Share

Penolakan Langit

Penulis: YOSSYTA S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-04 07:33:50

"Ta-tapi, aku gak bisa menikah dengan dia, Pah. Karena Aku tidak mencintainya, Pah," elak Langit.

"Lagi pula aku juga tidak sengaja melakukan itu semua. I-itu hanya kecelakaan. Sungguh aku gak sengaja. Aku khilaf, Pah." Tentu saja pria muda berusia 25 tahunan itu langsung menolaknya.

"Terus kamu maunya bagaimana, Langit? Setelah semua ini terjadi, lalu kamu mau lepas dari tanggungjawab, huh?" pungkas Bagus kesal.

"Langit-langit! Papah dan Mamahmu ini tidak pernah mengajarimu tuk jadi orang yang tidak bertanggungjawab seperti ini, Langit!" lanjutnya.

Tiba-tiba saja keluarga dari Cahaya yang sengaja dipanggil oleh Bagus telah datang. Yaitu Paman dan Bibiknya Cahaya kini telah masuk ke rumah tersebut.

"Tuan, ini Pak Hadi dan istrinya sudah datang," ucap salah satu pelayan yang mempersilahkan pasangan suami istri itu untuk masuk ke ruang tamu.

Sontak semua orang yang berada di sana langsung menoleh ke arah pasangan suami istri tersebut.

"Oh, Pak Hadi dan Bu Irma. Mari-mari silahkan duduk!" ujar Bagus mempersilahkan tamunya untuk duduk.

"Iya, terimakasih, Tuan." Pria paruh baya yang telah mengabdikan diri sebagai sopir pribadi keluarga ini selama hampir 8 tahunan itu mengangguk dan memilih untuk duduk di samping keponakannya.

Lalu dengan kebingungan ia pun berkata, "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tau, ada apa Tuan memanggil kami datang ke sini?"

"Em ... jadi begini, Pak Hadi. Saya ingin meminta ijin kepada Bapak. Saya ingin menikahkan Cahaya dengan Langit."

"Apaa?! Ca-cahaya menikah dengan De-den Langit?" Dengan membelalakan mata, sontak sepasang suami istri itu langsung terpekik kaget.

"Gak bisa, Pah. Langit gak bisa," sanggah Langit.

"Langit! Kamu jangan bikin malu Papah di hadapan keluarganya Pak Hadi! Pokoknya kamu harus bertanggungjawab atas semua ini!" ujar Bagus penuh dengan penekanan.

"Maaf, Pah! Tapi Langit tidak bisa. Langit tidak mencintai dia, Pah. Lagi pula bisa saja, gadis itu memang sengaja telah menjebakku agar aku mau menikahinya, bukan?" Dengan tatapan sinis, lelaki tampan yang terduduk di sofa yang ada di hadapan ayahnya tersebut, malah menuduh Cahaya.

Sehingga membuat Bagus menjadi naik pitam karenanya.

"Apa kamu bilang? Kamu pikir Cahaya itu gadis yang bagaimana, huh! Dia itu gadis baik-baik. Tidak seperti kekasihmu itu yang dengan terang-terangan lebih memilih pergi dari pada harus melanjutkan hubungan kalian."

"Cukup, Pah! Sudah tidak usah membanding-bandingkan dia dengan Cellin! Yang jelas mereka sangat berbeda jauh. Cellina itu gadis yang sangat cantik sedangkan dia hanyalah gadis miskin, kampungan dan hanya seorang pelayan yang kebetulan saja bekerja di sini." Dengan senyum yang merendahkan, pria tampan itu menghina Cahaya.

Pria berkacamata dengan rambut yang sudah mulai beruban itu semakin marah saja. Dengan mengepalkan kedua tangan, ia menggertakan giginya merasa geram. Lalu ia berkata, "Tapi Cahaya jauh lebih baik darinya. Karena dia adalah gadis lugu, polos dan tidak seburuk yang kamu pikirkan, Langit!"

"Tapi tetap saja, Pah. Bisa saja di balik kepolosannya itu tersembunyi niat yang jahat 'kan, kita tidak tau!" Langit masih kekeh dengan penilainya.

"Sudah cukup, Langit! Terus sekarang kamu maunya bagaimana, huh?" bentak Bagus merasa sangat kesal dengan sikap keras kepala anaknya.

