Pagi hari seperti biasa, Indah bangun dan membantu ibu memasak buat sarapan. Setelah mandi gadis itu langsung menuju dapur.
Ibu dan bibi telah mulai memasak. Sepertinya ibu memasak cukup banyak. Mungkin karena ada menantu tersayangnya."Ada yang bisa Indah bantu, Bu?" tanya Indah mendekati sang ibu."Kamu duduk saja. Pengantin baru pasti capek," ucap Ibu Rahma dengan tersenyum.Ibu mendorong pelan tubuh putrinya, dia meminta Indah untuk duduk manis saja. Gadis itu tampak sedikit heran. Tidak biasanya ibu melarang dia membantu memasak. Bukankah selama ini, walau harus bekerja, dia tetap memasak untuk sarapan.Dari ruang keluarga terdengar langkah kaki menuju dapur. Tenyata si bocah cantik Nia. Indah tersenyum dan langsung berdiri, menyusul ponakannya. Gadis itu langsung menggendong dan menghujani dengan ciuman. Di balas dengan hujanan ciuman juga dari bocah itu ke wajah mulus sang tante. Tanpa keduanya sadari, Rudi melihat tanpa kedip dan diam-diam tersenyum.Inilah salah satu alasan kenapa dia memilih Indah sebagai pengganti Mita. Walau banyak wanita yang mendekati dirinya, pilihan terbaik jatuh pada adik iparnya itu."Papi...," panggil Nia dengan suara khas anak-anaknya.Rudi tersenyum dan mendekati putrinya. Mengambil dari Indah dan menggendongnya. Dia tersenyum manis dengan Nia. Tak akan ada yang mengira jika pria itu sangat kaku dan sombong jika melihat dia tersenyum saat ini.Rudi memangku sang putri saat sarapan. Dia menyuapi makanannya."Bu, hari ini juga aku akan bawa Indah untuk tinggal denganku di rumah kami," ucap Rudi meminta izin."Silakan. Sebagai istri kamu tentu Indah harus ikut kemana pun kamu pergi," jawab Ibu Rahma dengan semangat."Bu, aku juga mau minta izin, mungkin lusa aku akan pergi liburan. Mumpung pekerjaan kantor lagi luang," ujar Rudi selanjutnya.Indah hanya diam mendengar obrolan antara ibu dan Rudi, pria dingin yang telah berstatus sebagai suaminya itu."Kamu tak perlu minta izin. Sekarang Indah itu telah menjadi istri kamu, mau kamu bawa kemana dan diapakan, itu hak kamu," jawab Ibu Rahma.Indah cukup terkejut mendengar ucapan ibunya. Seperti melepaskan tanggung jawab saja.Setelah sarapan, Indah memasukan pakaiannya. Hanya sedikit yang dia bawa. Jika butuh lagi masih bisa ambil ke rumah ini. Jaraknya cuma satu jam perjalanan.Indah juga membawa perlengkapan kantornya. Setelah itu dia pamit dengan ibunya."Indah, saat ini kamu telah menjadi istrinya Rudi. Ikuti apa kata suamimu. Jangan membantah," ucap Ibu menasehati saat mereka akan meninggalkan rumah.**Selama di perjalanan menuju rumah kediamannya Rudi, antara Indah dan suaminya tiada obrolan. Hanya suara Nia yang terdengar. Sesekali gadis itu membalas ucapan ponakannya.Satu jam perjalanan, mereka sampai di rumah kediaman Rudi dan Almarhum kakaknya Mita. Indah hanya beberapa kali ke rumah ini. Saat itu dia kuliah di luar kota.Memasuki ruang tamu, pemandangan pertama yang dilihat adalah foto pernikahan Rudi dan Mita. Kakaknya terlihat bahagia di dalam foto itu. Melangkahkan kaki makin ke dalam, di ruang keluarga juga terpajang foto pernikahan mereka yang cukup besar dan didampingi foto Nia.Rudi