แชร์

Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia
Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia
ผู้แต่ง: Rich Ghali

1. Menikahlah dengan Suamiku

ผู้เขียน: Rich Ghali
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-01 14:06:57

“Tuan, istri Anda sedang dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan.” Suara dari dalam ponsel membuat Alaric terbelalak. Ia lekas berlari keluar dari ruangan, tempat di mana sebentar lagi akan diadakan rapat besar. Tidak ada hal yang lebih penting baginya daripada wanita yang begitu ia cintai, wanita yang ia nikahi satu tahun lalu.

“Batalkan semua pertemuan, saya harus ke rumah sakit sekarang!” Alaric memberikan perintah pada kaki tangannya.

Lelaki berhidung mancung itu sangat gelisah, tapi masih bisa ia tutupi dengan kewibawaan yang ia miliki. Kaki jenjangnya melangkah melewati lorong demi lorong, sementara anak buahnya mengekor di belakang.

Mobil civic telah menunggu di depan pintu saat Alaric tiba di luar gedung. Ia lekas masuk dan meminta agar sang supir lekas menancap gas menuju rumah sakit di mana istrinya tengah berada. Lelaki itu tampak tenang, tapi sesungguhnya hatinya kini tengah bergenderang. Ia tidak ingin melewatkan satu detik pun rasa sakit yang dialami oleh istrinya di saat melahirkan.

“Di depan ada macet, Tuan.” Sang supir berucap setelah melihat g****e maps untuk mencari jalan pintas agar bisa memangkas waktu menuju rumah sakit.

Alaric berdecak dengan kesal, di saat genting begini ia harus dipersulit dengan jalanan yang padat dan macet. Tanpa berucap apa pun, Alaric lekas turun dari mobil. Lelaki itu lebih memilih untuk berlari agar lekas sampai dibanding harus menunggu jalanan kembali bisa dilalui.

Beberapa saat kemudian sebuah helikopter terbang di atas jalanan yang tengah terjebak macet. Dari atas sana mereka mencari-cari keberadaan bos besar mereka yang tengah berlari menuju rumah sakit yang jaraknya masih puluhan kilometer dari sana. Saat menemukan Alaric, mereka menurunkan tangga dan memanggil menggunakan pengeras suara.

Mereka tidak bisa menerbangkan heli dengan jarak yang lebih rendah lagi, sebab angin yang diciptakan oleh baling-baling bisa mengacaukan lingkungan sekitar.

“Tuan, silakan raih tangganya! Kami akan mengantarmu menuju rumah sakit!” Suara lelaki itu menggelegar di antara hiruk-pikuknya jalanan yang macet.

Alaric berhenti berlari. Ia mendongak, menatap tangga yang tergantung dan melambai-lambai di atasnya. Hanya dengan satu kali lompatan, ia langsung meraih tangga itu. Helikopter kembali melaju, sementara Alaric terombang-ambing di udara seraya terus melangkah melewati anak-anak tangga hingga ia tiba di atas sana.

“Felix memberitahu jika jalanan macet dan ia terkurung di jalanan, jadi kami langsung melesat untuk mencarimu, Tuan.” Lelaki yang tengah mengendarai helikopter itu berucap pada Alaric.

Hal yang harus ia syukuri, sebab memiliki anak buah yang begitu setia. Sehingga langsung bertindak tanpa harus diberi arahan dan perintah terlebih dahulu.

Alaric menatap dengan dingin ke arah bawah sana. Hatinya tidak bisa tenang sebelum ia mendapat kabar jika istrinya baik-baik saja. Mendengar terjadinya pendarahan, ia langsung berpikir jika ini terjadi karena kelalaian para pelayan. Istrinya selalu diberi kecukupan, selalu dilimpahi kebahagiaan, kehamilannya begitu terjaga. Bagaimana mungkin ia bisa pendarahan, sementara saat ia tinggal pagi tadi, wanita itu tampak baik-baik saja. Dokter bahkan berkata kelahiran bayinya masih minggu depan.

