Share

bab 3 Apa yang terjadi semalam?

Saat itu sekitar pukul tiga dinihari, Naya terbangun dari tidurnya.

Dia membuka matanya, dalam penerangan yang sangat minim, ia menatap sekeliling ruangan itu.

"Dimana aku?" batinnya sembari merasakan sakit dikepalanya.

Ia merasakan sesuatu menindih perutnya, ia pun menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya! Dan betapa terkejutnya ia saat melihat tangan kekar menindih perutnya ditambah lagi dengan tubuhnya yang polos tanpa mengenakan pakaian sedikit pun.

"Aaaaaa!" Naya berteriak dan segera menjauh dari Alpian!

Ditutupinya tubuhnya dengan selimut itu!

"Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan padaku?" Naya menagis dipojokan tempat tidur itu sembari mermas selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya.

"Kenapa kamu menangis? Bukankah kamu sendiri yang menyerahkan diri kamu untuk saya. Kenapa kamu berlagak seperti orang linglung?" ucap Alpian dengan begitu santainya bahkan ia tak perduli dengan tubuhnya yang masih belum mengenakan apa-apa.

Naya terus menangis sambil mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Namun sedikitpun ia tak dapat mengingatnya, ia hanya mengingat Ibunya meninggalkan dirinya karena dompetnya tertinggal di restoran.

"Apa yang kamu lakukan padaku?" Naya terisak dalam tangisnya.

Seluruh tubuhnya terasa sakit, mungkin karena permainan panas semalam, area terlarang nya juga terasa perih, panas dan begitu sakit sehingga ia kesulitan untuk bergerak.

"Saya sudah membayar tubuh kamu dengan harga yang mahal. Setelah ini lupakan semua yang kita lakukan dan jangan pernah temui saya meski kamu hamil anak saya. Jangan pernah katakan hal ini pada siapapun atau hidup kamu akan berakhir di tangan saya."

Rasa sedih dan sakit semakin menghujam hatinya saat mendengar perkataan laki-laki yang tak dikenalnya. Seingatnya, dirinya tak pernah menghargakan tubuhnya. Dirinya tidak mungkin menjual dirinya demi uang bahkan demi membayar hutang Ayahnya.

"Saya tidak pernah menjual diri saya. Saya tidak mungkin menjual diri saya."

Dengan cepat, Naya memunguti pakaiannya dan berjalan ke kamar mandi untuk memakai pakaiannya!

Sementara itu, seolah tak terjadi apa-apa. Alpian memungut boxer nya lalu memakainya! Dia melihat jam menunjukkan pukul tiga dinihari.

"Tidak mungkin gadis itu mau pergi jam segini," batin Alpian.

Setelah lima menit, Naya keluar dari kamar mandi dan langsung berjalan menuju pintu keluar dengan berjalan perlahan.

Akibat permainan yang tak ia sadari, ia merasa kesakitan dan tak dapat berjalan dengan normal.

"Tunggu dulu!" Alpian menghentikan langkah Naya yang hampir tiba pada pintu keluar.

"Kamu sudah mau pergi? Waktu kita belum habis, saya tidak membayarmu untuk dua kali main saja tapi saya membayar kamu untuk satu malam penuh dan sepuas saya mau bermain berapa kali."

"Jangan. Jangan sentuh saya." Naya menggelengkan kepalanya beberapa kali dan menutupi bagian dadanya yang lumayan terbuka.

"Kamu pikir tiga ratus juta itu sedikit hah. Saya sudah membayar kamu segitu banyak tapi ini pelayanan kamu!"

Alpian menarik tangan Naya dan membawanya kembali ke tempat tidurnya.

"Nggak! Jangan, tolong jangan lakukan ini. Saya tidak pernah menerima uang apapun dari kamu, tolong jangan. Biarkan saya pergi."

Naya terus memohon pada laki-laki itu agar melepaskannya. Air mata gadis itu tak dapat dihentikan, tangisnya semakin deras saat Alpian memaksanya untuk melakukan permainan yang sama sekali tidak diketahuinya.

Tubuh yang sudah tak memiliki tenaga iti tak dapat melawan tenaga Alpian yang memang lebih kuat darinya.

