Ketika suara musik kebahagiaan berasal dari gedung salah satu hotel bintang 5 pusat kota untuk perayaan pergelangan akad nikah dan pesta perayaan pernikahan berganti keriuhan dan kericuhan serta tangis pilu yang memecah keadaan, hal tersebut seketika membuat keluarga Bastian Raharja panik dan takut mendapatkan malu yang luar biasa.
Pengusaha yang memiliki banyak relasi bisnis dan kenalan yang jelas bukan orang-orang kecil dan biasa tersebut seketika memundurkan langkahnya bersamaan sang istri yang terjatuh dan hampir pingsan karena keadaan. Tuan Bastian berusaha menahan degub jantung nya yang tidak baik-baik saja, dia pikir seperti nya tekanan darah tinggi nya mulai naik saat ini.Putri Kesayangan nya, Safna terlihat bergetar menatap kearah orang-orang yang ada dihadapannya, dia terhenyak dan kehilangan kata-kata nya, tidak mampu menggerakkan bibirnya dimana secara perlahan air mata gadis tersebut luluh lantak tumpah membasahi kedua belah pipi indah nya.Roger, calon suaminya, laki-laki yang menjalin kisah cinta dengan nya hampir 5 tahun ini mengkhianati dirinya. Lari dari pernikahan bersama sahabat baiknya."Habis sudah kita, Safna," suara seseorang memecah keadaan, menatap Safna dengan wajah cemas."Dia lari dari pernikahan, bersama Luna dan meninggalkan kamu dalam rasa malu luar biasa, dia benar-benar brengsek, aku sudah bilang Roger bukan laki-laki baik, setiap kali-," suara perempuan dihadapan nya terus memecah keadaan, itu adalah kakak sepupunya, Dita.Perempuan itu terus bicara, meluapkan kemarahannya kepada Safna karena tidak pernah mendengarkan apa yang dia ucapkan selama ini, padahal dia telah mengingatkan safna berkali-kali tentang Roger dan Luna.Yah berulang kali kakak sepupu nya itu berkata jika dia sering kali melihat Roger dan Luna pergi bersama dibeberapa kesempatan, bahkan perempuan itu pernah melihat kedua orang tersebut keluar masuk hotel ketika tanpa sengaja dia memiliki jadwal rapat dengan relasi bisnis nya di room rapat atau makan bersama teman-teman di restauran hotel, tapi nyatanya Safna tidak mempercayai ucapan kakak sepupu nya tersebut.Safna selalu berbaik sangka, lebih percaya pada Ronger ketimbang orang lain, dia yakin Ronger tidak mungkin mengkhianati dirinya. tapi sekarang lihat, apa yang terjadi pada hubungan mereka? Gosip berkata, Luna hamil anak Ronger dan mereka menikah dibelakang Safna diam-diam, membatalkan pernikahan antara Safna dan Ronger sendiri dan kabur di hari akad nikah dan resepsi pernikahan.Apa yang harus kita lakukan, pa?," Suara nyonya Reka terlihat tidak berdaya, bertanya pada suaminya apa yang seharusnya mereka lakukan saat ini.Tuan Bastian terlihat memijat-mijar kepalanya untuk beberapa waktu, akal pikirannya seketika buntu."Apa kata dunia, pa?," Nyonya Reka terus bertanya khawatir.Ditengah keadaan yang cukup kacau balau tiba-tiba saja keluarga Roger masuk kedalam ruangan dimana semua keluarga Bastian berada, sedangkan di luar sana, didalam gedung pernikahan semua tamu undangan sudah mulai resah dan bertanya-tanya karena belum melihat calon pengantin hadir dan melakukan akad nikah."Kalian benar-benar ingin mempermalukan keluarga Raharja," nyonya Reka terlihat membulatkan bola matanya ketika menyadari kedatangan keluarga calon besan nya."Lihat bagaimana Roger akan mempermalukan keluarga kami, apa kata semua orang jika pernikahan ini gagal? Astaghfirullahul'adzim," nyonya Reka hanya bisa istighfar sejak tadi.Mama Roger jelas saja merasa sangat