Setelah terbang cukup lama, akhirnya mereka tidak di tempat tujuan. Di dekat rumah sakit ada lapangan kosong yang bisa dijadikan tempat untuk parkir helikopter. Setelah mendarat, Alaric lekas turun dan berlari menuju rumah sakit untuk mencari istrinya.

Di depan pintu masuk rumah sakit ada beberapa pengawal yang tengah berjaga. Salah satu dari mereka langsung memandu Alaric menuju ruang tempat di mana Vanessa tengah mengundi nyawa. Ia tampak kesulitan dalam melahirkan.

Alaric masuk menerobos begitu saja, tidak menghiraukan larangan para petugas agar ia tidak mengganggu proses persalinan.

“Lakukan yang terbaik atau nyawamu yang akan menjadi taruhan!” Alaric mengancam dokter yang tengah menangani Vanessa dengan menyodorkan pisau tepat di pinggangnya. Membuat dokter itu menjadi gugup karena merasa takut.

“Sakit!” Vanessa berteriak untuk meluapkan rasa sakit.

Alaric lekas menyembunyikan pisau di balik bajunya, lalu mendatangi Vanessa untuk memberikan kekuatan. Ia genggam tangan Vanessa yang terasa dingin dan basah. Ia kecup kening yang dipenuhi dengan keringat itu.

“Bertahanlah, Sayang.” Alaric berbisik dengan lembut.

“Aku sudah tidak tahan!” Vanessa terus saja berteriak kesakitan.

Alaric tidak tahan melihat istrinya yang terus mengeluhkan rasa sakit, sementara dokter hanya memberi instruksi agar ia menghela napas dengan benar.

“Kalian bisa bekerja dengan baik tidak?!” Makian Alaric memenuhi seisi ruangan. Bahkan teriakan Vanessa habis dilahap oleh teriakannya. Membuat seluruh petugas yang ada di sana menjadi ketakutan, apalagi sejak awal mereka sudah tahu siapa wanita yang tengah mereka tangani. Sebab, sejak datang tadi, ada banyak orang yang mengurus persalinannya. Apalagi di ruang persalinan ada beberapa orang yang tengah mengawal. Mereka jadi gemetar, takut jika salah dalam bertindak.

Setelah berjuang cukup lama, akhirnya terdengar tangis bayi yang menggelegar di dalam ruangan. Tangis itu membuat senyum terukir dengan indah di bibir Vanessa yang terlihat begitu pucat.

“Terima kasih.” Alaric mencium kening istrinya dengan penuh kasih sayang. Ia sangat senang, sebab istrinya telah memberikan ia seorang putra yang begitu tampan.

“Aku ingin bertemu Elena.” Vanessa meminta dengan suaranya yang lemah.

Alaric lekas memerintah bawahannya agar mereka membawa Elena ke sana.

Bayi mungil itu dimandikan sebelum diberikan pada Alaric yang sudah menunggu sejak tadi. Lelaki itu sudah tidak sabar untuk menggendong dan memeluk buah cintanya bersama sang istri tercinta.

“Sayang.” Vanessa memanggil suaminya dengan lemah, ia berusaha menggapai-gapai lelaki itu dengan sisa tenaga yang ada.

Alaric memberikan wajahnya untuk dibelai oleh Vanessa. Belaian lembut dari wanita itu membuat hatinya semakin hangat. Sesungguhnya sekarang ia begitu emosional, ia ingin menangis karena terlalu bahagia setelah resmi menjadi seorang ayah untuk putra yang sudah mereka nanti kehadirannya.

“Waktuku sudah tidak lama.” Vanessa berucap seolah ia tahu kapan ia akan mati.

“Jangan bicara seperti itu, kita akan hidup hingga anak cucu kita bahagia nanti.” Alaric membalas belaian istrinya. Ia ciumi wajah sang istri dengan penuh kasih.

