Share

Hampir Saja

Penulis: YOSSYTA S
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-25 12:04:15

Brakk!

Bagus Santosa dan sang istri yang bernama Sintya Widyawati itu merasa sangat terkejut. Sepulang dari perjalanan di luar kota, mereka tak sengaja mendengar ada suara keributan dari kamar sang anak sulungnya.

Sehingga otomatis membuat kedua paruh baya itu merasa keheranan dan juga sangat panik karenanya. Lalu, dengan tanpa berpikir panjang lagi, saat itu juga sang suami langsung mendobrak pintu kamar tersebut.

Dan, betapa terkejutnya mereka ketika melihat apa yang tengah dilakukan oleh dua orang yang berada di dalam kamar itu.

Langit yang sedang menindih Cahaya terjingkat kaget dan menoleh ke arah sumber suara. Begitu juga dengan wanita yang kini berada di bawahnya itu pun sama kagetnya dengannya.

"Langit! Apa yang kamu lakukan?" teriak Bagus dengan penuh emosi melihat nanar pada putra sulungnya yang kini tengah berada di atas tubuh seorang wanita.

Lalu, dengan seketika lelaki paruh baya itu segera menyeret paksa tubuh Langit agar segera bangkit dari atas gadis itu. Dan dengan sangat marah ia langsung melayangkan sebuah tamparan.

Plakk!

Langit yang masih dalam keadaan mabuk hanya sempoyongan sembari meringis kesakitan memegangi pipinya yang terasa perih dan panas akibat dari tamparan keras ayahnya.

Sementara Cahaya yang dalam keadaan setengah telanjang, baju bagian atasnya sudah terkoyak hingga menampakan bra putih yang ia kenakan. Dengan segera nenarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Lalu, sembari duduk menunduk, ia pun mulai menangis.

Sintya yang merasa sangat syok, panik dan juga iba melihatnya, segera mendekat dan memeluknya dengan erat.

"Hsstt ... sudah jangan menangis, ya! Tolong maafkan anak saya, Aya! Sudah kamu jangan takut ya, kamu sudah aman sekarang," ucapnya seraya mengusap-usap lembut kepala gadis itu.

"Hehehe ... eh, Papah," oceh Langit sembari cengengesan tersenyum pada ayahnya.

"Dasar anak bodoh. Bikin malu saja!" Dengan sangat geram lelaki paruh baya itu mulai memukulinya dengan bertubi-tubi.

Sehingga membuat Sintya yang melihatnya segera melerainya.

"Udah, stop, Papah! Dia ini sedang mabok. Sehingga ia tidak sadar dengan apa yang diperbuatnya, Papah!" sergahnya sembari berdiri di antara dua pria itu.

"Ya, justru inilah kebodohannya. Kenapa dia pakai mabok-mabokan segala. Dan lihatlah sekarang! Andai saja kita tidak datang tepat waktu, entah apa yang akan terjadi pada Cahaya sekarang?"

"Iya iya, Pah. Langit memang bersalah. Tetapi bukan begini solusinya," teriak Sintya berusaha menghentikan suaminya.

"Lalu, sekarang kita harus bagaimana, Mah? Lihatlah, kasian Cahaya. Pasti dia sangat terpukul dan juga trauma atas semua ini, Mah." Bagus menujuk gadis yang masih terus sesegukan duduk di atas ranjang sang putra.

"Mah, Pah! Ada apa ini? Kok, pada ribut di sini, sih?" Thalita yang terbangun karena mendengar kegaduhan dari kamar sang kakak segera berlari dan masuki kamar itu dengan kebingungan.

Dirinya cukup kaget saat melihat ada pecahan botol di depan kamarnya. Dan kini ia semakin merasa syok melihat Cahaya yang sedang duduk menangis di sana. Seketika itu ia langsung bergegas mendekatinya.

"A-aya, kamu kenapa?" Gadis berambut coklat itu menatapnya keheranan dan langsung memeluknya dengan sangat erat.

Sementara gadis yang dipeluknya itu hanya terisak dan tak bisa berkata-kata untuk sekedar menjawab pertayaannya.

Lalu, Thalita menoleh ke arah kakak laki-lakinya yang kini dalam bertelanjang dada. Dan penampilannya juga sangat awut-awutan tidak karuan yang mendakan kalau lelaki itu pasti sedang mabuk berat.