bersalah, dia benar-benar marah kepada putranya yang tidak tahu malu menggagalkan pernikahan yang seharusnya digelar hari ini demi seorang perempuan miskin yang tidak pernah dia sukai, wanita itu tidak pernah membayangkan jika putranya akan melakukan hal seperti itu dan di luar pemikirannya.Hubungan antara Roger dan Safna jelas tidak sebentar, dia tahu kedua orang itu saling mencintai, tapi sejak Luna masuk menjadi teman Roger, dia sudah merasa gelisah, berpikir satu hari gadis sialan itu akan mengacaukan hubungan putra nya dan Safna dan lihat hari ini, apa yang dia takutkan terjadi juga."Ini semua diluar pemikiran dan ekspektasi, aku tidak pernah berpikir Roger-," wanita tersebut bicara dengan ekspresi wajah panik, dia benar-benar merasa malu atas perlakuan putra nya."Aku tidak perduli dengan keadaan, sekarang katakan bagaimana kami harus menahan malu?" Tuan Bastian terlihat sangat marah, mengeratkan rahangnya, dia bergerak mendekati papa Roger dan menarik kerah pakaian nya dengan cara yang kasar.Kepanikan jadi semakin jelas, semua orang berteriak histeris sebab didetik berikutnya laki-laki tersebut memukul tuan Adam."Akhhhh,""pa-,""No...papa...," Safna ikut panik, berusaha melerai papa nya.Katakan pada Safna, apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus menghubungi seseorang, mencari temannya untuk menggantikan Roger menjadi pengantin laki-laki nya, pikiran nya saat ini kalut dan buntu, dia benar-benar merasa kacau dan hancur."Apa mungkin kita membatalkan pernikahan nya hah? Cari cara untuk tidak mengacaukan penikahannya, cari cara untuk membawa Roger kembali," teriak tuan Bastian penuh kemarahan."Itu tidak mungkin terjadi Bas," papa Roger bicara cepat, menahan rasa sakit karena pukulan tuan Bastian yang juga adalah teman baiknya sejak masa sekolah."kau bilang tidak mungkin?" Tuan Bastian mengeram, bola matanya memerah penuh kemarahan."kau ingin membuat keluarga Raharja benar-benar malu karena keadaan hah? Katakan Adam, kau ingin membuat ku malu besar?""Bukan seperti itu, aku tidak pernah berpikir untuk membuat keluarga kalian malu, maafkan aku bas, Roger benar-benar...," raut sesal terlihat jelas dibalik wajah tuan Adam saat ini, dia bahkan tidak punya muka untuk menatap sahabat baiknya.Belum lagi rasa iba nya melihat keadaan Safna.Tuan Bastian ingin menghajar tuan Adam sekali lagi, tapi buru-buru paman dan bibi Safna menghalangi semuanya."Memukul dan bertengkar bukan solusi Bas, kita butuh pemecahan permasalahan," paman Safna bicara dengan cepat.Ditengah pembicaraan mereka, mama Safna langsung menoleh kearah Safna."katakan pada bibi, apakah Roger sudah menghancurkan masa depan mu, nak?" Dan kini mama Roger mendekati Safna, ingin tahu apakah mungkin putra nya sudah menghancurkan masa depan gadis dihadapannya tersebut.Jika iya maka hancurlah sudah semua nya.Safna memilih diam, menatap netra bola mata wanita tua dihadapan nya tersebut untuk beberapa waktu, dia tidak memikirkan soal itu saat ini, yang dia pikirkan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya, tidak mungkin pernikahan ini di batalkan, mungkin bukan hanya orang tua nya yang malu, dia bahkan mungkin tidak akan sanggup untuk pergi ke luar rumah sekalipun saking malunya.Jutaan macam pemikiran menghantam dirinya, dimana mama Roger menatap nya khawatir sedangkan kakak sepupu Safna, bibi dan paman nya juga papa nya dan papa Roger terlihat berusaha mencari pemecahan permasalahan yang semakin menghimpit. Mereka berdiskusi