yang berjalan di belakang indah melihat tatapan gadis itu yang tak berkedip memandangi foto pernikahan mereka. Dia lalu mengatakan sesuatu dengan lantang."Foto pernikahan kami akan tetap berada di sana selamanya. Tidak ada yang boleh menurunkan. Itu semua agar Nia tahu wajah cantik maminya! Satu lagi yang harus kamu ingat... Jangan merubah apa pun di rumah ini, barang-barang itu harus tetap ditempatnya. Ini semua berdasarkan keinginan Mita. Dia yang menatanya. Jadi aku tak mau ada yang pindah letaknya!" ucap Rudi dengan suara penuh penekanan."Jangan takut, Mas. Aku sadar diri. Aku tahu posisiku di mana. Bukankah aku kau nikahi hanya sabagai pengasuh Nia. Jadi sebagai pembantu, aku tak akan berani merubah rumah majikanku!" ucap Indah dengan suara setenang mungkin.Indah menarik napas dan membuangnya. Dia juga tak ada niat merubahnya. Dia sadar posisinya hanya sebagai pengganti."Jaga ucapanmu, Indah! Apa kau ingin membuat citraku buruk di mata pelayan?" Rudi bertanya karena Indah mengatakan itu di depan bibi."Aku tak ada maksud begitu. Biar saja mereka menilai sendiri!" balas Indah."Bi, antarkan Indah ke kamar tamu!" perintah Rudi. Dia tidak ingin gadis itu terlalu banyak bicara di depan pelayan.Bibi lalu mengajak Indah menuju lantai dua dimana kamar tamu berada. Kamar utama ada di lantai dua juga, bersebelahan. Semua kamar di rumah ini ada di lantai dua.Indah memperhatikan isi kamar tanpa kedip. Mita memang memiliki selera tinggi. Dia menyukai kemewahan, berbeda dengan dirinya yang lebih suka dengan kesederhanaan.Gadis itu membuka jendela kamar. Pemandangan di luar begitu indahnya. Taman dihiasi berbagai bunga. Pasti itu juga kakaknya Mita yang menginginkan. Dia penyuka bunga, berbeda dengan Indah yang lebih suka dengan binatang peliharaan seperti kucing.Indah duduk di sofa dekat jendela. Pandangannya entah kemana. Dia tampak termenung."Aku saat ini sedang berusaha bersama dengan diri sendiri. Berdamai dengan sesuatu yang tak bisa diubah. Belajar mengikhlaskan sesuatu yang sudah terjadi. Belajar menerima keadaan dan belajar untuk tidak memaksakan sesuatu," ucap Indah dalam hatinya.Membuka ponselnya dan melihat foto-foto kebersamaan dengan Dicky. Pria yang dia cintai. Indah masih berpikir bagaimana menghadapi Dicky saat mereka bertemu. Pasti dia sudah mendengar tentang pernikahannya karena salah seorang sahabat pria itu tetangganya.Indah menarik napas dan membuangnya, melakukan itu berulang kali untuk membuat hatinya sedikit tenang. Dia mulai menata barang pribadinya tanpa merubah apapun di dalam kamar itu. Dia sudah berjanji pada Rudi, tidak akan mengganti apa pun.Setelah itu dia masuk ke kamar dan membersihkan diri. Nia saat ini ada bersama Rudi sehingga dia bisa tenang berdiam diri di kamar. Gadis itu masih terus memikirkan apa yang akan dia katakan saat nanti bertemu sang kekasih."Hari ini masih sama. Aku gagal memberikan ketenangan pada diriku sendiri. Kepalaku sedang berpesta ria oleh pikiran, yang datang tanpa di undang. Satu persatu kesedihan dan kekecewaan memenuhi isi kepalaku. Entah bagaimana menyembuhkannya. Satu hal yang pasti sakitnya itu nyata.""Ada