แชร์

2. Kematian Vanessa

ผู้เขียน: Rich Ghali
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-01 14:07:09

“Jangan memintaku untuk melakukan hal konyol seperti itu!” Alaric langsung membantah permintaan istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menikah lagi dengan wanita lain, sementara seluruh hati dan cintanya telah ia berikan pada Vanessa?

“Saya tidak bisa, Nyonya.” Elena ikut menolak, sebab ia tahu seperti apa kekejaman tuannya itu. Semua orang akan ia bantai saat marah dan hanya Vanessa yang bisa menenangkan hatinya jika sudah begitu.

Napas Vanessa mulai tersendat. Sorot matanya terlihat kian meredup.

“Menikahlah dengannya demi aku, juga demi anakmu.” Vanessa berucap dengan lemah dan terbata-bata. Ia genggam tangan sang suami kuat-kuat, meminta dengan sangat agar permintaannya tidak ditolak.

“Aku tidak mau.” Lelaki berahang keras itu tetap saja menolak.

“Elena bisa memberi ASI untuk bayimu. Tidak akan ada yang lebih baik dari dia setelah aku.” Vanessa terus berusaha meyakinkan suaminya. Wanita itu semakin merasa lemah dan tidak bertenaga. Kematian sudah terlihat dengan jelas di depannya.

“Anak kita akan tumbuh besar di tangan kita. Kita yang akan membesarkannya dengan ASI-mu.”

“Tidak, Sayang. Aku tidak bisa menemanimu membesarkan bayi kita. Menikahlah dengan Elena, perlakukan ia dengan sangat baik seperti kau memperlakukanku.” Vanessa terus mendesak.

Mata Alaric mulai berkaca-kaca. Ia bisa merasakan bahwa kematian akan mendatangi istrinya. Cepat, ia lepas genggaman sang istri, lalu berlari dan berteriak memanggil dokter agar Vanessa lekas diberikan penanganan.

Namun sayang, saat Alaric tiba bersama sang dokter, Vanessa telah menutup usia. Matanya terpejam dengan wajah yang begitu pucat. Lelaki itu berhenti cukup jauh dari ranjang, sebab sudah paham apa yang terjadi. Ia amati ketika dokter memeriksa kondisi istrinya. Meski ia sudah tahu faktanya, ia tetap ingin mendengar itu langsung dari dokter yang menanganinya.

“Maaf, tapi saya harus memberitahu ini. Nyonya Vanessa sudah meninggal dunia.” Dengan lemah dokter itu berucap.

Alaric terdiam dalam beberapa saat. Ia memejamkan mata, mencoba untuk bersikap tenang. Ujung matanya telah basah sejak tadi. Namun, sekuat apa pun ia berusaha bersabar, emosinya tetap saja meledak dengan kuat.

Ia berteriak hebat, menyalahkan dokter atas apa yang menimpa istrinya. Semua orang yang ada di sana ia maki dengan sekuat tenaga. Barang-barang dan peralatan medis ia banting karena emosi sudah berada di puncak paling tinggi.

“Aku sudah memberimu peringatan!” Alaric mencekik dokter yang menangani persalinan Vanessa. Ia sangat tidak terima. Semua yang terbaik telah ia berikan pada sang istri, tapi kematian merenggutnya di ranjang rumah sakit seusai persalinan.

Dokter itu tidak bisa berkutik. Tenaganya jelas kalah jauh dengan tenaga Alaric. Wajahnya mulai memerah karena kesulitan untuk bernapas, juga karena rasa sakit di kerongkongan.

Elena berteriak dengan kuat karena merasa begitu takut. Ia lekas berlari keluar dari ruangan dengan membawa bayi merah dalam dekapan.

“Tuan, sadar, Tuan! Ini sudah keterlaluan.” Para pengawal berusaha melerai. Dengan susah payah akhirnya mereka bisa melepas cekikan Alaric pada dokter itu.

“Jangan perkarakan ini jika kau ingin hidup.” Salah satu dari mereka mengancam dokter malang itu agar tidak mengadukan perlakuan Alaric terhadapnya kepada polisi. Meskipun beberapa saat yang lalu ia hampir kehilangan nyawanya.

Dokter itu hanya bisa mengangguk dengan rasa takut, lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan.

“Aku sudah bersikap baik pada-Mu, Tuhan! Kenapa kau ambil istriku dariku?!” Alaric berteriak dengan histeris. Dinding rumah sakit menjadi sasaran amarahnya kini. Hingga tembok yang terbuat dari marmer itu tampak berdarah karena luka di punggung tangan Alaric setelah ia beri pukulan secara bertubi-tubi.

Tidak ada yang berani mendekat untuk menenangkan. Semua orang takut padanya. Hanya Felix yang cukup berani memberikan nasehat, tapi lelaki itu tidak kunjung tiba di rumah sakit.

Gemetar kedua kaki Alaric ketika ia berjalan menuju ranjang sang istri. Ia bahkan baru merasakan bahagia beberapa tahun terakhir setelah Vanessa hadir di hidupnya. Kini kebahagiaan itu kembali direnggut oleh Yang Maha Kuasa.