secara serius saat ini."Safna?" Satu suara mengejutkan pemikiran Safna."kita tidak punya pilihan lain, apakah kamu keberatan jika penikahan nya di ganti, nak?" Dan tiba-tiba suara papa Roger memecah keadaan, membuat Safna menoleh dan mengernyitkan keningnya."Apakah kamu bersedia jika pengantin laki-laki nya di ganti, nak?" Tanya tuan Adam lagi kemudian.Hal tersebut membuat Safna semakin mengernyitkan keningnya."Diganti? Dengan siapa?" Safna bertanya didalam hati nya.Apakah Safna bisa menolak keadaan ini? Apakah dia memiliki pilihan untuk berkata tidak atau menghentikan pernikahan ini? Lalu jika dia mementingkan ego nya maka bagaimana dengan kedua orang tua nya?."Lakukan dan jangan membuat keluarga kita malu, Safna bisa di cap sebagai perempuan buruk yang mungkin ditinggal karena sudah rusak," dan bibi nya bicara dengan cepat."Safna tidak serendah itu," nyonya Reka langsung tidur suka dengan ucapan adik perempuan suaminya."Tetap saja pandangan miring akan terus diberikan oleh orang lain setelah ini jika pernikahan di batalkan, belum lagi cemoohan dan malu nya keluarga besar Raharja," kak Dita bicara dengan cepat, menatap kearah semua orang secara bergantian."Pengantin pengganti bukan solusi yang buruk, para tamu sudah terlalu gelisah menanti," sambung bibi Safna lagi kemudian."Dengan siapa?," Papa Safna jelas bertanya, menatap kearah tuan Adam dengan cepat.Laki-laki yang ditatap terlihat balik menatap tuan Bastian, pandangan matanya bertemu
Apakah dia punya alasan untuk menolak semua nya saat ini?."Aku rasa tidak?," batin Safna.menikah dengan paman Callister? laki-laki dewasa yang usianya bahkan 10 tahun lebih tua di atas nya. Entahlah dia juga lupa, sepertinya benar 10 tahun mungkin lebih jarak usia mereka. Paman Callister, seperti itu dia memanggil nya dulu. Laki-laki tersebut sangat tidak ramah tamah, senyuman nya sangat mahal bahkan laki-laki tersebut pernah menatap nya dengan tatapan yang sangat dingin juga tidak bersahabat.Dan Safna pikir kapan terakhir kali dia bertemu dengan laki-laki tersebut? dia apakah mungkin lupa pada wajah laki-laki itu? karena pada masa itu Safna pernah baru saja meluluskan masa SMA nya dan saat itu laki-laki tersebut masuk pada fase matang dengan wajah tampannya, dan kini Safna pikir apakah wajah itu mungkin sudah menua seiring berjalannya waktu. Jika diingat-ingat artinya usia laki-laki tersebut bisa jadi berkisar diantara 34-36 tahunan."Hah, gila!," Safna menghela berat nafas nya, d
Begitu Safna membuka pintu depan bola matanya langsung mencari keberadaan seseorang,. dia tampak panik mencoba menatap ke arah sisi kiri dan kanannya, pandangan nya penuh kebingungan diliputi kesunyian dalam keadaan sebab ini jelas masih cukup pagi karena itu wajar saja di dalam tiap lorong hotel tidak didapati satu penghuni pun yang hilir mudik. Dan sayangnya juga Safna tidak melihat siapapun yang ada di luar pintu kamar nya.Gadis tersebut kembali menatap handphonenya, mencoba membaca kembali beberapa pesan yang masuk ke handphone nya dengan seksama, berusaha tidak gegabah dan memperhatikan baik-baik pesan yang masuk juga jam terkirim nya.22.40."Assalamu'alaikum, apakah kamu tidur? aku didepan, aku tidak membawa kartu akses kamar, sedikit memalukan untuk mengambil kartu cadangan nya di meja resepsionis,"23.10."Mungkin aku akan menunggu beberapa waktu hingga kamu mengaktifkan handphone kamu,"23.55."Sepertinya kamu benar-benar lelah,"01.20."Aku masih berharap kamu bangun,"02.