keresahan yang tak mungkin diceritakan. Ada kesedihan yang tak sanggup diungkapkan. Dan ada tangisan di balik sebuah senyuman. Luka yang dalam sering kali tidak terlihat oleh kasat mata. Di balik ketenangan seseorang ada seribu kisah yang tersembunyi. Kalau kamu pernah merasakan hujan di saat langit tidak mendung, berarti kamu tau rasanya air mata turun saat bibir tersenyum."Indah dan Mama Reni keluar dari kamar. Mereka langsung menuju ke meja makan. Dia menyediakan makanan yang tadi di pesan sama Rudi.Ibu Rahma memandangi keduanya dari tempat dia duduk. Setelah semua hidangan tersaji, Indah berjalan ke ruang keluarga untuk memanggil ibunya."Bu, kita makan sekarang. Ibu udah laparkan dari tadi belum makan?" tanya Indah dengan suara lembut.Suara lembut Indah tak membuat ibu jadi terenyuh. Dia tetap marah pada putrinya itu. Tak terima karena tadi Jack memalukan dirinya di hadapan Mama Reni dan Rudi."Jangan pura-pura baik! Aku tahu maksud dan tujuanmu. Kau sengaja berperan seperti wanita berhati peri agar Reni dan Rudi bisa kau jerat. Aku jadi berpikir kau akan membuang Nia setelah nanti memiliki anak. Semua untuk menguasai harta Rudi. Dasar anak pelakor! Pikiranmu hanya uang dan harta saja!" ucap Ibu Rahma dengan penuh penekanan. "Bu, kenapa ibu berpikir begitu. Tak pernah ada niatku untuk menguasai harta Mas Rudi. Aku benar-benar tulus ingin mengarung
Rudi yang mendengar Ibu Rahma membentak Indah tentu saja tidak terima dengan ucapan sang mertua. Dia lalu mendekati istrinya dan memeluk bahunya."Jangan membentak istriku, Bu! Apa yang dia katakan benar. Apa Ibu ingin menjadi pusat perhatian karena suara Ibu yang besar dan tinggi itu?" tanya Rudi dengan suara yang penuh penekanan.Jack tersenyum melihat kedua orang itu bertengkar. Dia memang menginginkan satu keluarga itu menjadi pecah belah.Ibu Rahma terdiam saat mendengar suara Rudi yang memarahinya. Dia tampak sangat kesal."Sebaiknya kita pulang, di sini hanya buat keributan," ujar Rudi lagi."Nenek jahat. Marahi Mimi," ucap Nia.Ibu Rahma yang mendengar itu jadi berubah wajahnya. Dia selalu saja dikatakan jahat oleh Nia jika marah dengan Indah. Padahal siapa pun ayah biologisnya, bocah itu keturunannya. Anak kandung Mita.Dari kecil dia lebih nurut dan manut apa yang Indah katakan. Dengan Ibu Rahma dia sedikit takut. Kalo Nia sampai membencinya. Ibu Rahma tidak mau kalo cucunya
"Apa kabar Ibu Rahma, sudah cukup lama kita tak bertemu. Ibu masih sama seperti saat terakhir kita jumpa. Masih tetap cantik," ucap Jack.Ibu Rahma hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Jack. Wajahnya terlihat tak suka atas sapaan pria itu. Dia juga terlihat gelisah.Hal itu tak luput dari perhatian Rudi. Dia jadi tersenyum miris dengan mertuanya itu. Tadi di rumah seolah dia tak mengenalnya, tapi kenyataannya mereka sudah akrab."Sepertinya kamu sangat mengenal mertuaku?" tanya Rudi. Pertanyaan pria itu membuat Ibu Rahma sedikit kikuk. Dia seperti tak nyaman. Jack tersenyum menanggapi pertanyaan Rudi. Dia makin mendekati Ibu Rahma. Dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.Tapi tangannya tidak disambut wanita itu, sehingga pria itu menarik kembali tangannya."Aku lebih mengenal siapa Ibu Rahma dari kamu. Kami sudah saling kenal lebih kurang delapan tahun yang lalu. Sebelum kamu mengenal Mita, aku sudah mengenal dia dan ibu mertuamu ini, juga Indah yang manis," ucap Jack.Indah