"Huh?!" Reflek Thalita membekap mulutnya dengan sebelah tangan, ia merasa sangat syok. Baru menyadari pasti kakaknya itu telah melakukan suatu hal yang buruk pada Cahaya.

"Thalita! Cepat bawa Cahaya ke kamarmu sekarang!" titah sang ayah. "Dan kamu Langit, Papah tunggu di ruang tamu. Kita perlu bicara sekarang juga!"

Setelah itu, lelaki berkacamata itu segera berlalu meninggalkan kamar. Sedangkan Thalita segera menuntun Cahaya untuk segera menuju kamarnya.

Sementara Sintya memapah putranya menuju ranjang dan merebahkannya di sana. Lalu ia segera keluar kamar, mencari obat untuk meredakan mabok dan memberikannya pada Langit.

***

Hingga beberapa menit kemudian, dengan masih merasa pusing di kepalanya, Langit berjalan menuju ruang tamu. Di mana di ruang itu sudah ada kedua orang tuanya, adiknya dan tentu saja Cahaya.

"Ada apa ini, Pah?" tanyanya linglung. Ia masih belum menyadari apa yang telah diperbuatnya tadi.

"Ada apa, kamu bilang? Kamu lihat dia!" teriak Bagus menunjuk gadis yang kini terduduk di sebelah putrinya.

Raut wajah gadis itu tampak begitu sedih dan terpukul. Dengan tertunduk, sesekali ia mengusap sisa air matanya yang msih terus mengalir di kedua pipinya.

Seraya mengerutkan dahi, Langit menoleh ke arahnya.

"Apa kamu sudah mengingat apa yang telah kamu lakukan padanya tadi, Langit?" tanya Bagus menatap tajam pada anaknya.

Sehingga membuat Langit merasa sangat kebingungan mendengarnya.

"Mak-maksud, Papah apaan sih? Aku gak ngerti deh." Dengan sangat lesu pemuda itu kini menjatuhkan bokongnya di atas sofa yang berada tepat di hadapan Cahaya.

"Kamu tadi hampir menodainya, Langit!" ujar Bagus sembari menggertakkan giginya geram.

"A-apaa?!" Jelas pemuda bekaos putih itu kaget mendengarnya. Namun, tak lama kemudian ia malah tertawa sumbang seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ayahnya katakan.

"Hahaha ... jangan becanda deh, Pah! Mana mungkin aku mau memperkosa gadis seperti dia. Kayak gak ada gadis lain saja," cibirnya sembari tersenyum sinis menatap Cahaya.

Brakg!

Dengan penuh emosi Bagus menggebrak meja dengan cukup keras, hingga membuat semua orang yang berada di sana tersentak kaget.

"Kamu pikir Papah sedang bercanda, huh?" bentaknya.

"Ya ya, a-aku minta maaf, Pah. A-aku benar-benar tidak bisa mengingat apa-apa tadi." Dengan terbata Langit merasa sedikit ketakutan melihat ekspresi wajah ayahnya yang tampak begitu marah padanya.

"Mu-mungkin aku khilaf, Pah! Sungguh aku gak sengaja, Pah. Tadi aku mabok, sehingga aku tidak sadar dan tidak ingat jika telah melakukan ini semua, Pah!" Pemuda berambut coklat itu berusaha membela diri.

"Kamu ini benar-benar bikin malu Papah aja, Langit! Sekarang bagaimana dengan Cahaya, hah!" Dengan geramnya Pratama mengepalkan kedua tangan. Ingin rasanya ia memukulinya lagi, namun langsung dicegah oleh istrinya.

Sementara Langit kini hanya diam tertunduk pasrah menerima amarahnya.

"Sudah! Sudah, Pah! Sabar, jangan emosi, ya! Ingat dengan penyakit jantung Papah!" Sintya mengusap lengannya berusaha untuk menenangkannya.

"Gimana gak emosi, Mah. Itu si Langit. Argh ... !" Dengan menyugar rambut kasar, Pria paruh baya itu benar-benar merasa kebingungan. "Gimana dengan Cahaya, Mah? Dan bagaimana kita menghadapi keluarganya nanti?"

Dengan tertunduk lesu, Langit pun berkata, "Maafkan Langit, Mah, Pah! Aku sudah membuat kalian kecewa."

