Share

Penjelasan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 23:17:58

Dalam sekejap saja, taman samping rumah yang berbatasan dengan kolam renang telah berubah menjadi tempat dilaksanakannya ikrar suci pernikahan antara Bulan dan Air.

Bulan menatap takjub dekorasi sederhana yang didominasi warna putih dan biru—pilihan calon mertuanya. Ia memang minta pernikahannya dilakukan secara sederhana saja dan tentunya di rahasiakan. Mereka pun setuju, setelah Bulan lulus sekolah baru mereka akan mengadakan resepsi besar-besaran.

Selera Ny. Malika tidak perlu diragukan lagi. Wanita itu seolah tau, pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh calon menantunya.

“Orang kaya bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tinggal menjentikkan jari, dan cliing… semua terjadi. Ckck, efek uang yang bicara. Apapun bisa terwujud.”

Bulan menatap kagum perubahan taman di samping rumahnya. Seakan semua yang terjadi sudah dipersiapkan dari jauh hari.

“Ya Tuhan, mengapa takdirku menikah dengan laki-laki gila.” Keluh Bulan menghela kasar nafasnya.

“Siapa yang gila?”

“Eh,”

Bulan berjengit, ia terkejut—menoleh kebelakang, disana berdiri Tuan Galih. Bulan panik, ia takut sang kakek mendengar ucapannya.

“Eh, bukan siapa-siapa kek.” Bohong Bulan, “Bulan hanya kagum melihat dekorasi di bawah sana, betul-betul gila, dalam hitungan jam saja sudah selesai semuanya. Itu maksud Bulan, Kek.” Bulan tersenyum kaku, ia menghela nafas lega melihat anggukan kepala pria masih tampak gagah dan tampan meski sudah berusia lanjut.

“Mereka keluarga terpandang dan kaya raya, tentu ingin memberikan yang terbaik untuk pewaris Zelandra.” Tuan Galih menarik nafas berat lalu membuangnya secara perlahan, kemudian menatap cucu perempuannya.

“Kakek hanya berpesan, kuatkan mental. Menjadi bagian dari keluarga Zelandra tidaklah mudah. Tetap jadi dirimu sendiri, jangan pernah menjadi lemah. Jaga apa yang sudah menjadi milikmu.” Ucapan Tuan Galih sarat akan makna didalamnya.

“Maksud kakek?” tanya Bulan tidak mengerti.

Tuan Galih tersenyum seraya menepuk-nepuk puncak kepala Bulan, “Suatu hari nanti kamu akan mengerti.”

Tuan Galih meninggalkan Bulan yang terpaku dalam kebingungan, matanya masih menatap punggung ringkih yang menghilang di balik pintu. Ia mencoba mencerna ucapan sang kakek yang tadi begitu mengejutkan.

Meskipun sederhana, pernikahan yang terjadi secara mendadak itu berlangsung khidmat. Baru saja ikrar suci pernikahan diucapkan, kini Bulan telah resmi menjadi istri dari Air Raka Zelandra.

Ny. Malika sangat bahagia, akhirnya wanita itu bisa melihat putranya menikah. Saking bahagianya, wanita itu sampai meneteskan air mata.

“Sudah tenang, putra kesayanganmu menikah?” tanya Tuan Aksa lembut, mengusap punggung tangan istrinya.

“Begini rasanya melihat anak kita menikah, Dad,” gumam Ny. Malika seraya menyeka sudut matanya.

Tiba-tiba Wajah cantik Ny. Malika yang tadinya penuh kelembutan tiba-tiba berubah keras, ada amarah yang terpancar dari sorot matanya. “Aku sudah tidak sabar membungkam mulut orang yang telah menyebar berita tidak benar tentang putraku.”

“Sabar, sayang. Kita nikmati saja permainan yang baru saja dimulai,” ujar Tuan Aksa.

Pasangan suami istri itu saling pandang dan tersenyum penuh arti sambil melihat ke arah pengantin baru.

*

*

*

“Om, aku butuh penjelasan! Apa maksud Om mengatakan pada orang tua kita, jika kita adalah sepasang kekasih yang saling mencintai,”

Hening

Tidak ada sahutan dari Air, Bulan berdecak —diabaikan. Gadis itu berdiri sambil berkacak pinggang. Ia sangat kesal pada pria itu, bisanya dia sibuk dengan ponselnya mengabaikan dirinya yang bertanya.