“Ini bayinya, Tuan, Nyonya.” Petugas memberikan bayi mungil itu pada mereka.

Vanessa mendekap bayinya dengan penuh kasih, Alaric ikut memberikan dekapan pada anak dan istrinya. Tangis bayi itu membuat suasana haru semakin terasa.

“Permisi, Tuan, Nyonya, apa yang bisa saya lakukan?” Elena yang tadi ditunggu akhirnya tiba juga.

Vanessa mendongak, ia tersenyum menatap pelayan yang paling ia percaya itu.

“Mendekatlah!” Vanessa berucap dengan sangat lemah. Semakin lama, tenaganya semakin berkurang.

Elena mendekat dengan ragu. Ia berjalan dengan menunduk, sebab takut pada tuannya yang terkenal sangat kejam itu.

Bayi mungil yang ada dalam dekapan Vanessa, ia serahkan agar digendong oleh Elena. Hal itu membuat Alaric protes karena ia tidak ingin ada campur tangan orang lain yang mengurus bayinya yang masih begitu kecil.

Tangis yang tadi menggelegar, kini terhenti setelah bayi itu berada dalam pelukan Elena. Hal itu membuat Vanessa semakin yakin dengan pilihannya.

“Menikahlah dengan suamiku!” Vanessa meminta dengan penuh harap. Membuat Alaric dan Elena terbelalak tidak percaya dengan saling tatap.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   5. Kau Bukan Ibunya!

    Elena merawat Daryl layaknya anak sendiri. Ia anggap bayi mungil itu sebagai pengganti bayinya yang telah mati. Sedikit banyak mulai terbentuk ikatan batin setelah beberapa kali ia beri anak itu minum ASI. Kasih sayangnya tulus bagai ibu sendiri. Tidak ada dendam sedikit pun yang tertanam dalam hatinya untuk si Tuan Muda, sebab ia tahu yang bersalah atas apa yang terjadi adalah Alaric. Bayi mungil itu tidak tahu apa-apa, jadi ia tidak pantas untuk mendapatkan hukuman atas apa yang sudah dilakukan oleh orangtuanya.Pekerjaan rumah bukan lagi tugas Elena. Kini Alaric memberikan ia tugas untuk merawat Daryl sepenuhnya. Membuat wanita itu merasa senang, sebab ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk bayi kesayangannya.“Aku hanya ingin menggendongnya.” Shesyl lagi-lagi membuat keributan hari ini. Ia marah seperti biasa, sebab Elena tidak mengizinkannya untuk menyentuh Daryl. Elena benar-benar menjaga bayi mungil itu. Tidak sembarang tangan yang boleh menyentuhnya. Apalagi Shesyl yang

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   4. Nama Untuk Tuan Muda

    “Tunggu!” Felix menghentikan langkah Elena. Membuat wanita cantik itu semakin memucat. Ia tidak berniat jahat, hanya ingin memberikan ASI-nya agar ia tidak membuangnya seperti biasa. Saat bibir mungil Tuan Muda menyentuh putingnya, ia merasa hangat di dada. Rindu akan mendiang bayinya terbayar tuntas saat tetes pertama ASI-nya diminum oleh anak tuannya.Elena berhenti, ia tidak berani menatap Felix sama sekali. Ia memang terbiasa menunduk, menyembunyikan wajah cantiknya dari para pengawal agar tidak ada yang ingin menggodanya seperti pesan Vanessa. Sebab, mendiang Vanessa tahu bahwa anak buah suaminya rata-rata orang yang tidak punya hati, jadi ia ingin agar Elena selalu waspada. Tampaknya mendiang Vanessa tahu banyak hal tentang Elena.“Kau memberinya ASI?” Felix bertanya memastikan. Meski ia sudah melihat dengan mata sendiri, ia tetap ingin Elena menjawab dengan jujur.“Maaf, Tuan.” Elena berucap dengan lembut.“Aku bukan tuanmu, tidak perlu memanggilku dengan sebutan itu.” Felix me

