“Kendrick? Tadi pagi kau bilang kalau yang menjemputku itu supir, tetapi sekarang ….”Vindry menatap Kendrick yang berdiri di depan carsport berwarna hitam, dirinya dihubungi oleh suaminya itu yang mengatakan berada diparkirann, dan benar-benar membuatnya terkejut sekaligus bingung.“Kau tidak senang dijemput olehku?”Vindry bergumam, menggeleng, lalu tersenyum kepada Kendrick yang memasang wajah datar. Ia berkata, “Aku sedikit terkejut, Kendrick.”Kendrick bersidekap dada, membungkuk dan menatap kedua bola mata coklat milik istrinya tersebut. Hal itu membuat Vindry mengerjapkann kedua matanya, memang bukan pertama kalinya Kendrick menatapnya seperti itu, dan itu hal wajar.“Aku harus memastikan kau tiba di rumah dengan selamat, dan tidak pergi ke tempat lain,” bisik Kendrick tepat di telinga Vindry, berhasil membuat Vindry bergidik geli dan otomatis menjauhkan telinganya.Vindry tersenyum gemas, “Kau tidak percaya kepadaku? Setipis itu kepercayaanmu terhadapku?” tanyanya, menatap se
“Kau sedang membuat apa?”Vindry yang sedang di dapur pun menoleh, dan mendapati Kendrick yang sedang melepaskan jas hitam. Vindry melepas sarung tangan plastik, lalu menghampiri Kendrick dan menyalimi suaminya itu.“Kau kenapa tidak mengabariku kalau pulang cepat?” tanya Vindry, mengambil alih tas kerja dan jas milik Kendrick. Sedangkan Kendrick menuangkan air mineral ke dalam gelas dan meneguknya.“Kau tidak suka kalau aku pulang cepat?” tanya Kendrick, menatap datar Vindry yang melebarkan kedua matanya dan menggeleng kepala.“Bukan seperti itu … Aku kan bisa memasak lebih awal,” ucap Vindry, diiringi sebuah senyum manis.Kendrick melenggang pergi, membuat Vindry harus menghela nafas perlahann dan mengikuti langkah kaki suaminya. Tidak ada pembicaraan antara keduanya, hanya suara ketukan sepatu pantofel milik Kendrick, sedangkan Vindry menggunakan sandal slop berwarna putih.“Kau ingin mandi?” tanya Vindry setelah menyimpan jas milik Kendrick di keranjang baju kotor, menatap lembut
“Kau tidak perlu ke bawah, aku sudah bilang ke bibi kalau kau tidak bisa jalan.”Vindry melebarkan kedua matanya, lalu memukul lengan Kendrick. Sedangkan suaminya itu menahan tangan Vindry, menaikkan sebelah alisnya.“Aku malu, Kendrick,” ucap Vindry pelan, dan Kendrick langsung mengerti.Tubuh keduanya hanya dibalut oleh selimut tebal, karena mereka tidak mengenakan sehelai benang. Kendrick menarik Vindry untuk mendekat, dan istrinya itu hanya menurut.“Kau istriku, bibi pun tahu. Jadi, kau tidak perlu malu,” ujar Kendrick, menatap kedua bola mata Vindry yang berwarna coklat.“Pokoknya aku malu. Awas, aku ingin membersihkann diri,” balas Vindry, mendorong dada bidang Kendrick yang sedikit dipenuhi bulu. Kendrick mencapit dagu Vindry, tersenyum menggoda.“Kau menginginkannya lagi?”Vindry menutup wajah Kendrick menggunakan kedua telapak tangannya yang mungil, sedangkan Kendrick menjilat telapak tangan istrinya yang berada di depan bibirnya. Otomatis Vindry menarik tangannya, menatap
“Kau ingin kemana, Kendrick? Sekarang pukul sebelas malam.”Vindry menyugar surai panjangnya, menatap Kendrick yang rapih mengenakan kemeja berwarnaa hitam. Kendrick menghampiri Vindry, lalu melirik meja nakas.“Aku ada keperluan, jangan lupa dimakan.”Kendrick mengambil ponselnya di meja nakas, lalu melenggang pergi, hal itu membuat Vindry menyibak selimut tebalnya dan menahan Kendrick supaya tidak pergi.“Apa tidak bisa besok pagi saja? Ini hampir tengah malam, Kendrick.”Kendrick menarik pinggang istrinya itu, merapihkan helai rambut kebanggaan dari Vindry dan menggeleng. Ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya saat ini, karena memang penting.“Di pabrik sedang ada masalah, jadi aku harus mengechecknya,” ucap Kendrick, menatap Vindry yang sedang menatapnya.“Aku tidak boleh ikut?” tanya Vindry, membuat Kendrick menaikkkan sebelah alisnya.“Tidak. Aku tidak ingin kau kelelahan.”Vindry mengerucutkan bibir, “Aku ingin ikut,” rengeknya. Kendrick menggeleng dengan tegas menolak permi