Subuh pertama berjalan begitu lembut, syahdu mendayu, membuat Safna berpikir apakah dia tengah tengelam ke alam mimpi nya sejak kemarin dan belum terjaga saking nyenyak nya."Assalamu ʿalaikum waraḥmatullah," dan tanpa dirasa paman Callister sudah menutup salam pada akhir sholat.Didetik berikutnya Callister berbalik, selayaknya dia yang selalu memberikan salam pada mama dan papanya, Safna mencoba meraih telapak tangan Callister saat laki-laki tersebut menatap nya, dengan agak bingung dia menyalami punggung tangan kokoh tersebut dan mencium nya.Subhanallah, bukankah subuh pertama begitu indah?.Safna baru saja hendak menaikkan kepalanya, tiba-tiba saja paman Callister berkata."Mari pulang kerumah pagi ini." kalimat itu jelas adalah ajakan tapi sebenarnya mutlak tidak bisa di tolak sebab mereka sudah sah menjadi suami dan istri tapi bukankah sangat indah dan sopan sekali saat pasangan lebih dulu menanyakan ketersediaan, agar kesan nya tidak memaksa.Safna terlihat diam, menatap laki-
Kediaman utama Callister,kamar tidur utama.Bolehkah Safna merasa lega? malam ini tidak terjadi apapun di antara mereka."Syukurlah," Safna menghela nafasnya, dia mengulum senyuman dan memejamkan sejenak bola matanya.Setidaknya dia lega, paman Callister belum meminta dua menunaikan kewajiban nya dan itu cukup membuat dia lega. Padahal semalaman cukup membuat nya panik dan tegang, tapi laki-laki tersebut penuh dengan pengertian setelah membersihkan diri, paman Callister berkata dia harus menyelesaikan pekerjaan nya di ruangan sebelah, katanya ada urusan perusahaan yang harus dia lakukan. Lama, sangat lama hingga akhirnya Safna mulai tenggelam ke alam mimpinya. Dan dia terbangun saat merasa seseorang naik ke atas kasur, ternyata laki-laki tersebut baru menyelesaikan pekerjaan nya di pukul 2 lebih dini hari. Setelah itu naik ke atas kasur dan tidur.Dan pagi ini laki-laki tersebut bangun, mengajaknya sholat berjamaah kemudian bersiap-siap untuk pergi bekerja. Jadi fix, tidak terjadi ap
Baiklah Safna tidak ingin peduli dengan siapa perempuan tersebut, dia pikir itu bukan urusan nya, lebih baik menghabiskan makanan nya dan mengabaikan dua orang tersebut.Dia pikir ah sudahlah, pernikahan dia dan paman Callister juga belum tentu panjang itu pikir nya, nama nya juga pernikahan dadakan tanpa perencanaan, jadi dia pikir apa yang diharapkan dari pernikahan mereka.Pada akhirnya Safna berusaha untuk meneruskan menikmati makan paginya di mana dia mengabaikan kedua orang tersebut yang kini bergerak menjauhi dirinya. tidak terlalu penting bagi dirinya untuk mengetahui tentang perempuan tersebut dan pembicaraannya dengan paman Callister.Gadis itu menikmati makan paginya secara perlahan, cukup lama dia berada di meja makan, menyantap makanan miliknya secara perlahan hingga pada akhir waktu tersebut berjalan dan tiba-tiba saja paman Callister sudah kembali berada di ruangan makan tersebut dan memilih untuk duduk tepat dihadapan Safna.Begitu laki-laki tersebut kembali duduk di h
Entahlah Safna tidak bisa mengekspresikan perasaan nya saat ini, hanya saja melihat wajah Roger menorehkan sebuah luka di hati nya. Ini bukan lagi tentang cinta, tapi ini tentang perasaan yang telah di lukai dan di khianati oleh laki-laki yang begitu dia cintai sebelumnya.Dia mencintai Roger dengan caranya sendiri, memiliki mimpi yang begitu indah dan manis bersama laki-laki tersebut sebelumnya tapi pengkhianatan yang dilakukan Roger jelas tidak main-main, apalagi ketika tahu laki-laki tersebut bermain bersama sahabat baiknya bahkan hingga hamil. Ini kali pertama bola mata Safna berkaca-kaca menatap laki-laki yang di cintai nya selama bertahun-tahun ini."Aku sedang menahan seluruh kemarahan dan emosi ku, berharap kita bertemu kembali di kala luka yang kamu torehkan sudah tertutup dan tidak menganga hebat, tapi aku cukup terkejut hanya dalam beberapa hari kamu kembali datang dengan tidak tahu malu dan mencoba membuat kekacauan untuk kebahagiaan yang sebenarnya belum jelas setelah men
Kediaman utama Callister,Kamar.Malam ini Safna memilih diam tanpa mengeluarkan sedikit pun suaranya, dia fokus pada pekerjaan nya membuat beberapa sketsa gaun pesanan beberapa pelanggan miliknya. Itu adalah pekerjaan Safna, seorang desainer di toko kecil nya sendiri, mendesain gaun pernikahan impian semua orang tapi lucunya dia tidak mampu benar-benar mendesain gaun pernikahan nya sendiri.Di hari sakral nya dia tidak menggunakan gaun impian nya sendiri, kala itu Roger yang memilih gaun pernikahan mereka, berkata dia pantas di ratukan di hari pernikahan. Mempercayai semua nya pada bagian wedding organizer pilihan keluarga Roger sendiri. Tapi lihatlah apa yang terjadi? pengkhianatan benar-benar menjadi harga sepadan dalam balutan gaun pernikahan yang dipersembahkan untuk dirinya."Hari sudah cukup larut," dan suara Callister mengejutkan Safna, membuat gadis tersebut langsung mendongakkan kepalanya.Bola mata mereka bertemu, dimana Callister berdiri dihadapan Safna hanya menggunakan h