"Apakah ini putriku ...?" tanya pria itu, yang tak lain adalah Jack. Dia tersenyum pada Nia dan Indah.Indah menengadahkan kepalanya dan terkejut melihat siapa yang menyapanya. Dia langsung memeluk Nia dan menggendong bocah itu. Berjalan meninggalkan Jack.Jack lalu memegang dengan memegang tangan Indah. Wanita lalu berusaha melepaskan."Apa maumu ...?" tanya Indah dengan suara gemetar."Aku hanya ingin melihat dan berkenalan dengan putriku!" ucap Jack dengan tersenyum."Dia putriku, bukan putrimu!" balas Indah."Jika dia putrimu juga, berarti kita berjodoh," ujar Jack masih dengan senyuman."Mimi, Om itu siapa?" tanya Nia.Indah terdiam saat mendengar pertanyaan Nia. Dia tampak berpikir mencari jawaban yang tepat. Belum sempat dia menjawab, Rudi telah berucap terlebih dahulu."Bukan siapa-siapa, Nia," jawab Rudi. Dia lalu mengambil putrinya dari gendongan Indah.Jack tersenyum menanggapi ucapan Rudi. Indah lalu memeluk lengan suaminya. Tak mau pria itu terbawa emosi lagi."Mas, janga
Indah masih tertidur. Subuh tadi kembali sang suami meminta jatahnya. Setelah mandi, dia kembali memejamkan matanya. Mungkin kelelahan dan Rudi-pun tak tega mengganggu.Rudi berdiri dekat jendela kamar. Memandangi jalanan dari lantai atas ini. Mata pria itu menerawang entah kemana. Terlihat banyak sekali yang sedang dia pikirkan."Mita, hingga detik ini rasanya aku tak percaya, kau tega mengkhianati aku. Dan pengkhianat yang kau lakukan di luar batas. Jika kau memang tak mencintaiku, seharusnya kau jujur. Walau itu sangat menyakitkan tapi mungkin tak sesakit yang kini aku rasakan," ucap Rudi dalam hatinya.Setengah jam lagi mama dan Nia sampai. Rudi tak tahu harus bersikap bagaimana dengan bocah itu. Memang dia lahir dalam pernikahan mereka, tapi tidak menutup kemungkinan jika anak itu bukan darah dagingnya. Bisa saja anak dari Jack. Rudi menarik rambutnya frustasi. Dia sudah sangat menyayangi putrinya itu. Indah juga memohon padanya, darah dagingnya atau pun bukan, dia mau Nia tetap
Indah langsung meraih ponsel Rudi. Dia menyimpan ke dalam tas. Wanita itu yakin video yang dikirim Jack pasti sesuatu yang tidak baik."Kenapa kamu simpan ponselku?" tanya Rudi."Sebaiknya kita lihat di kamar saja nanti, Mas. Sekarang makan dulu. Perutku lapar. Apa Mas mau asam lambungku kambuh?" tanya Indah.Indah sengaja mengatakan asam lambungnya agar suaminya kuatir dan tak jadi meminta ponselnya. Terbukti Rudi langsung panik."Kamu tak pernah mengatakan jika memiliki riwayat penyakit asam lambung," ucap Rudi.Rudi lalu meminta Indah duduk. Pesanan mereka kebetulan telah siap dihidangkan. Dia lalu mengambil nasi dan langsung menyuapi istrinya.Air mata Indah tanpa sadar jatuh. Dia tak menyangka jika Rudi sekuatir ini mendengar dia memiliki satu penyakit. "Lain kali, kamu jangan pernah telat makan," omel Rudi sambil terus menyuapi istrinya."Kamu juga harus makan, Mas. Aku tak mau kamu sakit lagi. Badanmu juga masih sedikit panas," balas Indah.Rudi tersenyum dan mengacak rambut i
