“Kendrick, siapa yang datang? Tamu spesial mommy, kan?”
Kendrick menoleh, ia mendapati Mommy dari kejauhan menatapnya yang sedang berdiri di pintu, menutupi Vindry yang menjadi tamu pada malam hari ini. Tamu undangan yang diundang khusus oleh Mommy untuk makan malam bersama.
“Ya.”
Mommy tersenyum manis, dan menghampiri Kendrick dengan perasaan bahagia. Kendrick yang mengerti pun menggeser tubuh, agar Mommy bisa melihat Vindry seutuhnya.
Vindry tersenyum dan menunduk sebagai salam kepada Mommy yang saat ini berdiri dihadapannya, menggantikan posisi Kendrick. Ia bisa melihat Mommy menyambutnya hangat dengan sebuah pelukan.
“Selamat malam, Nyonya. Maaf ya sedikit terlambat, tadi macet di jalan,” ucap Vindry dengan lembut dan tersenyum, diangguki oleh Mommy. Ia memberikan paper berukuran cukup besar, “Maaf ya, Nyonya. Hanya ini yang bisa aku berikan kepada Mommy dan keluarga.”
“Wahh, terimakasih, seharusnya kau tidak perlu repot-repot, Nona. Yuk masuk,” ajak Mommy dengan mengamit lengan Vindry untuk masuk ke dalam, sedangkan Kendrick hanya terdiam memperhatikan Mommy dan Vindry.
“Nyonya cantik sekali,” puji Vindry, diiringi senyum manis saat menatap Mommy yang tersenyum malu.
“Terima kasih, kau juga cantik, Sayang.”
Vindry menjawabnya hanya dengan tersenyum manis, setelahnya tidak ada lagi obrolan diantaranya dan Mommy. Sedangkan Kendrick mengikuti dari belakang.
Sesampainya mereka di ruang makan, sudah terdapat Daddy yang sedang menunggu dengan bermain ponsel. Mommy menarik Vindry untuk lebih cepat menghampiri meja makan, lagi-lagi Kendrick hanya terdiam.
Daddy mengalihkan atensinya, menatap Vindry dari bawah hingga atas. Sedangkan Vindry menunduk dan tersenyum manis kepada Daddy.
“Selamat Malam, Tuan,” sapa Vindry sopan dan lembut, diangguki oleh Daddy.
“Sepertinya aku tidak asing dengan wajahmu. Siapa namamu?” tanya Daddy dengan nada tegas kepada Vindry.
“Vindry Yema Yumna,” jawab Vindry, membuat Daddy menaikkan sebelah alis. Hal itu tidak lepas dari tatapan Mommy dan Kendrick.
“Kau anaknya tuan Alexander Abraham dan nyonya Katrine Abraham?” tanya Daddy, membuat Vindry menatap bingung, begitu juga dengan Kendrick dan Mommy.
“Tuan kenal dengan kedua orangtuaku?” tanya Vindry sopan.
Daddy tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mempersilahkan Vindry duduk di kursi kosong sebrangnya, “Duduklah, nanti akan aku ceritakan.”
Vindry mengangguk, menarik kursi kosong dihadapannya. Kendrick memilih untuk di sisi kanan dari Vindry, dan Mommy di sisi kiri Daddy. Di meja makan penuh dengan berbagai menu makan malam request dari Mommy, dari makanan pembuka, makanan berat dan makanan penutup.
Daddy menatap Vindry, lalu tersenyum manis, “Orangtuamu sehat? Aku sudah lama tidak bertemu dengan mereka, karena mereka memilih untuk pergi ke luar negri satu bulan setelah kau lahir,” ucapnya, memulai bercerita.
Vindry tersenyum, lalu berkata, “Sehat, Tuan. Bahkan, mereka lebih sehat dan bahagia.”
Mommy menoleh, “Alexander teman SMA kita?” tanyanya, menatap Daddy.
Daddy menoleh, dan mengangguk, “Benar. Kau lupa dengan nama anaknya? Vindry anak kedua dari Alexander dan Katrine.”
Mommy menutup mulutnya karena terkejut dengan fakta yang diberikan oleh Daddy, ia menatap Vindry dengan mata berbinar, berbeda dengan Vindry yang bingung dengan situasi saat ini.
“Kakakmu bernama Erlangga Xavier Abraham?” tanya Mommy, diangguki oleh Vindry.
“Jadi, kalian kenal dekat dengan orangtuaku?” tanya Vindry, menatap Mommy dan Daddy silih berganti. Saat Mommy ingin menjawab, suara Kendrick membuatnya kembali menyimpan suara dan jawaban.