“Aku bertanya, mengapa tidak om jawab?“” Teriak Bulan tertahan seraya mengepalkan tangan di depan wajah, rasanya ingin sekali dia tonjok pria menyebalkan itu.

“Kamu bicara pada saya?” Air bertanya dengan tampang datar sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Bukan, aku bicara dengan setan penghuni kamar! Ya Tuhan, masih muda aku bisa terkena darah tinggi punya suami seperti kanebo kering.” Keluh Bulan memegang kepalanya yang mendadak pusing.

“Oh,”

Air kembali fokus pada ponselnya dan hal itu justru membuat Bulan semakin murka. Tentu saja Air sengaja mencuekin Bulan. Air ingin agar Bulan memanggilnya dan bertanya dengan baik tanpa harus tegang urat leher.

“Bisa tidak, jika aku sedang bicara ditanggapi?” cicit Bulan sudah menurunkan nada bicaranya, hati dan pikirannya sudah terlalu lelah dan semakin lelah menghadapi sikap Air yang super cuek.

Air akhirnya meletakkan ponselnya, menatap tajam pada Bulan. Bulan menelan ludah, terkejut dengan cara laki-laki itu memandangnya.

Seharusnya Bulan tidak merasa aneh seperti apa lelaki itu menatapnya, bahkan ia pernah ditatap seakan tatapan tajam itu mengoyakkan kulit tubuhnya.

“Rubah panggilanmu padaku!” tegas Air.

“Tidak akan pernah!” balas Bulan sengit.

“Oke!”

Air kembali meraih ponselnya, mengabaikan tatapan kesal Bulan yang tak berhenti mengumpat pria itu dalam hatinya dengan segala sumpah serapah.

Air kembali menegaskan, “Saya suami kamu, bukan Om kamu? Siapkan segala keperluan kamu, besok pagi-pagi sekali kita akan berangkat. Jangan sampai kamu terlambat bangun,”

“Suami terpaksa karena ancaman,” sahut Bulan ketus menekan setiap kata mengingatkan pria itu bagaimana pernikahan mereka bisa terjadi.

Bulan merasa semua ini seperti rentetan kejadian yang dirancang secara kebetulan, hingga alurnya menjadi sebuah perjalanan yang saling berkaitan. Mulai dari dirinya yang patah hati, menjadikan pria dewasa sebagai targetnya untuk balas dendam dan pada akhirnya ia terjebak bersama pria yang sifatnya sama sekali tidak masuk dalam tipe laki-laki idaman Bulan.

Mereka bagai magnet yang kedua sisinya saling bertolak. Dalam waktu semalam hidupnya terjun bebas dan statusnya pun ikut berubah. Lihat saja sekarang ini, dengan seenaknya pria itu tidur dan menguasai ranjang miliknya.

Satu koper kecil diletakkan di sudut kamar, lalu ia matikan lampu utama menyisakan lampu tidur. Bulan mengambil bantal dan guling kemudian menuju sofa panjang di dekat jendela. Sofa empuk itu menyambut tubuh mungilnya, Bulan melirik ke arah ranjang dan menghela nafas lelah.

“Ck, apa yang kamu harapkan, Bulan. Tuan Arogan itu tidak akan mau bertukar tempat, dia yang tidur di atas sofa,” keluh Bulan.

Ia memilih memejamkan mata, mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tak bertenaga. Berharap esok terbangun ada keajaiban yang terjadi.

Ternyata Air sama sekali belum tidur, ia memejamkan matanya pura-pura tidur dan mendengar semua ucapan Bulan. Matanya terbuka sedikit, melongok ke arah sofa dan memastikan gadis kecilnya itu sudah tidur.

“Gadis cerewet, tapi aku suka.” Air tersenyum, senyum yang jarang sekali ia perlihatkan. Sepertinya Bulan betul-betul sudah mengusik hati pria tampan sejuta pesona itu.

Sejak pertama melihat Bulan, ada bagian kuat dari diri gadis itu yang menarik hatinya. Air sangat yakin dengan keputusannya, hanya gadis pilihan yang pantas menjadi pendampingnya.