"Yang sabar, Papah! Jangan pakai emosi!" Syntia mengusap lembut bahu suaminya. Berusaha untuk menenangkannya.

"Tunggu-tunggu, sebenarnya ini ada apa ya, Tuan? Kalau boleh saya tau, apa alasan Tuan ingin menikahkan Cahaya dengan Den Langit?" Dengan penuh kebingungan Pak Hadi menyela perdebatan antara ayah dan anak tersebut. "Dan, bukankah Den Langit sudah mempunyai kekasih? Lalu, kenapa tiba-tiba Tuan meminta Cahaya untuk menikah dengan Den Langit?"

Terlihat Bagus menghela nafas berat, berusaha untuk mengontrol emosinya. "Sebelumnya saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Pak Hadi dan keluarga. Tadi pagi ... hampir saja anak kami Langit hendak menodai Cahaya."

"Apaa?!" Karena merasa sangat syok, lelaki itu langsung berdiri tegap.

Dengan membeliakan mata, sontak sepasang paruh baya itu terlihat sangat kaget mendengarnya. Kemudian dengan rasa iba, keduanya menoleh ke arah Cahaya yang kini sedang menudukkan kepala dan sesegukan dalam tangisnya.

Bu Irma segera memeluk dan mengusap-usap pelan punggung Cahaya. Sungguh ia merasa prihatin padanya.

"Jadi, sebagai rasa tanggungjawab, saya akan menikahkan keduanya," lanjut Bagus terdengar tegas dan tak terbantahkan.

"Tapi, pah--" Lelaki berkaos putih itu ingin kembali membantah.

"Sudah cukup, Langit! Kamu mau membuat Papa semakin malu di hadapan keluarga pak Hadi?" sergah Bagus langsung menyelanya.

"Akh ... tapi ini benar-benar tidak adil, Pah." Sembari menedang kaki meja, Langit yang masih merasa tak terima itu segera bangkit dari duduknya. Jelas ia tak setuju dengan keputusan ayahnya yang memaksanya untuk mau menikahi gadis kampungan itu.

"Masa cuma gara-gara aku mau memperkosanya, aku harus menikahinya sih, Pah? Lagi pula aku kan tidak jadi melakukannya. Jadi aku rasa dia baik-baik saja. Tidak ada yang dirugikan di sini. Kecuali kalau aku benar-benar telah menyentuhnya, baru aku harus bertanggungjawab padanya."

"Lagian jika aku tadi tidak mabok, aku juga tidak akan sudi menyentuh wanita kampungan seperti dia." Sembari tersenyum miring, lagi-lagi lelaki muda itu terus saja merendahkan dan menghina Cahaya.

Sehingga membuat hati Pak Hadi mulai merasa panas mendengarnya.

"Sudah cukup Anda terus menghina keponakan saya, Den Langit. Ya, kami sadar, kami memang orang kecil, orang yang tak berpunya. Tapi kami masih mempunya harga diri dan tidak serendah yang Anda pikirkan!" sambar Pak Hadi. Lelaki paruh baya berumur 45 tahunan itu tampak mulai terpancing emosi.

"Terimakasih, atas segala penghinaan Anda terhadap keluarga kami. Tapi, perlu Anda ingat, Den Langit! Kami sama sekali tidak pernah bermimpi ingin menjadi bagian dari keluarga yang sangat terhormat ini. Karena kami sadar diri dengan posisi kami yang hanya sebagai pelayan di rumah ini."

"Dan mungkin atas kejadian ini, saya berserta keponakan saya akan langsung mengundurkan diri dari sini. Dan terimakasih atas semua kebaikan dan penghinaan keluarga ini terhadap kami. Permisi!"

"Ayo, Cahaya. Kita pulang sekarang!" Kemudian dengan wajah yang tampak mengeras, lelaki berkemaja coklat itu menarik tangan Cahaya untuk segera bangkit dari duduknya. Lalu ia ingin segera mengajaknya pergi meninggalkan rumah mewah milik majikannya tersebut.

"Tunggu, Pak Hadi! Saya mohon jangan pergi dulu sebelum masalah ini selesai!" cegat Bagus menghentikan pergerakan Pak Hadi.

"Langit, ayo sekarang kamu harus meminta maaf kepada Pak Hadi dan juga Cahaya!" titahnya menyorot tajam pada putra sulungnya.

Membuat Langit langsung mendengus kesal dan membuang wajah seolah sangat enggan untuk melakukannya.