“Lebih baik kita makan malam terlebih dahulu, baru dilanjut dengann bercerita,” sahut Kendrick dengan nada datar, menatap Mommy dan Daddy.
Daddy mengangguk setuju, menatap Vindry, dan tersenyum, “Silahkan dinikmati makan malamnya.”
***
“Kami bersahabat dari SMA, hingga akhirnya kedua orangtuamu memilih untuk ke luar negri, merintis usaha disana dan menjaga oppa yang sudah sakit-sakitan. Setelahnya, kami tidak ada lagi berkomunikasi, karena kedua orangtuamu mengganti nomor dan mungkin sibuk dengan urusan lain-lainnya,” jelas Daddy kepada Vindry yang sedang menatap sebuah figura foto.
Pada figura foto yang sedang dipegang oleh Vindry, terdapat dua laki-laki dan dua perempuan mengenakan pakaian sekolah, mereka tampak bahagia. Sedangkan Kendrick tidak terlalu ingin melihat, karena Mommy sering memperlihatkan foto tersebut.
“Pada saat SMA, kami memiliki pembicaraan random. Kami menginginkan menjadi besan, dan akan menjodohkan anak kami jika memang itu sepasang. Sempat pupus harapan, karena anak pertama mereka itu laki-laki,” lanjut Daddy, membuat Kendrick mengangkat kepalanya dan menatap Daddy.
Mommy mengangguk, “Kakakmu lahir setelah Kendrick berusia dua tahun, dan dua tahun berikutnya kau lahir. Kau tahu betapa bahagianya orangtuamu saat tahu anak kedua mereka itu perempuan?”
Vindry tersenyum manis, “Iya, Nyonya. Mereka selalu mengucap syukur kepada Tuhan, karena aku sudah hadir diantara mereka.”
Daddy tersenyum, menatap Kendrick yang hanya memasang wajah datar. Hal itu membuat Mommy dan Vindry menatap Kendrick. Sedangkan Kendrick menaikkan sebelah alisnya, tanpa mengatakan apapun.
“Kau memikirkan apa?” tanya Daddy, dijawab dengan gelengen Kendrick. Mommy yang melihatnya terkekeh, ia tidak mengerti mengapa Kendrick sedingin itu kepada perempuan sebaik dan selembut Vindry.
“Tuan tidak nyaman jika aku berlama-lama disini?” tanya Vindry dengan polos, menatap Kendrick dari samping.
“Ya,” jawab singkat Kendrick, berhasil membuat Vindry mengangguk dan menatap kedua orangtua dari Kendrick.
“Terima kasih, karena nyonya telah mengundangku untuk makan malam. Dan terima kasih kepada tuan yang sudah menyambut baik kedatanganku pada malam ini,” ujar Vindry dengan lembut, dan tersenyum manis.
“Ada yang ingin aku bicarakan kepada kalian berdua,” ujar Daddy, membuat Vindry menatap bingungnya dan Kendrick menaikkan sebelah alis.
“Tentang perjodohan?” tanya Kendrick dengan dingin, diangguki oleh Daddy. Sedangkan Kendrick menggeleng dengan tegas, “Aku tidak menginginkan adanya perjodohan dengan wanita yang tidak aku cintai, Daddy.”
Daddy menatap tajam Kendrick, “Aku tidak membuat penawaran denganmu, Kendrick. Ini sudah menjadi rencana Daddy dan Mommy untuk menjodohkanmu dengan Vindry.”
“Tidak, Daddy. Aku menolaknya dengan keras,” bantah Kendrick, lalu beranjak. Tetapi ucapan Daddy membuatnya mengurungkan niat untuk pergi dari meja makan.
“Jika, kau menolakk, fasilitas yang kau punya, perusahaan atas namamu akan aku tarik dan aku ambil alih. Keputusan ada di tanganmu, Kendrick Milo Intezar.”