Sekuat apa pun dirinya melawan tetap tak bisa melawan Alpian.

Dibawah kungkungan laki-laki itu, Naya menangis sambil menggigit bibir bawahnya, menahan sakit akibat benda tumpul yang menerjang memasuki area terlarang nya.

Sementara itu, Alpian terus memompa tubuh Naya dengan ritme naik turun tanpa menghiraukan tangisan gadis itu.

Alpian sangat menikmati permainannya sampai-sampai ia tidak sadar, Naya mencengkram bahunya dengan begitu keras hingga kukunya menancap dan melukai bahunya.

Setelah beberapa menit, Alpian pun selesai dengan aksinya. Dia segera turun dari tubuh Naya dan langsung tertidur pulas di samping Naya.

Dengan sisa tenaga yang ada, Naya keluar dari kamar itu! Ia harus pergi sebelum laki-laki itu menangkapnya lagi.

**********

Dengan pakaian lusuh dan tubuh yang berantakan, Naya berjalan menuju rumahnya!

Saat itu mungkin baru jam lima atau setengah senam pagi. Naya sudah tiba di depan rumahnya dan dia ingin segera menemui Ibunya untuk menanyakan banyak pertanyaan yang sudah menumpuk dikepalanya.

"Bu, dua ratus juta sudah masuk dalam rekening Ibu?" ucap Shelly dengan suaranya yang terdengar sangat kegirangan.

Naya menghentikan langkahnya tepat didepan pintu. Tangannya yang sudah hampir meraih knop pintu pun langsung ditariknya lagi. Ia penasaran dengan pembicaraan mereka didalam sana.

Naya menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar lebih jelas lagi perbincangan Ibu dan kakak tirinya itu.

"Iya, kita bisa belanja hari ini. Kebetulan hari ini hari libur," sahut Rani.

"Si Naya itu harganya mahal juga. Lain kali jual lagi aja tuh anak, Bu biar kita gak usah capek-capek kerja." Shelly tertawa lepas.

"Tentu saja. Kalau ada yang bersedia meniduri nya lagi, Ibu pasti kasih harga yang bagus."

Bagaikan disambar petir di siang bolong, tiba-tiba Naya merasa ada yang menghantam hatinya hingga ia merasa nafasnya terhenti saat itu juga.

Ia tak percaya ternyata Ibu tirinya yang sudah menjualnya pada laki-laki itu.

Tak tahan mendengar semua perbincangan mereka, Naya mendobrak pintu rumahnya dengan sangat keras hingga membuat Rani dan Shelly terkejut.

"Tega ya kalian. Ternyata Ibu sengaja menjebak ku," ucap Naya dengan tangisnya yang begitu deras.

"Halah pakai nangis segala. Semua udah terjadi, terima aja, Naya." Dengan begitu entengnya Shelly menyuruh Naya untuk menerima semua perlakuan Ibu tirinya.

"Nih duit." Shelly melemparkan lembaran uang kertas berwarna merah ke atas kepala Naya hingga uang itu berterbangan di atas kepala Naya.

"Kerja sebagai wanita penghibur banyak duitnya, Nay. Besok-besok terima aja lagi kalau ada yang mau booking kamu," ucap Rani dengan tanpa merasa bersalah sedikitpun pada Naya.

"Lagipula, anggap saja ini sebagai imbalan karena Ayah kamu sudah membuat hidup saya dan Shelly menderita," sambung Rani.

Naya hanya terdiam dengan air mata yang mengalir deras dari matanya. Dirinya tak menyangka bahwa mereka begitu kejam padanya.

Puas menertawakan Naya, Rani dan Shelly pergi dari rumah tanpa memunguti uang yang berserakan di lantai!

Setelah mereka pergi, Naya mengantarkan punggungnya di tembok agar dirinya tak terjatuh. Kenyataan hidup yang ia alami membuat tenaganya serasa hilang dari tubuhnya.

Perlahan tubuhnya merosot ke bawah hingga akhirnya ia duduk di lantai.

"Kenapa mereka begitu tega melakukan ini padaku? Apa salahku?" batin Naya.

Gadis itu meremas rambutnya dengan begitu keras bahkan sesekali ia membenturkan kepalanya ke tembok, berharap ia mati saat itu juga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status