"Langit-kangit! Papah benar-benar gak habis pikir sama kamu." Bagus bangkit dari duduknya dan mendekat ke arahnya. Kemudian sembari menghela nafas berat, ia menatap tajam sang anak yang sedang terduduk lesu di hadapannya kini.

"Kenapa kamu pakai mabok-mabokan segala, hah? Dan lihatlah sekarang, apa akibatnya! Kamu hampir menodainya. Dan sekarang kita harus bagaimana, Langit?" lanjutnya lagi.

"Ya ya, gak harus gimana-mana lah, Pah. Lagi pula aku juga tidak sampai menodainya, kan? Jadi, dia masih aman. Kenapa kita harus repot sih?" jawab Langit tanpa beban.

"Apa yang kamu bilang? Memang kau tidak sampai menodainya karena Papah datang tepat waktu. Jika tidak, yang ada kau pasti telah menodainya, Langit!" Lagi-lagi lelaki paruh baya itu merasa geram mendengar perkataan putra sulungnya yang seolah menganggap remeh masalah ini.

"Pokoknya Papah gak mau tau. Kamu harus bertanggung jawab!" tandasnya penuh dengan penekanan.

"Maksud, Papah?" Langit mengangkat wajah dan mengerutkan dahi menatapnya.

"Ya kamu harus menikahi Cahaya!"

"Apaa! Me-menikah?" pekik Langit syok.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Konferensi Pers

    Setelah semua sudah siap untuk mengadakan acara konferensi pers. Kini laki-laki itu terlihat sedang terduduk di sebuah kursi yang menghadap ke meja panjang, dengan beberapa mic yang telah terpasang di depannya. Dirinya terduduk di samping Cahaya. Ia telah siap memberikan penjelasan atau klarifikasi perihal desas-desus pemberitaan tentangnya yang sedang viral saat ini. Sebelum Langit mulai akan mengeluarkan suara. Terlihat lelaki tampan berkemeja hitam itu menghela nafas panjang terlebih dahulu. Kemudian ia menoleh ke arah Cahaya. Seraya tersenyum lembut, Cahaya menganggukkan kepala mantap. Pertanda bahwa ia pun telah siap. Sementara di deretan kursi yang berjejer rapi membentuk beberapa barisan, sudah banyak orang yang sedang duduk manis sudah tak sabar menunggu berita. Ketika melihat kedatangan Langit dan Cahaya, semua orang yang ada di sana mulai kasak kusuk membicarakan pasangan itu. Berbagai spekulasi pun mulai bermunculan di pikiran mereka. Lalu, tak lama kemudian sem

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Berbaikan

    Lagi, dengan rasa haru, gadis itu mengangguk pelan. Langit yang tersenyum sumringah, merentangkan kedua tangan padanya. Segera Cahaya menghamburkan diri ke dalam pelukan sang suami. Suka cita dan bercampur haru yang tiada tara, mereka berpelukan dengan sangat erat dan penuh perasaan. Pada akhirnya, dengan hati lega, mereka bisa melepaskan semua beban yang membelenggu di dalam jiwa. Cukup sudah, keduanya merasa sangat tersiksa batin karena kesalahpahaman yang terjadi kemarin. Dan, sekarang mereka sudah tahu akan semua kebenaran yang memang telah diputar balikkan oleh Cellina. Lama keduanya berpelukan, meluapkan semua kerinduan yang begitu mendalam, kini telah terobati. Jujur, sebenarnya mereka masih saling sayang, juga saling cinta. Tapi, karena permainan licik Cellina, membuat mereka nyaris berpisah. Untung saja, Tuhan masih memberi mereka kesempatan untuk bisa tetap bersama dalam suka dan duka. Membuat mereka berjanji dalam hati masing-masing, akan berusaha untuk bisa menjag