“Aku sudah bilang tadi, kan? Kau tidak perlu menungguku.”Kendrick melepaskan kemeja hitamnya, lalu menaruhnya di keranjang kotor. Sedangkan Vindry menyugar surai panjangnya, menatap Kendrick dengan tatapan mengantuk. Kendrick menatap dingin Vindry, dan menunduk.“Aku tidak bisa tidur, Kendrick. Mamih sama Papih baru pulang tiga puluh menit yang lalu, jadinya aku belum bisa kembali tidur.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, “Lalu?” tanyanya penuh penekanan, sedangkan Vindry otomatis mundur.Vindry menggeleng, “Tidak. Kau tidak lelah? Kau tidur saja, nanti aku menyusul.”Kendrick mendorong Vindry sehingga istrinya itu tidur terlentang di ranjang, ia mendapatkan tatapan tajam dari Vindry, tetapi tidak diperdulikan olehnya.“Apakah kau menginginkannya?” tanya Kendrick dengan senyum menggoda, sedangkan Vindry menyilangkan kedua lengannya di depan buah dadanya.“Lebih baik
“Kau harus ingat apa yang aku katakann, kalau kau langgar, kau tahu apa hukumannya?”Kendrick mencabut flashdisk, dan menggenggamnya. Ia menatap Vindry yang duduk di sofa biru yang ada di depan sana, tatapannya tajam dan dingin.Vindry mengangguk patuh dan tersenyum kepada suaminya, “Aku ingat, Kendrick. Kau sudah mengatakannya lebih dari sepuluh kali, kau fikir aku anak SD yang perlu diingatkan berulang kali supaya mengerti?”Kendrick beranjak, lalu melenggang pergi tanpa mengatakan apapun kepada Vindry. Sedangkan istrinya itu bersidekap dada menatap kepergian Kendrick yang tanpa pamit, rasa kesalnya pun hampir meluap.Vindry menarik nafas dan membuangnya secara perlahan. Ia harus sabar menghadapi sifat suaminya, dann harus mengerti hal tersebut.“Untung aja inget kalau dia itu suamiku, kalau tidak … sudah dipastikan jambulnya tidak akan selamat dari cengkraman tanganku,” oceh Vindry, memainkan ponselnya,
“Ini bukan jalan pulang, kan? Kau ada tugas ke luar kota?”Vindry menatap Kendrick yang sedang fokus menyetir tanpa menjawab apapun, sehingga membuatnya mengalihkan atensi memperhatikan jalanan yang dilewati oleh Kendrick. Sesuai dengan apa yang dikatakan olehnya, bukan jalan untuk ke rumah Kendrick.“Ya.”Vindry menoleh, menaikkan sebelah alisnya, lalu bertanya, “Lalu aku menemanimu?”“Tanpa harus aku jawab, kau pasti tahu jawabannya.”Kendrick memutar stir kemudi memasuki sebuah butik, semakin membuat Vindry menggelengkan kepala tidak percaya akan tingkah suaminya yang benar-benar berbeda dari yang lainnya, uang …. uang …. dan uang.“Seharusnya kita pulang terlebih dahulu, Kendrick. Setidaknya packing baju dan memberi tahu bibi bahwa kau sedang ada pekerjaan di luar kota.”“Tidak perlu,” balas Kendrick dengan cepat, mematikan mesin mobilnya dan men
“Aku boleh ikut?”Vindry menatap Kendrick dihadapannya setelah selesai memasangkan dasi untuk Kendrick, menatap penuh harap. Sedangkan Kendrick hanya terdiam tanpa menjawab, berhasil membuat Vindry menghela nafas.“Ada apa?”Vindry bergumam, “Kau tidak menjawabnya, berarti aku tidak boleh ikut, kan?”Kendrick memakai jam arloji silver di tangan kanan, atensinya hanya tertuju kepada Vindry. Istrinya itu mengerucutkan bibir. Kedua sudah tiba di hotel sejak tadi malam, pagi ini Kendrick harus pergi ke pabrik untuk mengecheck perkembangan di sana.“Lima belas menit cukup kan untuk kau bersiap-siap?” tanya Kendrick, menatap Vindry yang mengerjapkan kedua matanya, lalu mengangguk semangat.“Sangat cukup. Aku hanhya perlu mengganti pakaian saja,” jawab Vindry antusias, tanpa sadar kedua tangannya memeluk pinggang Kendrick, hanya beberapa detik saja dan segera memilih pakaian.Kendrick melangkahkan kakinya menghampiri meja untuk melihat dokumen yang akan ia bawa, memeriksa kembali hasil lapo