“Sayang, ayo bangun! Kau tidak bisa begini!” Alaric memeluk tubuh istrinya yang sudah tidak bernyawa. Ia guncang tubuh sang istri, memaksa agar wanita itu membuka mata kembali. Hanya beberapa menit ia tinggal pergi untuk memanggil dokter, ia malah ditinggal pergi untuk selamanya saat ia kembali.

“Mana janjimu yang ingin menua bersamaku? Ayo bangun, Vanessa! Aku tidak bisa hidup tanpamu! Bagaimana dengan putra kita?” Ia tidak henti-hentinya berbicara dengan isak tangis yang terdengar menyayat hati.

Tidak ada yang menyangka jika bos yang mereka kenal bengis dan kejam selama ini, ternyata bisa menangis ketika kehilangan sang istri. Belum pernah mereka melihat Alaric selemah itu setelah bertahun-tahun mereka bekerja untuknya. Ia bahkan pernah tertembak di dada, tapi tidak ada ekspresi apa pun yang ia tunjukkan. Namun ini, kehilangan istri baginya adalah kehilangan separuh jiwanya. Entah dengan cara apa ia akan hidup setelah ini.

Felix akhirnya tiba juga, pemuda itu tampak tersentuh melihat bosnya menangisi tubuh tak berdaya yang ada di hadapannya. Ia melangkah dengan pasti untuk mendekat, memberikan remasan lembut pada pundak tuannya.

“Tuan, kau tidak bisa seperti ini. Biarkan Nyonya Vanessa pergi dengan tenang. Kau harus tegar untuk tuan muda.” Felix berucap dengan tegas, tapi penuh simpati.

Alaric tidak merespons ucapan itu, ia tetap memeluk tubuh lemah istrinya. Ia tidak ingin melepas pelukan hingga ia benar-benar bisa melepaskan. Sebab, ia tidak akan pernah lagi memeluk tubuh Vanessa setelah ini. Kematian telah memisahkan mereka.

“Di mana tuan muda?” Felix bertanya pada pengawal yang ada di sana.

“Dibawa oleh Elena untuk menenangkannya.” Salah satu dari mereka menjawab.

“Bawa dia ke sini!” Felix berucap dengan tegas.

Perintah itu tidak bisa dibantah. Kedudukan Felix cukup tinggi, ia salah satu orang yang paling dipercaya oleh Alaric. Jadi, perintah yang terlontar dari mulutnya sama halnya dengan perintah yang keluar dari mulut Alaric.

Tangis bayi menggema di ruang bersalin setelah Elena kembali bersama si tuan muda yang sudah menjadi piatu di hari pertama ia dilahirkan. Tangis itu berhasil membuat Alaric tersentuh, tangisnya tertahan dengan mata yang terlihat begitu merah.

“Tuan muda butuh Anda, Tuan.” Felix berusaha untuk mengingatkan. Bosnya tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan, sebab ini akan dimanfaatkan oleh para musuh untuk menyerang.

“Biarkan Nyonya Vanessa diurus oleh petugas sebelum kita bawa pulang untuk dimakamkan.” Felix terus berusaha agar tuannya bisa lebih tenang.

Lelaki itu akhirnya luluh juga setelah Felix mengambil alih bayi mungil itu dari Elena dan memberikannya pada Alaric. Menatap wajah polos anaknya, ia menjadi sedikit terhibur. Bayi merah itu bahkan belum sempat diberi nama. Beruntung ia masih bisa merasakan hangat pelukan ibunya meskipun hanya dalam waktu yang begitu singkat.

“Beritahu informasi kematian Vanessa pada keluarganya.” Alaric berucap dengan suara bergetar, tapi kini ia sudah bisa sedikit lebih tenang.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   5. Kau Bukan Ibunya!

    Elena merawat Daryl layaknya anak sendiri. Ia anggap bayi mungil itu sebagai pengganti bayinya yang telah mati. Sedikit banyak mulai terbentuk ikatan batin setelah beberapa kali ia beri anak itu minum ASI. Kasih sayangnya tulus bagai ibu sendiri. Tidak ada dendam sedikit pun yang tertanam dalam hatinya untuk si Tuan Muda, sebab ia tahu yang bersalah atas apa yang terjadi adalah Alaric. Bayi mungil itu tidak tahu apa-apa, jadi ia tidak pantas untuk mendapatkan hukuman atas apa yang sudah dilakukan oleh orangtuanya.Pekerjaan rumah bukan lagi tugas Elena. Kini Alaric memberikan ia tugas untuk merawat Daryl sepenuhnya. Membuat wanita itu merasa senang, sebab ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk bayi kesayangannya.“Aku hanya ingin menggendongnya.” Shesyl lagi-lagi membuat keributan hari ini. Ia marah seperti biasa, sebab Elena tidak mengizinkannya untuk menyentuh Daryl. Elena benar-benar menjaga bayi mungil itu. Tidak sembarang tangan yang boleh menyentuhnya. Apalagi Shesyl yang