Air telah menjatuhkan pilihan yang tepat pada sosok Bulan. Gadis keras kepala yang tidak mudah di atur, suka berbuat semaunya. Apa yang Air, dia temukan semua dalam diri seorang Bulan.

Oleh karena itulah, segala cara dia lakukan agar Bulan menjadi miliknya. Dunia bisnis penuh kekejaman dan persaingan. Namun keyakinan di hatinya tak tergoyahkan bahwa Bulan adalah sosok yang sangat tepat.

Dengan kecerdasan yang dimiliki dan jiwa tangguhnya, Bulan mampu menghadapi segala intrik dan tipu daya musuh tanpa mudah terjerumus ke dalamnya.

“Selamat tidur gadis nakal, bersiaplah menghadapi dunia yang sesungguhnya.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Berduka

    “Jadi, aku tidak dibuang orang tuaku, Pa?” tanya Yona berlinang air mata. Toni menggeleng, dia dan melati—sang istri memutuskan menceritakan kebenarannya. Yona sudah cukup dewasa untuk memahaminya. Kelak suatu hari nanti ketika gadis itu menikah, ayah kandungnya tetap harus menjadi wali nikah. Yona masih sesegukan dalam pelukan Melati, dia tidak bisa membayangkan bagaimana menderita sang ibu bahkan mengorbankan nyawanya untuk melahirkannya di tengah melawan rasa sakit. Yona menyesal telah berpikir buruk, sekarang dia ingin sekali nyekar ke makam sang ibu. “Di mana makam Ibu, Ma?” Yona mendongak, menghapus air mata yang seolah tak rela berhenti keluar. “Hari minggu kita akan kesana,” ucap Melati lembut. “Apa aku juga akan bertemu ayah, Pa.”Toni dan Melati saling pandang, walaupun berat hati Melati menganggukkan kepalanya. Biar bagaimanapun Yona berhak tau siapa ayah kandungnya. “Papa akan mempertemukan kalian,” ucap Toni.“Tapi aku tetap anak Mama dan Papa, kan?”“Tentu, selaman

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Aku Hanya Ingin Tau

    “Raka,”Gerakan tangannya yang sedang menandatangani berkas terhenti, Air melirik pada sahabat sekaligus asistennya. “Ada apa? Apa apa sesuatu yang penting?” Ia bertanya, lalu kembali melanjutkan pekerjaan. Kafi menarik napas panjang, lalu berkata. “Pihak rumah sakit menelpon, mengabarkan kondisi Tiara kritis. Dan… Tiara ingin bertemu denganmu.” Air menutup berkas yang baru saja selesai diperiksanya, lalu mendorongnya sedikit ke arah Kafi yang duduk di seberang meja.“Kalau kau mau datang, datang saja,” ucap Air datar dan dingin.Baginya semua sudah selesai, hanya masa lalu. Sudah cukup peringatan yang dulu pernah diberikan dan ternyata hanya dianggap angin lalu. “Tapi—” Air mengangkat tangannya, dia tidak ingin mendengar apapun lagi yang berhubungan dengan masa lalu. Kini fokusnya hanya pada istri kecilnya dan calon anak mereka. Air tidak ingin lagi di usik kehidupannya dengan bayang-bayang yang akan menyakiti perasaan istrinya. Air mengambil bingkai foto istri kecilnya, diman

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Terbukti

    Mata Ny. Malika berbinar, rasa bahagia membuncah dalam hatinya. Rasanya tak puas hanya memandang strip kecil di tangannya. Perhatian wanita setengah baya itu, beralih menatap haru pada sang menantu yang bersandar di kepala ranjang. “Sayang, Mommy bahagia sekali. Terima kasih, nak.” Ucapnya tulus dengan mata mengembun. Segera ia mendekap menantu kecilnya, memberi dukungan bahwa remaja itu tak sendiri menjalani masa kehamilannya. Kedua tangannya menangkup wajah Bulan, memberi banyak kecupan sayang. Ditatapnya wajah cantik walau terlihat pucat dan kuyu. Ny. Malika menengok ke arah putranya yang memasang wajah cemberut, kesal karena sang Ibu memeluk bahkan mencium istrinya. Bukannya marah, Ny. Malika justru terkekeh. “Sudah mau jadi Daddy, masih suka merajuk.” Sindir wanita itu.“Dua bulan lagi ujian kelulusannya. Untuk sementara waktu Bulan akan menerima semua pelajaran dirumah. Dia akan datang saat ujian saja. Jangan biarkan istrimu kelelahan, pastikan kandungan dan kondisi istrim