"Langit!" Sembari menggertakan giginya, rahang Bagus terlihat sudah sangat mengeras. Sungguh ia benar-benar dibuat emosi dan malu karena sikap kurang ajar dan pembangkang anaknya tersebut.

Namun, lelaki itu malah tampak acuh tak mengindahkan perintahnya.

"Sudahlah, Pah. Jangan memaksa mereka! Orang mereka sudah ingin pergi dan ingin resain dari sini kok, malah dicegah," ucapnya enteng. Seolah lelaki itu merasa senang mendengar keputusan Pak Hadi yang ingin segera pergi dari rumahnya ini.

"Langit! Kau benar-benar --"

Seraya menunjuk ke arah Langit, tiba-tiba saja dada Bagus terasa sakit.

Seketika itu ia pun memegangi dadanya dan merintih kesakitan. "Aww ... ! Dadaku sakit sekali, Mah!"

Dan kemudian ....

Brugh!

"Papah ... !"

"Tuan!"

Sontak semua orang menjadi panik ketika melihat tubuh Bagus jatuh terkukai lemas di atas sofa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Finza Saputra
nah loh knp itu bpknya???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Melihat CCTV

    Di sebuah kamar, yang biasa digunakan sebagai ruang kerja oleh Aditya. Terlihat Aditya duduk di depan monitor. Tangannya sibuk memegang mouse, dan ia mulai memeriksa rekaman CCTV di apartemen. Sementara dua orang lainnya, berdiri tepat di belakang. Tanpa berkedip, dua netral milik ketiga pria itu, tampak begitu serius menatap ke arah layar datar sebuah laptop yang terletak di atas meja. Dengan sangat jeli juga teliti, mereka sedang mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Cahaya, hingga membuatnya sampai mengalami keguguran. Dalam hati mereka curiga, kalau Cellina ada kaitannya dengan itu semua. Di dalam layar laptop, kini tengah menayangkan rekaman kejadian awal mula Cellina yang datang di apartemen. Hingga kemudian semua orang langsung tercengang, saat melihat Cellina yang memasukan suatu serbuk atau pun obat di minuman Cahaya. Seketika itu, dengan rahang mengeras, Langit langsung mengepalkan tangan penuh emosi. Darahnya seolah mendidih saat melihat perbuatan jahat apa

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Mulai Curiga

    "Tidak, Cahaya! Aku tidak ingin pisah denganmu!" Seraya menggelengkan kepala, kedua manik kecoklatan milik lelaki itu, mulai berkaca-kaca. Sungguh ia tak menduga, juga tak percaya kalau Cahaya akan mengatakan itu padanya. "Tunggu-tunggu! Dari mana kamu tahu kalau sebenarnya Cellina sekarang sedang mengandung anaknya Langit, Aditya?" tanya Bu Sintya. "Ini, Tante. Coba Tante baca isi dalam amplop ini apa?" Lelaki berkemeja krem itu menyerahkan amplop putih yang ia ambil dari saku celananya. Semuanya kembali merasa keheranan, juga cukup penasaran melihat amplop itu. Lalu, dengan wajah tegang, Bu Sintya yang ditemani oleh putrinya segera membacanya. Seketika itu juga, reflek keduanya langsung membekap mulut, merasa sangat syok melihatnya. "Huh, ja-jadi Cellina benar-benar hamil?" ucap Bu Sintya tergagap. "Mana, sini Papah pingin lihat." Pak Bagus merebut kertas isi dari amplop tadi. Seketika ia pun sama terkejutnya dengan Bu Sintya. "Apa-apaan ini, Langit? Jadi benar Cellina

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Semakin Kacau

    "Dasar kurang ajar! Buat apa kamu datang ke sini, huh?" Dengan wajah penuh emosi, Pak Hadi menatap nanar lelaki itu. Sembari menahan sakit di sebelah pipi, Langit hanya diam menundukan kepala, tak berani balas menatapnya. "Maafkan aku, Pakde. Sungguh aku menyesal karena telah menuduh Cahaya yang macam-macam." ucapnya pelan. "Halah telat! Kamu sudah terlalu banyak menyakiti Cahaya. Maka dari itu, sebaiknya kalian pisah saja sekarang juga!" "Bapak! Sudah cukup, Pae. Jangan marah-marah terus! Semuanya kan bisa dibicarakan dengan baik-baik." Bu Irma berusaha untuk meredamkan emosi suaminya. "Ya, benar, Pak Hadi. Sebaiknya Anda jangan gegabah mengambil keputusan. Saya rasa semuanya ini hanya sekedar salah paham." Pak Bagus beserta keluarga yang baru saja datang, ingin menengahi perdebatan. Ketiganya begitu panik juga khawatir dan ingin tahu bagaimana keadaan Cahaya sekarang. Namun, tanpa terduga tiba-tiba saja Pak Hadi malah langsung mengamuk. Otomatis membuat semuanya jadi sangat