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   4. Nama Untuk Tuan Muda

    “Tunggu!” Felix menghentikan langkah Elena. Membuat wanita cantik itu semakin memucat. Ia tidak berniat jahat, hanya ingin memberikan ASI-nya agar ia tidak membuangnya seperti biasa. Saat bibir mungil Tuan Muda menyentuh putingnya, ia merasa hangat di dada. Rindu akan mendiang bayinya terbayar tuntas saat tetes pertama ASI-nya diminum oleh anak tuannya.Elena berhenti, ia tidak berani menatap Felix sama sekali. Ia memang terbiasa menunduk, menyembunyikan wajah cantiknya dari para pengawal agar tidak ada yang ingin menggodanya seperti pesan Vanessa. Sebab, mendiang Vanessa tahu bahwa anak buah suaminya rata-rata orang yang tidak punya hati, jadi ia ingin agar Elena selalu waspada. Tampaknya mendiang Vanessa tahu banyak hal tentang Elena.“Kau memberinya ASI?” Felix bertanya memastikan. Meski ia sudah melihat dengan mata sendiri, ia tetap ingin Elena menjawab dengan jujur.“Maaf, Tuan.” Elena berucap dengan lembut.“Aku bukan tuanmu, tidak perlu memanggilku dengan sebutan itu.” Felix me

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   3. Rumor Tentang Elena

    Pemakaman berjalan dengan sangat lancar. Tidak ada hambatan sama sekali. Duka terlihat dengan jelas menyelimuti mata Alaric. Lelaki itu berlutut di dekat gundukan tanah kuburan sang istri. Ia tatap pusara wanita itu, mengelusnya dengan lembut, dan memberikan satu kecupan untuk waktu yang lama. Ia terlihat berat untuk meninggalkan area pemakaman.Meski kini tidak lagi ada tetes air mata yang jatuh atas kepergian istrinya, Alaric masih merasakan sakit yang sama dengan detik di saat ia tahu bahwa sang istri telah tiada.“Aku ikut berduka atas kematian Kak Vanessa.” Shesyl mengusap lembut bahu abang iparnya itu. Ia ingin menunjukkan kepeduliannya pada Alaric.Namun, Alaric tidak suka disentuh olehnya. Dengan kasar ia singkirkan tangan Shesyl dari bahunya. Membuat wanita itu berdecak kesal karena lagi-lagi mendapatkan penolakan.Sengang. Satu per satu para pelayat mulai meninggalkan area pemakaman. Tersisa beberapa orang yang masih setia menunggu tuannya.“Kita harus pulang, Tuan. Saya tah

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   2. Kematian Vanessa

    “Jangan memintaku untuk melakukan hal konyol seperti itu!” Alaric langsung membantah permintaan istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menikah lagi dengan wanita lain, sementara seluruh hati dan cintanya telah ia berikan pada Vanessa?“Saya tidak bisa, Nyonya.” Elena ikut menolak, sebab ia tahu seperti apa kekejaman tuannya itu. Semua orang akan ia bantai saat marah dan hanya Vanessa yang bisa menenangkan hatinya jika sudah begitu.Napas Vanessa mulai tersendat. Sorot matanya terlihat kian meredup.“Menikahlah dengannya demi aku, juga demi anakmu.” Vanessa berucap dengan lemah dan terbata-bata. Ia genggam tangan sang suami kuat-kuat, meminta dengan sangat agar permintaannya tidak ditolak.“Aku tidak mau.” Lelaki berahang keras itu tetap saja menolak.“Elena bisa memberi ASI untuk bayimu. Tidak akan ada yang lebih baik dari dia setelah aku.” Vanessa terus berusaha meyakinkan suaminya. Wanita itu semakin merasa lemah dan tidak bertenaga. Kematian sudah terlihat dengan jelas di depannya.“A

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   1. Menikahlah dengan Suamiku

    “Tuan, istri Anda sedang dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan.” Suara dari dalam ponsel membuat Alaric terbelalak. Ia lekas berlari keluar dari ruangan, tempat di mana sebentar lagi akan diadakan rapat besar. Tidak ada hal yang lebih penting baginya daripada wanita yang begitu ia cintai, wanita yang ia nikahi satu tahun lalu.“Batalkan semua pertemuan, saya harus ke rumah sakit sekarang!” Alaric memberikan perintah pada kaki tangannya.Lelaki berhidung mancung itu sangat gelisah, tapi masih bisa ia tutupi dengan kewibawaan yang ia miliki. Kaki jenjangnya melangkah melewati lorong demi lorong, sementara anak buahnya mengekor di belakang.Mobil civic telah menunggu di depan pintu saat Alaric tiba di luar gedung. Ia lekas masuk dan meminta agar sang supir lekas menancap gas menuju rumah sakit di mana istrinya tengah berada. Lelaki itu tampak tenang, tapi sesungguhnya hatinya kini tengah bergenderang. Ia tidak ingin melewatkan satu detik pun rasa sakit yang dialami oleh istrinya di

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status