Setelah mandi, Rudi mengajak istrinya Indah untuk makan malam yang romantis di restoran hotel itu. Rudi pamit keluar sebentar, entah apa yang mau dia lakukan.Indah mencari gaun yang dia bawa di dalam tas kopernya. Beruntung ada satu dress merah selutut dengan model ikat di bahu. Entah kenapa dia kemarin teringat membawa satu baju gaun.Setelah memakai bajunya, Indah merias wajahnya dengan sapuan make up yang tipis dan natural. Dia lalu mematut dirinya di cermin. Walau dia tidak se modis Mita, dia sebagai istri juga ingin tampil cantik."Apakah baju ini pantas untuk dipakai pergi makan malam?" tanya Indah dalam hatinya. Dia merasa kurang percaya diri.Ketika dia sedang memutar tubuhnya, mematut penampilannya, Rudi muncul. Wajah pria itu tampak tegang. Rahangnya mengeras. Memandangi Indah tanpa kedip. Tentu saja hal itu membuat istrinya heran dan terkejut. Dia takut melihat wajah sangar sang suami."Siapa yang suruh kamu pakai baju seperti itu?" tanya Rudi."Maaf, Mas. Jelek ya. Aku ta
Rudi langsung menuju kamar dan membaringkan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau setelah melihat langsung pria selingkuhan istrinya Mita.Dalam hatinya Rudi masih berharap jika semua yang orang suruhannya lapor itu salah. Dia juga sangat berharap jika Nia adalah putri kandungnya. Tapi kenyataannya, Mita memang mengkhianati dirinya hingga sejauh ini. Selama ini dia telah ditipu.Indah naik ke atas tempat tidur. Dia mengerti pasti saat ini Rudi sangat terluka dan hancur. Wanita itu memeluk tubuh suaminya sebagai penguat, dia berharap suaminya itu bisa tenang dengan dia memeluk suaminya itu.Rudi membalikkan tubuhnya menghadap sang istri. Dia lalu membalas pelukan Indah dan menenggelamkan kepalanya di dada wanita itu. Dapat dirasakan jika air mata pria itu jatuh membasahi bajunya."Aku suami yang jahat ya? Kenapa Mita tega mengkhianati aku sejauh itu? Aku berharap jika dia hanya sekedar selingkuh dan tidak sampai berhubungan badan," ucap Rudi."Mas, semua sudah jalannya. Kita tak tahu
"Saya hanya ingin tahu kabar mengenai anak saya. Saya mendengar Mita melahirkan dia dengan selamat, hanya nyawa dia sendiri yang tak tertolong," ucap Jack.Tangan Indah gemetar mendengar ucapan pria yang mengaku bernama Jack itu. Walau dia telah mengetahui dari Rudi jika Mita berselingkuh saat masih bersama Rudi, tapi dia masih berharap semua itu tidak benar. Apa lagi mengenai Nia. Dia tak mau di ambil orang lain."Maksud Anda apa...?" tanya Indah dengan suara gemetar.Jack memasukan kedua tangannya di saku celana. Menatap Indah dengan tersenyum. Matanya tak berkedip memandangi wanita itu. Merasa di perhatian begitu, wanita itu menunduk, dia tidak suka dengan tatapan pria itu."Aku ayah anak dari Mita, apakah kata-kataku ini juga tidak kamu pahami, Indah!" ucap Jack dengan penuh penekanan. "Kaka mita memiliki suami, tentu saja ayah Nia adakah Mas Rudi yang merupakan suaminya saat itu. Bagaimana kamu bisa mengaku ayahnya?" tanya Indah, dia masih tidak ingin mempercayai pria itu."Aku