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Keadaan Cahaya

    Di rumah sakit. Cahaya perlahan membuka mata. Kepalanya masih terasa pusing dan juga kabur. Ia tak ingat, telah berapa lama ia tertidur. Tapi yang jelas, ia tahu bahwa dirinya tadi telah menjalani operasi. Saat ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, kenangan tentang keguguran yang dialaminya mulai kembali di ingatan. Tiba-tiba, hatinya kembali teriris dan dunianya seakan telah hancur seketika. Tubuh gadis itu menggigil, wajahnya pucat dan matanya mulai basah oleh air mata. Keguguran yang baru saja dialaminya itu, membuatnya merasa sangat kehilangan dan sedih yang begitu mendalam Ditambah lagi dengan rasa sakit atas pengkhianatan yang dilakukan oleh Langit, membuatnya benar-benar merasa sangat lelah hati, juga pikiran. Hingga mungkin hatinya kini telah mati rasa dan hanya diam saja yang bisa ia lakukan. Bu Irma kembali berkaca-kaca. Tak tega melihat Cahaya yang hanya diam saja seperti patung. Bu Irma yang duduk di sampingnya langsung mengusap kepalanya pelan. "Yang

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Merasa Bodoh

    Keesokan hari. Langit begitu cerah. Sinar mentari mulai menampakkan diri dari balik awan kelabu. Pertanda hari sudah pagi, dan waktu subuh akan segera berlalu berganti siang. Perlahan, pemuda yang semula sedang memejamkan mata mulai terbangun. Sambil meringis, pria itu memegangi kepala yang terasa berat. "Duh, kenapa kepalaku jadi sakit begini?" gumamnya pelan. Lalu, dengan keadaan linglung ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruang. Otaknya sedang mencoba mengingat-ingat kejadian apa yang telah menimpanya semalam. "Oh, syukurlah akhirnya kamu sudah bangun." Suara bas pria paruh baya dari sisi ranjang, langsung mengagetkannya. Reflek Langit terjingkat dan menoleh ke arah sumber suara. "Papah! Mama dan Thalia. Kok, kalian ada di sini?" tanyanya kebingungan. "Sudah dari semalam kami ada di sini. Dan kami pun sudah tahu kalau sebenarnya kamu dan Cahaya sedang ada masalah 'kan sekarang?" sahut Pak Bagus. Lelaki dengan kemeja dan rambut yang awut-awutan itu mengangguk lesu.

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Amarah Bu Sintya

    Bu Sintya yang sudah menahan emosinya sedari tadi, langsung meluap. Sungguh ia tak habis pikir, kenapa wanita itu tak punya malu, berani mendekati putranya lagi. Sementara Cellina, sambil memegangi pipinya yang terasa panas, juga perih. Ia masih tampak syok, dan hanya terpaku. "Dasar wanita murahan! Bisa-bisanya kamu merusak hubungan Langit dan Cahaya, huh!" Bu Sintya tampak begitu geram melihatnnya. "Maaf, Tante. Aku tidak pernah berniat untuk merusak hubungan mereka, Tante!" ucap Cellina coba berkilah. "Hanya saja, a-aku--" "Hanya saja apa, Cellina?" Pak Bagus yang sedari tadi hanya diam, kini mulai ikut bicara. "Ha-hanya saja aku--" Cellina mulai terlihat gelagapan karena mendapat tatapan tajam dari Pak Bagus. "Ya, hanya saja dia memang sengaja ingin merebut Langit dari Cahaya, Pah!" sambar Bu Sintya. Dengan emosi yang sudah berada di ubun-ubun, ingin sekali ia mengamuk ataupun menghajar wanita yang ada di hadapannya kini. Namun, masih ia tahan. Karena ia ingin tahu ap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status