Share

Chapter 4

“Kendrick, siapa yang datang? Tamu spesial mommy, kan?”

Kendrick menoleh, ia mendapati Mommy dari kejauhan menatapnya yang sedang berdiri di pintu, menutupi Vindry yang menjadi tamu pada malam hari ini. Tamu undangan yang diundang khusus oleh Mommy untuk makan malam bersama.

“Ya.”

Mommy tersenyum manis, dan menghampiri Kendrick dengan perasaan bahagia. Kendrick yang mengerti pun menggeser tubuh, agar Mommy bisa melihat Vindry seutuhnya.

Vindry tersenyum dan menunduk sebagai salam kepada Mommy yang saat ini berdiri dihadapannya, menggantikan posisi Kendrick. Ia bisa melihat Mommy menyambutnya hangat dengan sebuah pelukan.

“Selamat malam, Nyonya. Maaf ya sedikit terlambat, tadi macet di jalan,” ucap Vindry dengan lembut dan tersenyum, diangguki oleh Mommy. Ia memberikan paper berukuran cukup besar, “Maaf ya, Nyonya. Hanya ini yang bisa aku berikan kepada Mommy dan keluarga.”

“Wahh, terimakasih, seharusnya kau tidak perlu repot-repot, Nona. Yuk masuk,” ajak Mommy dengan mengamit lengan Vindry untuk masuk ke dalam, sedangkan Kendrick hanya terdiam memperhatikan Mommy dan Vindry.

“Nyonya cantik sekali,” puji Vindry, diiringi senyum manis saat menatap Mommy yang tersenyum malu.

“Terima kasih, kau juga cantik, Sayang.”

Vindry menjawabnya hanya dengan tersenyum manis, setelahnya tidak ada lagi obrolan diantaranya dan Mommy. Sedangkan Kendrick mengikuti dari belakang.

Sesampainya mereka di ruang makan, sudah terdapat Daddy yang sedang menunggu dengan bermain ponsel. Mommy menarik Vindry untuk lebih cepat menghampiri meja makan, lagi-lagi Kendrick hanya terdiam.

Daddy mengalihkan atensinya, menatap Vindry dari bawah hingga atas. Sedangkan Vindry menunduk dan tersenyum manis kepada Daddy.

“Selamat Malam, Tuan,” sapa Vindry sopan dan lembut, diangguki oleh Daddy.

“Sepertinya aku tidak asing dengan wajahmu. Siapa namamu?”  tanya Daddy dengan nada tegas kepada Vindry.

“Vindry Yema Yumna,” jawab Vindry, membuat Daddy menaikkan sebelah alis. Hal itu tidak lepas dari tatapan Mommy dan Kendrick.

“Kau anaknya tuan Alexander Abraham dan nyonya Katrine Abraham?” tanya Daddy, membuat Vindry menatap bingung, begitu juga dengan Kendrick dan Mommy.

“Tuan kenal dengan kedua orangtuaku?” tanya Vindry sopan.

Daddy tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mempersilahkan Vindry duduk di kursi kosong sebrangnya, “Duduklah, nanti akan aku ceritakan.”

Vindry mengangguk, menarik kursi kosong dihadapannya. Kendrick memilih untuk di sisi  kanan dari Vindry, dan Mommy di sisi kiri Daddy. Di meja makan penuh dengan berbagai menu makan malam request dari Mommy, dari makanan pembuka, makanan berat dan makanan penutup.

Daddy menatap  Vindry, lalu tersenyum manis, “Orangtuamu sehat? Aku sudah lama tidak bertemu dengan mereka, karena  mereka  memilih untuk pergi ke luar negri satu bulan setelah kau lahir,” ucapnya, memulai bercerita.

Vindry tersenyum, lalu berkata, “Sehat, Tuan. Bahkan, mereka lebih sehat dan bahagia.”

Mommy menoleh, “Alexander teman SMA kita?” tanyanya, menatap Daddy.

Daddy menoleh, dan mengangguk, “Benar. Kau lupa dengan nama anaknya? Vindry anak kedua dari Alexander dan Katrine.”

Mommy menutup mulutnya karena terkejut dengan fakta yang diberikan oleh Daddy, ia menatap Vindry dengan mata berbinar, berbeda dengan Vindry yang bingung dengan situasi saat ini.