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   3. Rumor Tentang Elena

    Pemakaman berjalan dengan sangat lancar. Tidak ada hambatan sama sekali. Duka terlihat dengan jelas menyelimuti mata Alaric. Lelaki itu berlutut di dekat gundukan tanah kuburan sang istri. Ia tatap pusara wanita itu, mengelusnya dengan lembut, dan memberikan satu kecupan untuk waktu yang lama. Ia terlihat berat untuk meninggalkan area pemakaman.Meski kini tidak lagi ada tetes air mata yang jatuh atas kepergian istrinya, Alaric masih merasakan sakit yang sama dengan detik di saat ia tahu bahwa sang istri telah tiada.“Aku ikut berduka atas kematian Kak Vanessa.” Shesyl mengusap lembut bahu abang iparnya itu. Ia ingin menunjukkan kepeduliannya pada Alaric.Namun, Alaric tidak suka disentuh olehnya. Dengan kasar ia singkirkan tangan Shesyl dari bahunya. Membuat wanita itu berdecak kesal karena lagi-lagi mendapatkan penolakan.Sengang. Satu per satu para pelayat mulai meninggalkan area pemakaman. Tersisa beberapa orang yang masih setia menunggu tuannya.“Kita harus pulang, Tuan. Saya tah

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   2. Kematian Vanessa

    “Jangan memintaku untuk melakukan hal konyol seperti itu!” Alaric langsung membantah permintaan istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menikah lagi dengan wanita lain, sementara seluruh hati dan cintanya telah ia berikan pada Vanessa?“Saya tidak bisa, Nyonya.” Elena ikut menolak, sebab ia tahu seperti apa kekejaman tuannya itu. Semua orang akan ia bantai saat marah dan hanya Vanessa yang bisa menenangkan hatinya jika sudah begitu.Napas Vanessa mulai tersendat. Sorot matanya terlihat kian meredup.“Menikahlah dengannya demi aku, juga demi anakmu.” Vanessa berucap dengan lemah dan terbata-bata. Ia genggam tangan sang suami kuat-kuat, meminta dengan sangat agar permintaannya tidak ditolak.“Aku tidak mau.” Lelaki berahang keras itu tetap saja menolak.“Elena bisa memberi ASI untuk bayimu. Tidak akan ada yang lebih baik dari dia setelah aku.” Vanessa terus berusaha meyakinkan suaminya. Wanita itu semakin merasa lemah dan tidak bertenaga. Kematian sudah terlihat dengan jelas di depannya.“A

  • Terpaksa Menikah Dengan Tuan Mafia   1. Menikahlah dengan Suamiku

    “Tuan, istri Anda sedang dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan.” Suara dari dalam ponsel membuat Alaric terbelalak. Ia lekas berlari keluar dari ruangan, tempat di mana sebentar lagi akan diadakan rapat besar. Tidak ada hal yang lebih penting baginya daripada wanita yang begitu ia cintai, wanita yang ia nikahi satu tahun lalu.“Batalkan semua pertemuan, saya harus ke rumah sakit sekarang!” Alaric memberikan perintah pada kaki tangannya.Lelaki berhidung mancung itu sangat gelisah, tapi masih bisa ia tutupi dengan kewibawaan yang ia miliki. Kaki jenjangnya melangkah melewati lorong demi lorong, sementara anak buahnya mengekor di belakang.Mobil civic telah menunggu di depan pintu saat Alaric tiba di luar gedung. Ia lekas masuk dan meminta agar sang supir lekas menancap gas menuju rumah sakit di mana istrinya tengah berada. Lelaki itu tampak tenang, tapi sesungguhnya hatinya kini tengah bergenderang. Ia tidak ingin melewatkan satu detik pun rasa sakit yang dialami oleh istrinya di

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status