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Tersadar

    Setelah hampir satu jam lebih, Langit akhirnya tersadar. Matanya mengerjap, terbuka secara perlahan. Dahinya mengernyit tatkala rasa sakit masih menjalar di bekas tusukan di perut bagian kanan. Seraya bergerak pelan, ia meringis kesakitan. Kelopak matanya terbuka lebar, dan ia melihat ada sesosok wanita cantik yang dengan wajah cemas, kini tengah duduk di samping ranjang. "Kak Langit! Alhamdulillah." Penuh haru, mata Cahaya tampak berkaca-kaca. Wajahnya yang semula murung, kini tampak sumringah. Tatkala ia melihat suaminya sadar, hatinya baru bisa merasa lega. "Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga, Lang," ucap Pak Bagus penuh syukur. Begitu juga yang lainnya ikut merasa senang melihat lelaki itu sudah siuman. Terutama lagi Bu Sintya. Dengan suka cita, bibirnya tampak merekah, wanita paruh baya itu langsung saja memeluk tubuh lemah putranya haru. "Alhamdulillah, Langit. kamu sudah sadar." Tanpa menjawab, Langit hanya mengangguk pelan. Setelah itu Bu Sintya melepas pelukann

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Jadi Tersangka

    Di depan rumah sakit. Keadaan di sekitar sana menjadi heboh. Kedatangan polisi yang secara tiba-tiba, menarik perhatian banyak orang. Semua orang menjadi keheranan dan mulai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya tengah terjadi di rumah sakit itu? Tak lama kemudian, orang-orang itu dikejutkan dengan kemunculan Cellina yang sedang diborgol dan digiring polisi keluar dari rumah sakit. Otomatis mereka pun syok dan spontan langsung merekam kejadian itu. Bisa Anda bayangkan. Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan detik, video kejadian tentang penangkapan Cellina pun, tersebar luas di jejaring sosial. Dunia maya langsung heboh seketika. Berita-beritanya bertebaran di mana-mana. Tak hanya di internet, juga mulai merambah di televisi. Nama model wanita cantik itu, kini semakin tenar. Bukan karena prestasinya, melainkan tentang skandal tindak kriminal, percobaan pembunuhan pada Cahaya yang salah sasaran. Hancur sudah reputasinya sebagai model. Nama baiknya pun langsung runtuh begitu

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Tragedi Penusukan

    Jlebb! "Aargh ...." Wajah Langit, terlihat sangat syok, kedua manik kecoklatan miliknya pun langsung mendelik, tatkala ia merasakan ada suatu benda tajam yang telah menancap di perutnya kini. Seketika itu ia tertegun menatap wajah pucat Cellina yang juga tampak syok melihatnya. Dengan membekap mulut, kedua mata Cahaya sontak membeliak lebar. Saat melihat apa yang kini tengah dilakukan Cellina pada suaminya. Sungguh ia tak menduga, kalau Cellina sampai berani berbuat nekad seperti itu. Tentu saja Revan yang datang bersama Langit tadi, terperangah melihatnya. Lalu dengan sangat panik, ia gegas lari mendekati tubuh lemas Langit yang limbung akan jatuh ke lantai. Dengan tak percaya Revan melihat kalau sahabatnya kini sedang mengerang kesakitan sembari memegangi perutnya yang telah tertusuk pisau oprasi, yang memang sengaja Cellina siapkan untuk menyerang Cahaya. Namun, siapa sangka, ia malah salah sasaran. Karena dengan tanpa terduga Langit yang melihatnya akan menyerang Caha

  • Terpaksa Menikahi Anak Majikan   Niat Jahat Cellina

    Di dalam lift, Cellina terlihat panik, raut wajahnya pun tegang, juga ketakutan. Saat melihat Langit yang hampir saja mendekatinya tadi, ia sempat merasa syok dan takut, jika saja sampai lelaki itu bisa menangkapnya. Untungnya ia masih bisa menutup pintu lift itu cepat. Pikirannya kini mulai kalut, merasa kebingungan, apa yang harus ia lakukan sekarang? Namun, hatinya kekeh, tetap akan menjalankan rencananya. "Liat saja, Langit. Aku akan menyingkirkan semua orang yang menjadi penghalang kita. Termasuk juga ya, si gadis kampungan ini. Hahaha ...." Dengan seringai jahat, Cellina menatap sinis ke arah wanita yang masih tampak tak sadarkan diri duduk di kursi roda. "Kalau Cahaya sudah tidak ada. Pastinya kan tidak ada lagi yang akan menghalangiku untuk bisa bersamamu lagi, Langit." Hati wanita itu telah kalap, tertutup oleh ego dan ambisi. Hingga menghalalkan segala cara, agar bisa mewujudkan semua keinginannya. Pintu lift terbuka. Cellina segera mendorong kursi roda itu menuju k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status