“Vindry, bisakah kita mengobrol berdua saja?”Kendrick melirik kedua makeup artist (MUA) yang berada di kamar hotel. Ya, hari ini adalah acara pernikahan Vindry dan Kendrick. Keduanya sepakat untuk menerima perjodohan kedua orangtua masing-masing.Vindry tersenyum kepada Kendrick yang saat ini sudah menjadi suaminya. Lalu menatap kedua MUA yang ada di samping kanan dan kirinya, mengangguk dan tersenyum. Kedua MUA itu mengerti dan melenggang pergi.Kendrick hanya memasang wajah tanpa ekspresi, dan mengunci pintu setelah kedua MUA keluar dari kamar hotel.“Ada apa?” tanya Vindry dengan lembut, memfokuskan atensinya hanya kepada Kendrick yang kini duduk di sofa berwarna biru.Kendrick menatap Vindry yang tersenyum, dia berdeham, lalu berkata, “Mommy sudah memesankan tiket untuk pergi honeymoon, kau bisa menolaknya dengan alasan kau sedang halangan.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, “Kenapa? Bukankah sama saja, menolak atau tidak, kita tidak akan melakukannya, kan?”Kendrick duduk bersa
“Kita akan satu kamar, karena mommy akan sering berkunjung.”Kendrick membuka pintu kamarnya, mempersilahkan Vindry untuk memasuki kamarnya. Ya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kendrick, pada pukul 6 pagi mereka check-out dan langsung ke rumah milik Kendrick.Vindry melangkah masuk dengan membawa kopernya, karena asisten rumah tangga Kendrick sedang libur. Ia menyimpan kopernya dekat lemar coklat berukuran besar, diikuti oleh Kendrick. Kendrick berdiri dihadapan Vindry yang sedang menatapnya.“Apakah kita akan tetap pergi honeymoon?” tanya Vindry, dijawab dengan kedua bahu yang menaik.“Kau sudah menolaknya? Kalau iya, kita tidak akan pergi honeymoon.”Vindry mengangguk, “Aku sudah menolaknya kemarin pada saat seluruh tamu undangan sudah pulang. Sesuai dengan perintahmu, aku mengatakan bahwa aku sedang halangan.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, “Lalu apa tanggapan mommy? Membatalkan?” tanyanya, menampilkan ekspresi datar. Sedangkan Vindry menggeleng.“Mommy mengatur ulang
“Bagaimana rasanya menikah dengan seorang Kendrick Milo Intezar?”Vindry menoleh, menatap Bettyana yang sedang menyetir. Ya, sesuai dengan janji, asisten pribadinya itu menjemput di rumah Kendrick dan kini sedang dalam perjalanan ke supermarket untuk membeli bahan masakan untuk stok di rumah Kendrick.“Biasa saja,” jawab Vindry, menatap ponselnya, membalas pesan masuk di sosial medianya yang mengucapkan selamat atas pernikahannya dengan Kendrick.Bettyana menoleh sekilas, “Kau sudah melakukannya?” tanyanya, membuat Vindry bergeming dan otomatis menoleh.“Apa? Malam pertama? Tidak. Kami tidur secara terpisah,” jawab Vindry apa adanya, karena dirinya percaya kepada Bettyana, asisten pribadinya itu tidak akan memberitahu kedua orangtuanya dan kedua orangtua Kendrick.“Baiklah. Aku ingin memberitahumu, kita tidak punya banyak waktu untuk belanja,” ujar Bettyana, menatap Vindry yang mengangguk mengerti.“Masih cukup waktunya jika kita menaruh belanjaan itu di rumah Kendrick terlebih dahulu
“Kau jangan salah paham.”Vindry menatap bingung Kendrick yang keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan bath robes atau jubah mandi berwarna putih, sedangkan Kendrick menghampiri Vindry dan mengambil pakaian gantinya.“Salah paham?” tanya Vindry, membuat Kendrick menatapnya dengan tatapan datar.“Kau istriku, tidak baik jika kau diantar atau dijemput lelaki lain,” ucap Kendrick, lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Vindry yang mengerjapkan kedua matanya.Vindry mengulum bibir, menahan rasa kesalnya terhadap Kendrick yang menyebalkan di matanya saat ini. Ia melangkahkan kaki keluar dari kamar, dan menuju dapur untuk menyeduh segelas coklat hangat.“Menyebalkan, kalau bukan karena mamih sama papih, aku tidak mau menikah dengan laki-laki seperti Kendrick.”“Non? Ada apa?” tanya Bibi yang baru keluar dari kamar mandi di dekat tangga, kehadirannnya yang tiba-tiba membuat Vindry mengusap dadanya karena terkejut.“Bibiii. Bisa tidak kalau muncul itu kasih kode?” oceh