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Positif

    “Zack, langsung pulang saja. Tapi nanti singgah sebentar beli cendol, ya.” pinta Bulan begitu ia masuk ke dalam mobil.“Baik Nona,” sahut sang pengawal. Sedan mewah itu meluncur keluar dari area parkir sekolah, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Ikut berbaur dengan kendaraan lainnya. Bulan menyandarkan punggungnya di kursi, matanya menatap kosong ke luar jendela. Sinar matahari siang yang menyengat membuat peluh kecil mulai membasahi pelipisnya. Padahal pendingin mobil berfungsi dengan baik. Membayangkan berendam air dingin, membuatnya ingin segera tiba di Mansion. Pasti rasanya segar sekali. Sayangnya, perjalanan dari sekolah ke rumah membutuhkan waktu hampir satu jam. Dan di tengah panas yang menyiksa, jalanan pun tak bersahabat. Suara bising kendaraan membuat kepalanya semakin berdenyut. Ia mengerjap pelan, lalu memejamkan mata. Kepalanya miring ke kiri, mencari posisi yang lebih nyaman untuk beristirahat sejenak.Lewat kaca spion depan, Zack melirik ke belakang. Ia ters

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Ciuman Panas

    Di balkon kamar, Air berdiri memandangi gelapnya malam. Angin malam menerpa wajahnya pelan, membawa rasa lega setelah ia mengungkapkan kebenaran tentang dirinya pada sang istri. Meski awalnya Bulan sempat terkejut, pengertian darinya sang istri bisa menerima dan memahami. Seharusnya sejak awal ia jujur. Namun, ketakutan akan kehilangan gadis kecilnya membuatnya memilih bungkam. Air memilih menyimpan rahasia itu rapat-rapat. Namun, siapa sangka, kebenaran itu justru terbongkar oleh istrinya sendiri.Tak ada yang disesalkan, setidaknya Bulan bisa lebih waspada dan menjaga diri. Karena sewaktu-waktu, musuh bisa saja datang dan menjadikannya target. Lambat laun statusnya sebagai istri dari seorang mafia—pemimpin Dark Costra akan diketahui. Air menahan napas ketika tiba-tiba sepasang tangan melingkar lembut di pinggangnya. Siapa lagi pemilik tangan kecil itu jika bukan sang istri tercinta. Matanya terpejam, menikmati hangatnya pelukan yang begitu membuat mabuk kepayang. “Kenapa bangun,

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Berjanjilah Untuk Tetap Di sini?

    Air kembali ke ruang ganti setelah memastikan istrinya tidur pulas. Ia menatap kotak hitam yang masih tergeletak di lantai. Napasnya terdengar lega saat membuka bagian dalam dari kotak itu. Ia menutup kotak itu, lalu menyimpannya kembali ditempat semula. Air tidak ingin Bulan semakin curiga jika berpindah tempat, istrinya sangat jeli. Meninggalkan kamar, Air pergi ke ruang kerja. Di dalam sana, ia membuka laptop dan menghubungi seseorang lewat sambungan video.“Ada apa?” suara Tuan Aksa muncul, menatap tajam dari balik layar. Namun wajahnya berubah saat melihat raut anaknya yang tampak kacau.“Bulan menemukan senjataku, Dad.” ujarnya lirih, terbayang wajah istrinya yang ketakutan.“Lalu?”Pria itu menghela napas panjang, “Aku takut Bulan meninggalkan aku, Dad. Aku tidak mau kehilangan istriku.” Alis Tuan Aksa terangkat sebelah, pria setengah baya itu tersenyum miring. Di depannya saat ini, bukanlah putranya yang dingin dan Arogan. Tetapi seorang anak yang sedang mengadu dan merenge

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status