mengenal siapa Ibu Rahma dari kamu. Kami sudah saling kenal lebih kurang delapan tahun yang lalu. Sebelum kamu mengenal Mita, aku sudah mengenal dia dan ibu mertuamu ini, juga Indah yang manis," ucap Jack.Indah
"Apakah ini putriku ...?" tanya pria itu, yang tak lain adalah Jack. Dia tersenyum pada Nia dan Indah.Indah menengadahkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang menyapanya. Dia langsung memeluk Nia dan menggendong bocah itu. Berjalan meninggalkan Jack.Jack lalu memegang dengan memegang tangan Indah. Wanita lalu berusaha melepaskan."Apa maumu ...?" tanya Indah dengan suara gemetar."Aku hanya ingin melihat dan berkenalan dengan putriku!" ucap Jack dengan tersenyum."Dia putriku, bukan putrimu!" balas Indah."Jika dia putrimu juga, berarti kita berjodoh," ujar Jack masih dengan senyuman."Mimi, Om itu siapa?" tanya Nia.Indah terdiam saat mendengar pertanyaan Nia. Dia tampak berpikir mencari jawaban yang tepat. Belum sempat dia menjawab, Rudi telah berucap terlebih dahulu."Bukan siapa-siapa, Nia," jawab Rudi. Dia lalu mengambil putrinya dari gendongan Indah.Jack tersenyum menanggapi ucapan Rudi. Indah lalu memeluk lengan suaminya. Tak mau pria itu terbawa emosi lagi."Mas, janga
Indah masih tertidur. Subuh tadi kembali sang suami meminta jatahnya. Setelah mandi, dia kembali memejamkan matanya. Mungkin kelelahan dan Rudi-pun tak tega mengganggu.Rudi berdiri dekat jendela kamar. Memandangi jalanan dari lantai atas ini. Mata pria itu menerawang entah kemana. Terlihat banyak sekali yang sedang dia pikirkan."Mita, hingga detik ini rasanya aku tak percaya, kau tega mengkhianati aku. Dan pengkhianat yang kau lakukan di luar batas. Jika kau memang tak mencintaiku, seharusnya kau jujur. Walau itu sangat menyakitkan tapi mungkin tak sesakit yang kini aku rasakan," ucap Rudi dalam hatinya.Setengah jam lagi mama dan Nia sampai. Rudi tak tahu harus bersikap bagaimana dengan bocah itu. Memang dia lahir dalam pernikahan mereka, tapi tidak menutup kemungkinan jika anak itu bukan darah dagingnya. Bisa saja anak dari Jack. Rudi menarik rambutnya frustasi. Dia sudah sangat menyayangi putrinya itu. Indah juga memohon padanya, darah dagingnya atau pun bukan, dia mau Nia tetap
Indah langsung meraih ponsel Rudi. Dia menyimpan ke dalam tas. Wanita itu yakin video yang dikirim Jack pasti sesuatu yang tidak baik."Kenapa kamu simpan ponselku?" tanya Rudi."Sebaiknya kita lihat di kamar saja nanti, Mas. Sekarang makan dulu. Perutku lapar. Apa Mas mau asam lambungku kambuh?" tanya Indah.Indah sengaja mengatakan asam lambungnya agar suaminya kuatir dan tak jadi meminta ponselnya. Terbukti Rudi langsung panik."Kamu tak pernah mengatakan jika memiliki riwayat penyakit asam lambung," ucap Rudi.Rudi lalu meminta Indah duduk. Pesanan mereka kebetulan telah siap dihidangkan. Dia lalu mengambil nasi dan langsung menyuapi istrinya.Air mata Indah tanpa sadar jatuh. Dia tak menyangka jika Rudi sekuatir ini mendengar dia memiliki satu penyakit. "Lain kali, kamu jangan pernah telat makan," omel Rudi sambil terus menyuapi istrinya."Kamu juga harus makan, Mas. Aku tak mau kamu sakit lagi. Badanmu juga masih sedikit panas," balas Indah.Rudi tersenyum dan mengacak rambut i
Setelah mandi, Rudi mengajak istrinya Indah untuk makan malam yang romantis di restoran hotel itu. Rudi pamit keluar sebentar, entah apa yang mau dia lakukan.Indah mencari gaun yang dia bawa di dalam tas kopernya. Beruntung ada satu dress merah selutut dengan model ikat di bahu. Entah kenapa dia kemarin teringat membawa satu baju gaun.Setelah memakai bajunya, Indah merias wajahnya dengan sapuan make up yang tipis dan natural. Dia lalu mematut dirinya di cermin. Walau dia tidak se modis Mita, dia sebagai istri juga ingin tampil cantik."Apakah baju ini pantas untuk dipakai pergi makan malam?" tanya Indah dalam hatinya. Dia merasa kurang percaya diri.Ketika dia sedang memutar tubuhnya, mematut penampilannya, Rudi muncul. Wajah pria itu tampak tegang. Rahangnya mengeras. Memandangi Indah tanpa kedip. Tentu saja hal itu membuat istrinya heran dan terkejut. Dia takut melihat wajah sangar sang suami."Siapa yang suruh kamu pakai baju seperti itu?" tanya Rudi."Maaf, Mas. Jelek ya. Aku ta
Rudi langsung menuju kamar dan membaringkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau setelah melihat langsung pria selingkuhan istrinya Mita.Dalam hatinya Rudi masih berharap jika semua yang orang suruhannya lapor itu salah. Dia juga sangat berharap jika Nia adalah putri kandungnya. Tapi kenyataannya, Mita memang mengkhianati dirinya hingga sejauh ini. Selama ini dia telah ditipu.Indah naik ke atas tempat tidur. Dia mengerti pasti saat ini Rudi sangat terluka dan hancur. Wanita itu memeluk tubuh suaminya sebagai penguat, dia berharap suaminya itu bisa tenang dengan dia memeluk suaminya itu.Rudi membalikkan tubuhnya menghadap sang istri. Dia lalu membalas pelukan Indah dan menenggelamkan kepalanya di dada wanita itu. Dapat dirasakan jika air mata pria itu jatuh membasahi bajunya."Aku suami yang jahat ya? Kenapa Mita tega mengkhianati aku sejauh itu? Aku berharap jika dia hanya sekedar selingkuh dan tidak sampai berhubungan badan," ucap Rudi."Mas, semua sudah jalannya. Kita tak tahu
"Saya hanya ingin tahu kabar mengenai anak saya. Saya mendengar Mita melahirkan dia dengan selamat, hanya nyawa dia sendiri yang tak tertolong," ucap Jack.Tangan Indah gemetar mendengar ucapan pria yang mengaku bernama Jack itu. Walau dia telah mengetahui dari Rudi jika Mita berselingkuh saat masih bersama Rudi, tapi dia masih berharap semua itu tidak benar. Apa lagi mengenai Nia. Dia tak mau di ambil orang lain."Maksud Anda apa...?" tanya Indah dengan suara gemetar.Jack memasukan kedua tangannya di saku celana. Menatap Indah dengan tersenyum. Matanya tak berkedip memandangi wanita itu. Merasa di perhatian begitu, wanita itu menunduk, dia tidak suka dengan tatapan pria itu."Aku ayah anak dari Mita, apakah kata-kataku ini juga tidak kamu pahami, Indah!" ucap Jack dengan penuh penekanan. "Kaka mita memiliki suami, tentu saja ayah Nia adakah Mas Rudi yang merupakan suaminya saat itu. Bagaimana kamu bisa mengaku ayahnya?" tanya Indah, dia masih tidak ingin mempercayai pria itu."Aku