“Kakakmu bernama Erlangga Xavier Abraham?” tanya Mommy, diangguki oleh Vindry.

“Jadi, kalian kenal dekat dengan orangtuaku?” tanya Vindry, menatap Mommy dan Daddy silih berganti. Saat Mommy ingin menjawab, suara  Kendrick membuatnya kembali menyimpan suara dan jawaban.

“Lebih baik kita makan malam terlebih dahulu, baru dilanjut dengann bercerita,” sahut Kendrick dengan nada datar, menatap Mommy dan Daddy.

Daddy mengangguk setuju, menatap Vindry, dan tersenyum, “Silahkan dinikmati  makan malamnya.”

***

“Kami bersahabat dari SMA, hingga akhirnya kedua orangtuamu memilih untuk ke luar negri, merintis usaha disana dan menjaga oppa yang sudah sakit-sakitan. Setelahnya, kami tidak ada lagi berkomunikasi, karena kedua orangtuamu mengganti nomor dan mungkin sibuk dengan urusan lain-lainnya,” jelas Daddy kepada Vindry yang sedang menatap sebuah figura foto.

Pada figura foto yang sedang dipegang oleh Vindry, terdapat dua laki-laki dan dua perempuan mengenakan pakaian sekolah, mereka tampak bahagia. Sedangkan Kendrick tidak terlalu ingin melihat, karena Mommy sering memperlihatkan foto tersebut.

“Pada saat SMA, kami  memiliki pembicaraan random. Kami menginginkan menjadi besan,  dan akan menjodohkan anak kami jika memang itu sepasang. Sempat pupus harapan, karena anak pertama mereka itu laki-laki,” lanjut Daddy, membuat Kendrick mengangkat kepalanya dan menatap Daddy.

Mommy mengangguk, “Kakakmu  lahir setelah  Kendrick berusia dua  tahun, dan dua tahun berikutnya kau lahir. Kau tahu betapa bahagianya  orangtuamu saat tahu anak kedua mereka itu perempuan?”

Vindry tersenyum manis, “Iya, Nyonya. Mereka selalu mengucap syukur kepada Tuhan, karena aku sudah hadir diantara mereka.”

Daddy tersenyum, menatap Kendrick yang hanya memasang wajah datar. Hal itu membuat Mommy dan Vindry menatap Kendrick. Sedangkan Kendrick menaikkan sebelah alisnya, tanpa mengatakan apapun.

“Kau memikirkan apa?” tanya Daddy, dijawab dengan gelengen Kendrick. Mommy yang melihatnya terkekeh, ia tidak mengerti mengapa Kendrick sedingin itu kepada perempuan sebaik dan selembut Vindry.

“Tuan tidak nyaman jika aku berlama-lama disini?” tanya Vindry dengan polos, menatap  Kendrick dari samping.

“Ya,” jawab singkat Kendrick, berhasil membuat Vindry mengangguk dan menatap  kedua orangtua dari Kendrick.

“Terima kasih, karena nyonya telah mengundangku untuk makan malam. Dan terima kasih kepada tuan yang sudah menyambut baik kedatanganku pada malam ini,” ujar Vindry dengan lembut, dan tersenyum manis.

“Ada yang ingin aku bicarakan kepada kalian berdua,” ujar Daddy, membuat  Vindry menatap bingungnya dan Kendrick menaikkan sebelah alis.

“Tentang perjodohan?” tanya Kendrick dengan dingin, diangguki oleh Daddy. Sedangkan Kendrick menggeleng dengan tegas, “Aku tidak menginginkan adanya perjodohan dengan wanita yang tidak aku cintai, Daddy.”

Daddy menatap  tajam Kendrick, “Aku tidak membuat penawaran denganmu, Kendrick. Ini sudah menjadi  rencana Daddy dan Mommy untuk menjodohkanmu dengan Vindry.”

“Tidak, Daddy. Aku menolaknya dengan keras,” bantah Kendrick, lalu beranjak. Tetapi ucapan Daddy membuatnya mengurungkan niat untuk pergi  dari meja makan.

“Jika, kau menolakk, fasilitas yang kau punya, perusahaan atas namamu akan aku tarik dan aku ambil alih. Keputusan ada di tanganmu, Kendrick Milo Intezar.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status