“Kau jadi makan siang di rumah?”Vindry memberikan tas kerja milik Kendrick, ia mencoba untuk menjadi istri yang baik untuk Kendrick. Seperti saat ini, mengantarkan Kendrick ke carport dengan membawakan jas dan tas suaminya.Kendrick menerimanya, wajah tetap dengan ekspresi dingin, menatap Vindry yang tersenyum kepadanya.“Ya.”Vindry mengangguk, tidak masalah jika hanya dijawab dengan satu kata, menurutnya itu sudah lebih dari cukup, karena yang dibutuhkan adalah kepastian. Ia tidak ingin jika makanan yang sudah dipersiapkan olehnya akan terbuang cuma-cuma atau dengan kata lain terbuang.“Semangat kerjanya, Kendrick,” ucap Vindry lembut, menyalimi suaminya dan tersenyum manis kepada Kendrick.Kendrick hanya bergumam, lalu masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil dan menurunkan kaca jendela mobilnya. Ia menatap Vindry yang menatapnya bingung.“Ada yang ketinggalan?” tanya Vindry, tidak direspon oleh Kendrick. Membuat Vindry semakin bingung, tiga hari menjadi istri seorang Kendrick
“Ini benar kau yang masak?”Kendrick memperhatikan menu makan siang yang sudah tersusun rapih di meja makan berbentuk persegi panjang, lalu menatap Vindry yang duduk di sisi kanannya. Istrinya itu mengangguk dan tersenyum.“Aku yang memasak, mommy dan bibi hanya memantau saja. Kenapa? Tampilannya tidak meyakinkan ya?”Mommy dan Bibi hanya terdiam memperhatikan pengantin baru yang sedang berbincang. Kendrick memperhatikan menu yang tersaji, menurutnyaa tidak buruk. Sedangkan Vindry mengambilkan sepiring nasi dan ayam saus lada hitam, lalu dihidangkan dihadapan Kendrick.“Kalau memang tidak enak, tidak usah dihabiskan,” ucap Vindry dengan lembut, senyum manisnya tidak luntur sedikitpun.Kendrick hanya bergeming memperhatikan piring dihadapannya saat ini, ragu untuk menyentuhnya. Sedangkan Vindry menunggu suaminya itu untuk menyicipi masakannya. Mommy yang melihatnya ikut gemas.“Kendrick, kau harus cobain masakan Vindry,” titah Mommy penuh penekanan, membuat Kendrick menatapnya.“Mommy
“Mommy masih ada di dalam?”Vindry mengangguk, ia mengambil alih tas dan jas milik Kendrick. Vindry selalu mencoba untuk menjadi istri yang baik, patuh dan cekatan. Seperti saat ini, saat mendengar klakson dari Kendrick, Vindry segera keluar.“Mommy menunggumu, aku tidak tahu apa yang akan mommy katakana,” ucap Vindry lembut, sedangkan Kendrick menutup pintu mobil dan menguncinya.Kendrick merangkul pinggang Vindry, berhasil membuat Vindry mengerjapkan kedua matanya. Sikap manis yang ditunjukkan Kendrick saat ini, membuat Vindry berdeham perlahan, menetralkan perasaannya.“Kau sudah menyuruh mommy untuk pulang?” tanya Kendrick, disela-sela melangkah, nada suaranya datar.“Iya, tetapi mommy tetap ingin di sini, lalu aku harus tetap mengusir mommy?” tanya Vindry dengan pelan setelah mereka berada di teras.Kendrick menoleh, kedua maniknya bertemu dengan kedua bola mata coklat Vindry, mata yang selalu menunjukkan tatapan lembut dan tenang.“Berakting.”Vindry tersenyum dan mengangguk, ta
“Apakah kita akan melakukannya?”Vindry menatap Kendrick yang sedang membaca majalah di sofa berwarna putih yang ada di kamar. Pertanyaan Vindry tidak membuat Kendrick mengalihkan atensi, bahkan pria dewasa tersebut menjawab tanpa menatap Vindry.“Aku tidak ingin membuatmu kecapean esok hari.”Vindry mengangguk mengerti, “Kau masih lama?” tanyanya, membuat Kendrick menatapnya. Hal tersebut membuat Vindry mengerjapkan kedua matanya, “Aku ingin mematikan lampunya.”Kendrick tidak merespon, menutup majalah dan menyimpannya pada meja. Kedua mata elangnya menatap Vindry yang duduk bersandar pada ranjang, berhasil membuat istrinya salah tingkah.“Lusa kau tidak ada kerjaan, kan?” tanya Kendrick, diangguki cepat oleh Vindry. Kendrick menatap datar Vindry, lalu berkata, “Besok kita akan melakukannya.”Vindry terkejut, “Maksudnya?” tanyanya, bingung dengan pernyataan singkat yang diberikan oleh Kendrick.“Besok selesai jam berapa?”Vindry mengerjapkan kedua matanya, “Sore sepertinya, tapi tida